Anda di halaman 1dari 7

AUDIT FORENSIK

PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Audit Forensik

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Rita Yuniarti, S.E., M.M., Ak., CA.

Oleh
Dwita Ninzi Maiviza 51622220013
Agung Dzulfikar Rahman Utama 231632006

JURUSAN PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS WIDYATAMA


BANDUNG
2024
BAB I
PEMBAHASAN
BAB II
REVIEW JURNAL

Judul Analysis of Handling State Losses In Corruption Crimes


Jurnal International Journal Of Sociology, Policy And Law (Ijospl)
Volume & Halaman Volume 4 No 2
Tanggal June 2023
Penulis Mulyono, dkk

Abstrak Abstrak dari jurnal ini membahas tentang penanganan ker


ugian negara dalam tindak pidana korupsi di Indonesia, meliput
i konsep kerugian keuangan negara, kewenangan penetapan ker
ugian negara, dampak korupsi terhadap pembangunan nasional,
dan kerangka hukumnya. untuk pemberantasan korupsi. Di dala
mnya juga mencakup hubungan pengembalian kerugian keuang
an negara dengan penanganan perkara korupsi, dengan meneka
nkan bahwa pengembalian kerugian keuangan negara tidak me
nghilangkan hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi. Artik
el ini menyoroti pentingnya hubungan ini dalam memaksimalk
an pemulihan kerugian negara, korelasi antara beratnya hukum
an dan jumlah kerugian negara dalam kasus korupsi, dan berba
gai mekanisme penyelesaian kerugian negara berdasarkan huku
m Indonesia.
Pendahuluan Pendahuluan dari jurnal ini artikel membahas tentang
penanganan kerugian negara dalam tindak pidana korupsi di
Indonesia. Jurnal ini memperkenalkan konsep kerugian
keuangan negara, kewenangan yang bertanggung jawab
menentukan kerugian tersebut, dampak korupsi terhadap
pembangunan nasional, dan kerangka hukum pemberantasan
korupsi.
Pendahuluan juga menyebutkan peran lembaga seperti
Badan Pemeriksa Keuangan dalam mengidentifikasi kerugian
negara dan potensi sanksi pidana terhadap individu koruptor.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah legal
research dengan pendekatan analisis deskriptif dalam penelitian
hukum yuridis normatif .

Hasil dan Hasil dari jurnal ini berfokus pada pentingnya penetapan
Pembahasan besaran kerugian negara dalam kasus korupsi, kontroversi
seputar pembuktian dan penafsiran “kerugian negara”, serta
mekanisme penetapan kerugian negara yang melibatkan
lembaga seperti Kejaksaan, dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
Penetapan besaran kerugian negara dalam kasus korupsi
penting karena merupakan elemen yang harus dipenuhi dalam
mengungkap kebenaran korupsi sesuai dengan Undang-Undang
Pemberantasan Korupsi.
Kontroversi seputar pembuktian dan penafsiran "kerugian
negara" dalam kasus korupsi terjadi karena adanya perbedaan
pendapat dalam menentukan besaran kerugian negara yang
disebabkan oleh tindak korupsi. Hal ini dapat menjadi
perdebatan dalam proses hukum untuk menetapkan kerugian
negara yang sebenarnya dalam kasus korupsi.
Mekanisme penetapan kerugian negara yang melibatkan
lembaga seperti Kejaksaan dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) melibatkan presentasi hasil laporan pemeriksaan
keuangan (LHPKKN) dari BPKP atau perhitungan sendiri oleh
jaksa.
Hubungan Pengembalian Kerugian Keuangan Negara
dengan Penanganan Kasus Korupsi. Pendekatan sistematis
terhadap hukum positif dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pendekatan sistematis vertikal melalui peraturan
perundang-undangan dari atas ke bawah
b. Pendekatan sistematik horizontal, yaitu berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan sejenis, dimana kerugian
keuangan negara adalah kerugian seluruh kekayaan negara
dalam bentuk apapun yang terpisah atau tidak dapat
dipisahkan, termasuk segala hak dan kewajiban yang
timbul dari dua aspek:
1. Berada di bawah kendali, pengelolaan, dan
pertanggungjawaban penyelenggara negara baik di pusat
maupun tingkat daerah
2. Berada di bawah pengendalian, kepengurusan, dan
akuntabilitas badan usaha milik negara (BUMN), yayasan,
badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal
negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak
ketiga perjanjian dengan negara.
Dalam penentuan kerugian negara dalam kasus korupsi di
Indonesia, lembaga penting yang terlibat termasuk Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Lembaga Pengawas
Keuangan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Endhy Kristian
Saputra, terdapat korelasi antara besarnya kerugian negara dan
beratnya hukuman dalam kasus korupsi. Hakim sering kali
mengaitkan besarnya kerugian negara sebagai faktor yang
memberatkan dalam menentukan beratnya sanksi pidana
terhadap pelaku korupsi.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pengembalian
kerugian keuangan negara tidak menghapuskan pidana
terhadap pelaku korupsi. Terdapat ketentuan hukum yang
menyatakan bahwa pengembalian kerugian keuangan negara
tidak menghilangkan tindak pidana pelaku korupsi
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3. Mekanisme
pengembalian kerugian keuangan negara diatur dalam Pasal 22
dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Selain itu, terdapat ketentuan tambahan dalam Pasal 1
angka 16 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 yang
mengatur mekanisme kompensasi dalam kasus kekurangan atau
kerugian dana negara
Kesimpulan Kesimpulan dari jurnal ini adalah adalah pentingnya penet
apan besaran kerugian negara dalam kasus korupsi sebagai ele
men kunci dalam mengungkap kebenaran korupsi sesuai denga
n Undang-Undang Pemberantasan Korupsi. Kontroversi seputa
r pembuktian dan penafsiran "kerugian negara" dalam kasus ko
rupsi dapat menjadi perdebatan dalam proses hukum untuk men
etapkan kerugian negara yang sebenarnya.
Mekanisme penetapan kerugian negara melibatkan lemba
ga seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Kejaksaan, s
erta kewenangan untuk menentukan besaran kerugian negara m
elibatkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas
an Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Komisi Pembera
ntasan Korupsi (KPK). Dampak korupsi terhadap pembanguna
n nasional sangat signifikan, dan kerangka hukum untuk melaw
an korupsi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 3
1 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pengembalian kerugian keuangan negara tidak menghilangkan
hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi, dan hubungan ant
ara pengembalian kerugian keuangan negara dengan penangana
n perkara korupsi sangat penting dalam memaksimalkan pemuli
han kerugian negara.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.ijospl.org/index.php/ijospl/article/view/123

Anda mungkin juga menyukai