Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kimia Dasar Nama : Argo Satrio Wicaksono NIM : 020900242 Prodi : ELINS

Manfaat Mempelajari Ilmu Kimia Dalam Bidang Elektronika Instrumentasi


1.Pengertian 1.1 Ilmu kimia Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. 1.2 Elektronika Instrumentasi Elektronika dan Instrumentasi merupakan cabang ilmu/ rekayasa yang menggabungkan antara pengetahuan elektronika dan instrumentasi yang diperlukan dalam suatu industri. Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari alatalat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik komputer, dan ilmu/ teknik elektronika dan instrumentasi. 2. Manfaat mempelajari ilmu kimia dalam bidang elins Ilmu Kimia disebut juga 'Central Science' karena peranannya yang sangat penting diantara ilmu pengetahuan lainnya. Tidak ada ilmu pengetahuan alam yang tidak bergantung pada ilmu kimia. Pengembangan dalam bidang kedokteran, farmasi, geologi, pertanian, elektronika dan sebagainya dapat berjalan seiring dengan kemajuan yang dicapai dalam ilmu kimia. Namun demikian, ilmu kimia juga memerlukan ilmu-ilmu lain seperti matematika, fisika dan biologi. Matematika diperlukan untuk memahami beberapa bagian ilmu kimia seperti : hitungan kimia, laju reaksi, thermo kimia dan lain-lain. Fisika diperlukan untuk mempelajari antara lain Thermodinamika, perubahan materi, sifat fisis zat dan lain lain. Biologi sangat erat hubungannya dalam bio 1

kimia. Keterkaitan ilmu kimia dengan ilmu lainnya, telah melahirkan beberapa cabang dalam ilmu kimia, contohnya : biokimia (biologi dan kimia), kimia fisika (kimia dan fisika), Thermo kimia (thermodinamika dan kimia), elektro kimia (elektronik dan kimia) dan kimia nuklir (kimia dan nuklir). Ilmu kimia dikembangkan berlandaskan percobaan (eksperimen) di

laboraturium, serta melalui penerapan konsep-konsep matematika, sehingga ilmu kimia masih terus berkembang. Manfaat mempelajari ilmu kimia adalah pemahaman yang lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai proses yang berlangsung di dalamnya. Dalam ilmu kimia kita ketahui bahwa materi dapat berubah secara fisis atau kimia. Dengan belajar ilmu kimia, kita dapat mengubah bahan alam menjadi produk yang lebih berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, dan kita dapat mengerti kebutuhan hidup manusia, dan kita dapat mengerti barbagai gejala alam yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Bidang elektronika instrumentasi tidak dapat lepas dari istilah listrik. Listrik dapat dipelajari melalui ilmu kimia, mengenai bagaimana listrik itu dapat dihasilkan. Reaksi redoks yang dikenal dalam ilmu kimia dapat terbagi menjadi dua, yaitu reaksi redoks yang berlangsung spontan (dengan sendirinya) dan reakasi redoks yang tidak spontan (perlu bantuan dari luar). Reaksi redoks spontan dapat menghasilkan energi listrik. Sementara itu, reaksi redoks tidak spontan memerlukan energi listrik . Energi listrik yang dihasilkan oleh reaksi redoks spontan dapat digunakan untuk menjalankan reaksi redoks tidak spontan. Dalam bidang elektronika instrumentasi (elins) ilmu kimia juga dapat bermanfaat dalam pembuatan produk-produk yang berkaitan dalam bidang elins itu sendiri. Penggunaan arus listrik lemah dalam bidang elins tidak pernah lepas dari bahan atau peralatan seperti bahan semikonduktor, kabel listik (pembungkus/isolatornya), sel elektrokimia dan lain sebagainya. Semua itu di buat dengan menggunakan pemahaman dari ilmu kimia.

Bahan-bahan Kimia yang Digunakan Dalam Bidang Elektronika Instrumentasi

A. Pemanfaatan bahan-bahan kimia 1. Pembuatan Bahan Semikonduktor Hampir semua alat maupun perkakas sedikit atau banyak bertumpu pada teknologi elektronika. Oleh sebab itu, hampir semua aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh penggunaan bahan semikonduktor dalam produk-produk elektronik. Penggunaan semikonduktor dalam berbagai peralatan elektronik akan meningkat seiring dengan semakin canggihnya produk elektronik. Semikonduktor diperkirakan paling banyak dipakai oleh industri komputer (57 %), peralatan komunikasi (17 %), peralatan elektronik rumah tangga (15 %) dan sisanya sekitar 11 % untuk keperluan lainnya, seperti peralatan militer, otomotif dan mesin industri. Reaktor penelitian seringkali dilengkapi dengan berbagai fasilitas, salah satunya adalah fasilitas doping untuk memproduksi bahan semikonduktor. Pembuatan bahan baru dengan struktur yang berbeda dari bahan aslinya dapat dilakukan dengan teknik irradiasi neutron. Karena penyerapan neutron itu, maka kestabilan inti atom bahan menjadi terganggu dan bahan akan berubah menjadi isotop lain dengan sifat fisika yang berbeda dari unsur aslinya. Teknik ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk memproduksi bahan semikonduktor, terutama mengubah karakteristik silikon (Si) murni menjadi silikon yang tercangkok dengan phosphor (P) dengan kadar tertentu, sehingga berperan sebagai bahan semikonduktor yang sangat baik. Fasilitas doping dengan transmutasi neutron (neutron doping facility) pada suatu reaktor nuklir dapat digunakan untuk melakukan irradiasi neutron pada sampel semikonduktor Si yang umumnya terdapat di alam dengan nomor atom 30. Karena proses irradiasi ini maka sebagian sangat kecil inti atom 30Si akan menyerap neutron dan berubah menjadi inti atom radioaktif 31Si, selanjutnya 31Si meluruh menjadi 31P. Dengan teknik irradiasi neutron ini dapat diperoleh bahan semikonduktor Si yang tercangkok P melalui reaksi inti sebagai berikut : 30Si + 1n [31Si]* > 31P + bDalam abad modern saat ini, semikonduktor merupakan komponen yang sangat penting dan merupakan bagian utama dari hampir semua rangkaian elektronik. Semikonduktor Si dengan dopan P ini banyak digunakan untuk pembuatan transistor, thyristor tegangan tinggi maupun CCD untuk kamera video. Komputer elektronik generasi baru dikembangkan dengan menggunakan mikroprosesor yang makin renik sehingga secara fisik tampil dengan ukuran yang lebih kecil, namun dengan kecepatan kerja yang jauh lebih tinggi. Semakin reniknya

komponen elektronik juga menuntut semakin murninya bahan semikonduktor yang digunakannya. Teknologi irradiasi neutron ternyata mampu memenuhi tuntutan tersebut, bahkan merupakan metode terbaik yang ada saat ini untuk memproduksi bahan semikonduktor dengan tingkat kemurnian sangat tinggi. Perkembangan teknologi telah mengantarkan elektronika beralih dari orde mikro ke nano, yang berarti komponen elektronika kelak dapat dibuat dalam ukuran seribu kali lebih kecil dibandingkan generasi mikroelektronika sebelumnya. Proses pembuatan bahan semikonduktor dengan teknik irradiasi neutron dapat dilakukan dengan hasil yang sangat baik, sehingga mendukung ke arah terealisasinya teknologi nano elektronika di masa mendatang. Kadar dopan P dapat diatur dengan teknik pengaturan waktu irradiasi yang tepat. Komponen elektronik seperti transistor biasanya sangat peka terhadap pengotoran, misal pengotoran Si pada saat pabrikasi. Dengan teknik irradiasi neutron, kehadiran pengotor-pengotor lainnya yang tidak dikehendaki dalam produksi komponen berbahan semikonduktor dapat dihindari sejak sebelum proses irradiasi. 2. Polimerisasi Radiasi Penggunaan teknologi irradiasi yang cukup besar adalah dalam proses kimia suatu industri. Karena membawa energi yang cukup tinggi, radiasi dapat bertindak sebagai katalis untuk merangsang terjadinya perubahan kimia suatuhan, salah satunya adalah untuk merubah bahan kimia sejenis cairan dari senyawa organik dalam golongan monomer menjadi polimer. Salah satu sifat dari monomer ini adalah apabila menerima paparan radiasi dapat berubah menjadi bahan baru yang disebut polimer, yaitu bahan padat yang sangat keras pada suhu kamar. Teknik pembuatan polimer dengan bantuan radiasi ini disebut polimerisasi radiasi. Dalam bidang industri, teknologi polimerisasi radiasi dapat dipakai untuk memproduksi plastik bermutu tinggi karena sifatnya yang sangat kuat serta tahan terhadap panas. Secara umum dapat dikatakan bahwa polimerisasi merupakan usaha untuk memadukan beberapa unsur menjadi satu zat yang berpadu. Pemanfaatan polimer hasil irradiasi dalam industri yang paling banyak adalah untuk pembuatan bahan isolasi kabel listrik. Irradiasi menyebabkan rantai molekul panjang pada polimer bergandengan pada tempat-tempat tertentu yang prosesnya dikenal sebagai pengikatan silang (crosslinking). Energi radiasi dapat merangsang terjadinya ikatan silang antar polimer sehingga terbentuk jaringan tiga dimensi yang dapat mengubah sifat polimer. Peristiwa inilah yang

sebenarnya menyebabkan bahan isolasi kabel lebih tahan terhadap panas dan listrik tegangan tinggi. Kabel tidak pernah dapat dipisahkan dari listrik. Hampir pada setiap barang elektronik dapat kita jumpai kabel di dalamnya. Secara umum, kabel yang kita kenal biasanya terdiri atas satu atau lebih logam konduktor yang dibungkus dengan bahan isolator. Kabel jenis ini sering kita temui baik untuk transmisi arus listrik maupun pengiriman pulsa listrik dalam telekomunikasi. Isolasi kabel listrik umumnya dibuat dari bahan plastik polietilen atau polivinil chlorida (PVC). Kedua polimer ini merupakan jenis linier, yaitu polimer yang melunak atau leleh apabila dipanaskan. Kelemahan bahan isolasi ini tentu tidak diinginkan untuk kabel yang digunakan pada alat atau instalasi tertentu. Logam-logam konduktor yang saat ini digunakan untuk kabel transmisi listrik masih memiliki tahanan-dalam, sehingga menyebabkan sebagian arus listrik yang dialirkannya berubah menjadi panas yang dikenal sebagai pemanasan Joule. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula tahanan-dalamnya, sehingga semakin banyak energi listrik yang dialirkannya berubah menjadi panas. Karena pemanasan Joule itu pula, maka kuat arus yang mengalir dalam kabel harus dibatasi. Itulah sebabnya, barang-barang elektronik tertentu, komputer misalnya, dilengkapi dengan kipas angin untuk mengeluarkan panas yang terjadi dalam sirkuit-sirkuitnya. Plastik PVC yang dibuat dari bahan polimer hasil irradiasi dapat

mempertahankan kepadatannya pada temperatur yang jauh lebih tinggi dibandingkan plastik PVC biasa (hasil proses kimia). Dengan teknologi irradiasi ini, bahan isolasi kabel menjadi lebih kuat, lebih elastis, dan lebih tahan terhadap minyak serta larutan kimia lainnya. Kelebihan ini dapat dicapai tanpa menyebabkan perubahan sifat kelistrikan maupun daya isolasinya. Teknologi irradiasi juga dapat memodifikasi polietilen menjadi produk polimer yang dapat menyusut volumenya apabila diberi perlakuan panas yang sering disebut sebagai heat shrinkable tube. Produk ini banyak digunakan dalam industri listrik untuk mengisolasi sambungan-sambungan listrik. Heat shrinkable tube juga sering digunakan dalam industri telekomunikasi untuk membungkus satuan-satuan kabel seperti satuan kabel telepon, agar terlindung dari pengaruh luar, lebih awet, aman serta dapat ditanam di bawah tanah. Teknologi irradiasi sangat efisien dan ekonomis untuk pembuatan polimer bahan isolasi kabel berdiameter kecil yang banyak dipakai dalam industri elektronika 5

yang memerlukan akurasi tinggi, seperti komputer dan pesawat telekomunikasi. Untuk beberapa jenis produk barang elektronik, penggunaan kabel bermutu tinggi ini seringkali menjadi syarat mutlak, sehingga produk yang dihasilkannya benar-benar dapat diandalkan dan berdaya saing. Lapisan permukaan sangat tipis (membran) pada baterai perak oksida yang digunakan dalam jam digital maupun kalkulator, demikian juga permukaan floppy disks dan pita rekam video tape, diproses menggunakan teknologi irradiasi. Peneliti dari Jepang telah berhasil membuat membran polimer dari selulosa yang digunakan untuk sistim akustik mikrofon atau pembesar suara. Membran berkualitas tinggi ini sedang dikembangkan nilai komersialnya untuk pembuatan sound systems dan alat musik bermutu tinggi. Dalam bidang energi, polimer elektrolit padat (solid polymer electrolyte) dapat digunakan untuk pembuatan sel fotoelektro kimia. Polimer ini dibuat dari polietilen oksida (PEO) yang dikopel dengan kalium jodida (KJ) dan jodium (J2). Penelitian dalam bidang ini masih terus dikembangkan untuk mendapatkan suatu sistim polimer elektrolit padat yang kelak dapat digunakan sebagai baterai untuk keperluan sistim pembangkit listrik bertenaga matahari (solar energy). 3. Sel elektrokimia Sel elektrokimia adalah suatu system yang atas dua electrode, yaitu katode dan anode, serta larutan elektrolit. Larutan elektrolit berfungsi sebgai penghantar electron. Berdasarkan prinsip kerjanya, sel elktrokimia terbagi atas sel volta atau sel galvani dan sel elktrlisis. 3.1. Sel volta Sel volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik. Pada sel ini digunakan electrode negatif dari batang seng yang di celupkan dalam larutan ZnSO4 dan electrode positif batang tembaga yang dicelupkan dalam larutan CuSO4. 3.1.1 Sel Volta Primer Contoh-contoh sel volta primer seperti sel kering seng karbon (sel lechance/baterai), baterai alkaline, baterai merkuri, baterai perokoksida. Perbedaan dari contoh tersebut terdapat pada anode dan katode yang digunakannya. 3.1.2 Sel volta sekunder

Sebagai sel volta, reaksi redoks dalam aki menghasilkan arus listrik. Lamakelamaan zat kimia yang bertindak sebagai katode maupun anode akan habis. Apabila zat tersebut habis, sel aki akan mati. Dengan mengalirkan arus listrik kedalam sel aki tersebut, maka zat semula akan terbentuk kembali sehingga sel aki dapat berfungsi lagi. Sel volta yang demikian dinamakan sel volta sekunder. Beberapa contoh sel volta sekunder adalah aki timbal, sel nikel-kadmium, dan sel perak seng. 3.1.3 Sel bahan bakar Sel bahan bakar digunakan sebagai pembangkit energi listrik untuk keperluan tertentu. Misalnya sebagai sumber energi listrik pesawat ruang angkasa. Pesawat Chalenger dan Columbia menggunakan sel bahan bakar gas oksigen hydrogen. Pada sel bahan bakar oksigen hydrogen, gas oksigen sebagai katode dan gas hydrogen sebagai anode. Gas hydrogen dan oksigen masing-masing dimaksukkan ke dalam electrode karbon yang berpori. Pada masing-masing electrode digunakan katalis dari serbuk platina. 3.2 Sel elektrolisis Dalam sel elektroisis, terjadi perubahan energi listri menjadi energi kimia. Biasanya senyawa yang di elektrolisis berupa senyawa yang bersifat elektrolit. Sel elektrolisis banyak di gunakan dalam pelapisan logam.

Anda mungkin juga menyukai