Anda di halaman 1dari 16

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Dosen Pengampu : Miptahudin Khairi, M.A.

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan

Disusun oleh Kelompok 3 :

Wahfidul Umam Ubaedillah


Siti Jannatul Adnin
Susan Patrisia
Widia Wati
Susanti
Yuniati
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS PENDIDIKAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

AlhamdulillahiRobbil’aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat sehat yang diberikan,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Hak dan Kewajiban
Warga Negara tepat waktu. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
Sholallahu’alaihi wassalam, yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarga Negaraan. Dalam menyelesaikan makalah ini kami
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
menghaturkan terima kasih kepada:

1. Miptahudin Khairi, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
dalam penyelesaian makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan


saran yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca umumnya.

Mataram, April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR..........................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5

A. Hak warga negara menurut UUD 1945....................................................5


B. Hak dan Kewajiban Warga Negara Masa Orde Baru...............................7
C. Sejarah Bela Negara dan Nasionalisme...................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................12

A. Kesimpulan............................................................................................12
B. Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah


difahami orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang
beraneka ragam dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan
kewajibannya seringkali terlupakan.
Dalam kehidupan kenegaraan kadang kala hak warga negara berhadapan
dengan kewajibannya. Bahkan tidak jarang kewajiban warga negara lebih banyak
dituntut sementara hak-hak warga negara kurang mendapatkan perhatian. Hak dan
kewajiban warga negara dalam kehidupan kenegaraan maupun hak dan kewajiban
seseorang dalam kehidupan pribadinya, secara historis tidak pernah dirumuskan
secara sempurna, karena organisasi negara tidak bersifat statis. Artinya organisasi
negara itu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia.
Kedua konsep hak dan kewajiban warga negara/manusia berjalan seiring.
Hak dan kewajiban asasi merupakan konsekwensi logis dari pada hak dan
kewajiban kenegaraan juga manusia tidak dapat mengembangkan hak asasinya
tanpa hidup dalam organisasi negara.
Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini
menjadi amat penting untuk dikaji lebih mendalam mengingat negara kita sedang
menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi
hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya
kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan
sistem pemerintahan demokrasi, hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban
warga negara dapat terjamin.

3
B. Rumusan Masalah

Untuk memberikan kejelasan pemahaman materi makalah serta


menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya
dibatasi pada pengertian hak warga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945,
penjelasan tentang hak dan kewajiban warga dimasa orde baru, serta bagaimana
sejarah bela negara dan nasionalisme.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai tambah


mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak warga negara menurut UUD 1945

Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga
negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundangundangan. Dengan
kata lain hak warga negara merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki agar
warga negara diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut.
Selain itu, sesuai dengan pasal 1 UU No. 22/1958 dinyatakan bahwa
warga Negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan
perundangundangan, perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan yang berlaku
sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga Negara republik
Indonesia.1
Kewajiban warga negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat berbangsa dan
bernegara. Kewajiban warga negara dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau
tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan
yang ada pada warga lainnya.
Sementara yang dimaksud dengan peran warga negara adalah aspek
dinamis dari kedudukan warga negara. Apabila seorang warga negara
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka warga tersebut
menjalankan suatu peranan. Istilah peranan itu lebih banyak menunjuk pada
fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

Istilah peranan mencakup 3 hal, yaitu :

1. Peranan meliputi norma yang dihubungkan dengn posisi seseorang


dalam masyarakat. Dalam konteks ini peranan merupakan
rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.

1
Drs. H. Mahpudin Noor M.Si, Suparman M.Ag., Pancasila, jln.BKR (lingkar selatan),
2016.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dari pengertian di atas tersirat suatu makna bahwa hak dan kewajiban
warga negara itu timbul atau bersumber dari negara. Maksudnya negaralah yang
memberikan ataupun membebankan hak dan kewajiban itu kepada warganya.
Pemberian/pembebanan dimaksud dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan sehingga warga negara maupun penyelenggara negara memiliki peranan
yang jelas dalam pengaplikasian dan penegakkan hak serta kewajiban tersebut.
Dalam konteks Indonesia hak warga Negara terhadap negaranya telah
diatur dalam undang-undang dasar 1945 dan berbagai peraturan lainnya yang
merupakan derivasi dari hak-hak umum yang di gariskan dalam UUD 1945.
Dalam Pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 39/1999 tentang hak asasi
manusia menyebutkan,”hak asasi manusia adalah sebagai perangkat yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugrahnya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi dan di
lindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demin kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.2

Pasal-pasal Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga Negara mencakup pasal-pasal
27,28,29,30,31,32,33, dan 34 adalah:

a) Pasal 27 ayat (1), menetapkan hak warga Negara yang sama dalam hukum
dan pemerintah, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan.
b) Pasal 27 ayat (2), menetapkan hak warga Negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2
Drs. Abdul Latief, S.Pd, M.Pd. Drs. Ahmad Al Yakin, S.Ag, M.Pd. Drs. Herlina
Ahmad, S.Pd, M.Pd., Pendidikan Kewarganegaraan, Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia
(Sulawesi Selatan), 2019, Cetakan Pertama.

6
c) Pasal 27 ayat (3), dalam perubahan UUD 1945 menetapkan hak dan
kewajiban warga Negara untuk ikut serta dalam pembelaan Negara.
d) Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warga negaranya untuk berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
e) Pasal 29 ayat (2), menyebutkan adanya hak kemerdekaan warga Negara
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut
agamnya.
f) Pasal 30 ayat (1), dalam perubahan kedua UUD 1945 menyebutkan hak
dan kewajiban warga Negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara.
g) Pasal 31 ayat (1), bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapat
pengajaran.

B. Hak dan Kewajiban Warga Negara Masa Orde Baru

Harus diakui bahwa keterpurukan Indonesia sehingga mengalami krisis


multi dimensi disebabkan karena terlalu kuat dan dominannya pemerintahan Orde
Baru (Executive heavy). Sistem ketatanegaraan yang berdasar pada Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai hukum yang tertinggi (Nugroho N,
1985), dalam Konsensus Nasional 1966-1969 ditegaskan bahwa Pemerintahan
Orde Baru bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen, ternyata digunakan sebagai alat untuk
mempertahankan dan melanggengkan kekuasaan. Sistem chek and balances tidak
berfungsi sebagaimana yang di amanatkan dalam UUD 1945 karena Majelis
permusyawaratan Rakyat (MPR) maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
didominasi oleh partai politik dan figur-figur yang mono loyalistik. Misalnya
Golongan Karya sebagai organisasi politik pemenang Pemilihan Umum memiliki
keanggotaan dari tiga jalur yaitu TNI, Beringin (Pegawai Negeri Sipil) dan golkar
(masyarakat). Keberadaan Golongan Karya mendapat legitimisi dalam Undang-
Undang tentang Partai Politik dan Golongan Karya. Adapun Presiden Soeharto
adalah Pembina dari Golongan Karya tersebut.

7
Kekuasaan MK, sebagai pemegang kekuasaan kehakiman yang mandiri
dan bebas dari intervensi siapapun, ternyata juga tidak dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik karena semua urusan administratif, keuangan, maupun
pengangkatan dan pemberhentian hakim tidak dilakukan oleh Mahkamah Agung,
melainkan ditentukan oleh Presiden melalui Departemen Kehakiman.
Begitu juga penegakan hukum yang cenderung represif mengakibatkan
tidak terlindunginya hak-hak warga negara sebagaimana yang telah dijamin dan
diatur dalam UUD 1945. Pembangunan yang tidak merata dan diskriminatif di
daerah terjadi karena kebijakan yang sentralistik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974. Kondisi birokrasi yang tidak kondusif juga
bisa dicermati dari jajaran Eksekutif mulai dari Menteri-Menteri sebagai
pembantu Presiden sampai dengan aparatur pemerintah di daerah juga
dikondisikan monoloyalitas pada golongan tertentu.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Kepegawaian menentukan
bahwa seluruh Pegawai negari Sipil (PNS) berkewajiban untuk loyal pada
Pemerintah melalui sebuah wadah tunggal yaitu Korpri sebagai mekanisme
pembinaan yang muaranya pada saat Pemilihan Umum, semua PNS diarahkan
untuk memilih Golongan Karya. untuk mempertahankan kekuasaan. Hal tersebut
ditandai dengan dibentuknya organisasi Korpri sebagai wadah tunggal bagi PNS,
PGRI sebagai wadah bagi guru-guru. Lambang dari organisasi-organisasi tersebut
adalah beringin yang tidak lain merupakan lambang dari Golongan Karya
(Golkar). Akibatnya potret birokrasi yang buruk, tidak profesional dan praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) terjadi di semua bidang dan sektor.

C. Sejarah Bela Negara dan Nasionalisme

Dilihat dari perundang-undangan, kewajiban membela negara dapat


ditelusuri dari ketentuan dalam UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara.
Dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) ditegaskan bahwa “tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.” Adapun dalam Pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa “usaha pertahanan

8
dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung.”
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2) tersebut, ada beberapa
hal yang mesti kita pahami, yaitu:

1. Keikutsertaan warga negara dalam pertahanan dan keamanan negara


merupakan hak dan kewajiban;
2. Pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta;
3. Kekuatan utama dalam sistem pertahanan adalah TNI, sedangkan dalam
sistem keamanan adalah Polri;
4. Kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan sebagai kekuatan
pendukung. Konsep yang diatur dalam Pasal 30 tersebut adalah konsep
pertahanan dan keamanan negara.

Adapun konsep bela negara diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3)
bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.” Ikut serta dalam pembelaan negara diwujudkan dalam kegiatan
penyelenggaraan pertahanan negara, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002, Pasal 9 ayat (1) bahwa “setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara.” Kemudian dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 2002 bagian menimbang huruf (c) ditegaskan, antara lain “dalam
penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara …” Pertahanan negara
adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Kata “wajib” yang diatur dalam Pasal 27 UUD 1945 ayat (3) dan UU No.
3 Tahun 2002 mengandung makna bahwa setiap warga negara dalam keadaan
tertentu dapat dipaksakan oleh negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.

9
Namun demikian, di negara kita sampai saat ini belum ada keharusan warga
negara Indonesia untuk mengikuti wajib militer (wamil) bagi segenap warga
negara Indonesia seperti diberlakukan di beberapa negara.
Menurut Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan negara, keikutsertaan warga negara dalam usaha pembelaan negara
diselenggarakan melalui:

1. Pendidikan Kewarganegaraan;
2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
3. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela
atau secara wajib, dan
4. Pengabdian sesuai dengan profesi.

Berdasarkan ketentuan ini, maka para mahasiswa yang sedang kuliah


dapat dikatakan telah ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Berdasarkan
penjelasan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air.
Dari uraian ini, jelaslah bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta
Tanah Air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan.
Konsep rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air sangat berkaitan dengan makna
upaya bela negara. Perhatikan kalimat “... dijiwai oleh kecintaannya kepada
negara kesatuan Repubik Indonesia …” Pada definisi upaya bela negara yang
telah diungkapkan di atas, kalimat kecintaan kepada negara kesatuan Republik
Indonesia merupakan realisasi dari konsep nasionalisme (rasa kebangsaan) dan
cinta Tanah Air (patriotisme). Adapun kecintaan pada Tanah Air dan kesadaran
berbangsa merupakan ciri kesadaran bela negara. Konsep bela negara adalah
konsepsi moral yang diimplementasikan dalam sikap, perilaku dan tindakan warga
negara yang dilandasi oleh cinta Tanah Air, kesadaran berbangsa dan bernegara,
keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan berkorban
untuk bangsa dan negara Indonesia.

10
Dengan demikian, dalam kaitannya dengan bela negara, pendidikan
kewarganegaraan merupakan wahana untuk membina kesadaran peserta didik ikut
serta dalam pembelaan negara.
Dengan demikian, pembinaan kesadaran bela negara melalui pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha
pertahanan negara. Pendidikan kewarganegaraan mendapat tugas untuk
menanamkan komitmen kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan perilaku
demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia. Selain TNI,
salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer adalah
unsur mahasiswa yang tersusun dalam organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa)
atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bela Negara. Memasuki organisasi
resimen mahasiswa merupakan hak warga bagi setiap mahasiswa, namun setelah
memasuki organisasi tersebut mereka harus mengikuti latihan dasar kemiliteran.
Anggota resimen mahasiswa merupakan komponen bangsa yang telah memiliki
pemahaman dasar-dasar kemiliteran dan bisa didayagunakan dalam kegiatan
pembelaan negara.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak dan kewajiban warga negara itu timbul atau bersumber dari negara.
Maksudnya negaralah yang memberikan ataupun membebankan hak dan
kewajiban itu kepada warganya. Pemberian/pembebanan dimaksud dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan sehingga warga negara maupun
penyelenggara negara memiliki peranan yang jelas dalam pengaplikasian dan
penegakkan hak serta kewajiban tersebut.
Penegakan hukum di masa orde baru yang cenderung represif
mengakibatkan tidak terlindunginya hak-hak warga negara sebagaimana yang
telah dijamin dan diatur dalam UUD 1945.
Pembinaan kesadaran bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha pertahanan negara.
Pendidikan kewarganegaraan mendapat tugas untuk menanamkan komitmen
kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan perilaku demokratis dan
bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.

B. Saran

Setiap bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari orang-orang terdahulu


yang memiliki nilai nasionalis patriotris dan sebagainya yang terpatri dalam setiap
jiwa warga negaranya, Nilai- nilai tersebut semakin lama semakin hilang dari diri
seseorang dalam suatu bangsa. Oleh karna itu, kita perlu pembelajaran untuk
mempertahankan nilai-nilai tersebut, agar terus menyatu dalam setiap warga
Negara dan setiap warga Negara tau hak dan kewajiban dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban
suatu warga Negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-
cita bangsa dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan karna betapa penting
nya nilai pendidikan ini sudah diterapkan sejak usia dini di setiap jenjang

12
pendidikan mulai dari yang paling dini hingga diperguruan tinggi agar dapat
menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan
hidup berbangsa dan bernegara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Mahpudin Noor M.Si, Suparman M.Ag., Pancasila, jln.BKR (lingkar


selatan), 2016

Drs. Abdul Latief, S.Pd, M.Pd. Drs. Ahmad Al Yakin, S.Ag, M.Pd. Drs. Herlina
Ahmad, S.Pd, M.Pd., Pendidikan Kewarganegaraan, Yayasan Ahmar Cendekia
Indonesia (Sulawesi Selatan), 2019, Cetakan Pertama.
Filah, N. (2020). Hak dan kewajiban warga negara.
Haifarashin, R., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A. (2021). Pemahaman Siswa
Tentang Kewajiban dan Hak Warga Negara. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(3), 7261-7265.
Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma. Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai