Jenis, Hirarki, Dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan
Jenis, Hirarki, Dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan
Disusun oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Jenis, Hirarki, dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan". Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Kelompok 5 dalam mata kuliah Ilmu Perundang-
Undangan yang diampu oleh Bapak Fathuddin, S.Hi., S.H., Ma.Hum., M.H.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Jenis Peraturan Perundang-Undangan................................................................4
2.2 Hierarki Peraturan Perundang-Undangan.........................................................12
2.3 Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan..............................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Dengan latar belakang ini, memahami jenis, hierarki, dan materi muatan
peraturan perundang-undangan menjadi penting untuk mengkaji bagaimana
sistem hukum di Indonesia berkembang dan beradaptasi dengan perubahan.
Pemahaman ini tidak hanya relevan bagi para praktisi hukum, tetapi juga bagi
masyarakat luas yang berinteraksi dengan berbagai produk hukum dalam
kehidupan sehari-hari. Studi ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang
komprehensif mengenai struktur dan dinamika peraturan perundang-undangan di
Indonesia, serta implikasinya bagi penegakan hukum dan keadilan sosial.
Berdasarkan teori hukum dari Hans Kelsen dan Hans Nawiasky serta
ketetapan MPRS dan MPR, UU No. 10 Tahun 2004, dan UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dapat disimpulkan jenis-
jenis peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945
(Yogyakarta: FH UII Press, 2005).
4
5
a. Undang-Undang
Definisi dan Pembentukan: Undang-Undang adalah peraturan
perundang-undangan tertinggi di Indonesia, dibentuk oleh DPR
dengan persetujuan Presiden (Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 20 UUD
1945).
Proses Pengesahan: RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
disetujui bersama. Jika tidak disetujui, RUU tidak dapat diajukan
lagi pada masa sidang tersebut. Presiden mengesahkan RUU
menjadi Undang-Undang, namun jika tidak disahkan dalam 30
hari, RUU tersebut otomatis menjadi Undang-Undang.
Peran DPR dan Presiden: Walaupun ada pergeseran kekuasaan
legislatif, pembentukan Undang-Undang tetap merupakan tugas
bersama DPR dan Presiden.
b. Pengertian Undang-Undang dalam Arti Formal dan Material
- Undang-Undang dalam arti formal: Keputusan dibuat oleh
Presiden dan DPR bersama.
- Undang-Undang dalam arti material: Setiap keputusan yang
mengikat umum, tidak hanya dibuat oleh Presiden dan DPR, tetapi
juga oleh lembaga lain yang lebih rendah.
6
c. Undang-Undang Pokok
- Tidak ada hierarki: Semua Undang-Undang memiliki hierarki yang
sama di Indonesia, tidak ada yang disebut sebagai "Undang-
Undang Pokok".
d. Undang-Undang Lokal dan Daerah
- Tidak dikenal dalam sistem hukum Indonesia: Hanya ada Undang-
Undang yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan Presiden,
serta Peraturan Daerah (Perda) yang dibentuk oleh DPRD Provinsi
atau Kabupaten/Kota dengan persetujuan Gubernur atau
Bupati/Walikota.
e. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
- Definisi: PERPU adalah peraturan setingkat Undang-Undang yang
ditetapkan oleh Presiden dalam kondisi kegentingan yang
memaksa.
- Proses dan Validitas: PERPU harus disetujui oleh DPR dalam
sidang berikutnya. Jika tidak disetujui, PERPU dicabut.
- Kegentingan yang Memaksa: Mahkamah Konstitusi menentukan
bahwa kegentingan yang memaksa meliputi kebutuhan mendesak
yang tidak bisa ditangani dengan prosedur biasa karena
memerlukan waktu lama.
- Contoh Kasus: PERPU No. 1 Th. 1984 tentang penangguhan UU
Pajak Pertambahan Nilai, dan PERPU No. 1 Th. 1992 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan, keduanya diterbitkan karena persiapan
belum siap pada waktu yang ditetapkan oleh undang-undang
sebelumnya.
2
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan-Dasar- Dasar Dan Pembentukannya
(Yogyakarta: Kanisius, 1998).
3
Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia (Bandung: Penerbit
Mandar Maju, 1998).
8
4
P Astomo, Ilmu Perundang-Undangan: Teori Dan Praktik Di Indonesia (Depok: Rajawali Pers,
2021).
10
1) Peraturan Provinsi
3) Peraturan Kabupaten/Kota
4) Peraturan Bupati/Walikota
5
A Attamimi and Hamid S, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden
Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I–Pelita IV, Disertasi (Jakarta: Fakultas
Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990).
12
Selain itu, peraturan yang termasuk Golongan IIIA dan IIIB masih
dirasakan sebagai peraturan yang tidak menentu. Beberapa di antaranya belum
diganti dengan Undang-Undang yang baru. Contohnya, Undang-Undang Nomor
11/PNPS/Tahun 1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi masih berlaku
hingga tahun 1999 sebelum dicabut oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1999.
Semua ini mencerminkan kompleksitas dan perubahan dalam sistem hukum
Indonesia.
dan norma yang bersifat superior.6 Terkait kedua norma tersebut, validitas dari
norma yang lebih rendah dapat diuji terhadap norma yang secara hierarkis berada
di atasnya. Berangkat dari teori Hans Kelsen tersebut, Hans Nawiasky kemudian
merincikan bahwa susunan norma hukum tersusun dalam bangunan hukum
berbentuk stupa (stufenformig) yang terdiri dari bagian-bagian tertentu
(zwischenstufe). Adapun hierarki bagian tersebut adalah staatsfundamentalnorm
(norma dasar), staatsgrundgesetz (norma yang sifatnya dasar dan luas, dapat
tersebar dalam beberapa peraturan), formellgesetz (sifatnya konkret dan
terperinci), verordnungsatzung (peraturan pelaksana), dan autonome satzung
(peraturan otonom).7
6
Hans Kelsen, General Theory of Law and State (Britania Raya: Routledge, 2017).
7
Muhamad Bacharuddin Jusuf and Adara Khalfani Mazin, “Penerapan Teori Hans Kelsen Sebagai
Bentuk Upaya Tertib Hukum Di Indonesia,” Das Sollen: Jurnal Kajian Kontemporer Hukum Dan
Masyarakat 2, no. 1 (2024).
14
1. Undang-Undang Dasar
15
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang
4. Perpu
5. Peraturan Pemerintah
8
Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Jakarta Timur: Sinar
Grafika, 2018).
16
6. Keputusan Presiden
6. keuangan negara,
b. diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan
Undang-Undang.
c. Pengesahan perjanjian internasional tertentu
d. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah konsitusi
e. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat
E. Peraturan Pemerintah
F. Peraturan Presiden
(1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam:
a. Undang-Undang;
b. Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. C. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c
berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Jusuf, Muhamad Bacharuddin, and Adara Khalfani Mazin. “Penerapan Teori Hans
Kelsen Sebagai Bentuk Upaya Tertib Hukum Di Indonesia.” Das Sollen:
Jurnal Kajian Kontemporer Hukum Dan Masyarakat 2, no. 1 (2024).
Kelsen, Hans. General Theory of Law and State. Britania Raya: Routledge, 2017.
21