Anda di halaman 1dari 4

Jawaban no.

Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu), agent (agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan).

Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu, yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.

Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit, dislokasi (patah tulang), dll.

Faktor environment (lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini memiliki peranan yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca, kandungan air dan mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan sosialekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan penduduk, kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, dll.

Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host, agent, dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan bahwa individu

yang sehat adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam keadaan seimbang. Jika timbul penyakit pada diri individu, maka berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor tersebut.

Interaksi trias epidemiologi, antara lain: Interaksi Agen-Lingkungan Keadaan dimana agen dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik host tidak berpengaruh). Misal: ketahanan bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vit dlm lemari pendingin, dll.

Interaksi Host-Lingkungan Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik agen tidak berpengaruh). Misal: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.

Interaksi Host-Agen Keadaan dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan sementara, kematian atau carier.

Interaksi Agent-Host-Lingkungan Keadaan dimana host, agent dan environment saling mempengaruhi satu sama lain sehingga timbul penyakit. Misal: kontaminasi feses penderita tifus pada sumber air minum.

Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John Gordon berupa Timbangan Keseimbangan. Dalam hukum Biologic Laws dikatakan bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent dan host. Keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami dan karakteristik dari agent dan host (individu/kelompok). Karakteristik dari agent dan host berikut interaksinya secara langsung tergantung pada keadaan alami dari lingkungan biologi, fisik, dan sosial-ekonomi.

Timbangan kesimbangan, meliputi: 1. Periode Prepatogenesa Pada periode ini, manusia dalam kondisi sehat, tidak ada pengaruh dari lingkungan yang buruk atau bibit penyakit. Maka ini merupakan keadaan seimbang.

2.

Periode Patogenesa Pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul suatu penyakit. a. Perubahan Lingkungan

- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran agent. Misal: Kasus DBD meningkat pada musim hujan. - Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan pada faktor host. Misal: Kasus ISPA meningkat karena meningkatnya polusi udara. b. Perubahan Agent Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah agent bertambah, dan mutasi agent. c. Perubahan Host Contohnya bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan terhadap suatu agent mikroorganisme tertentu, misalnya terhadap kuman difteri. Menurut Gordon, idealnya terdapat keseimbangan antara A dan H yang bertumpu pada E, yang digambarkan sebagai kondisi sehat. Masalahnya, kondisi seperti ini tentu tidak selalu terjadi. Ada kalanya yang terjadi adalah empat kondisi dalam kategori sakit. Hal ini diakibatkan oleh adanya berbagai kondisi. Pertama, beban agent memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit condong ke arah agent. Hal ini berarti agent memperoleh kemudahan untuk menyebabkan sakit pada host. Kedua, apabila host memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit condong ke arah host. Kondisi seperti ini tentu dapat terjadi jika host menjadi lebih peka terhadap suatu penyakit. Ketiga, ketidakseimbangan terjadi akibat bergesernya titik tumpu di environment (lingkungan). Hal ini menggambarkan kalau kondisi lingkungan tersebut telah sedemikian buruknya, sehingga memengaruhi agent, dan menjadikannya lebih ganas atau lebih mudah masuk ke dalam tubuh manusia. Pada kasus Demam Berdarah, environment lebih banyak berperan, hal ini dipengaruhi oleh perubahan lingkungan

yang menjadi habitat yang sesuai bagi kembang biak nyamuk, sanitasi yang buruk, migrasi rural ke arah urban (dari desa ke kota), pertumbuhan populasi, pelayanan kesehatan yang buruk, seperti yang tergambar berikut ini.

Keempat, kondisinya mirip kondisi kedua, yakni kualitas lingkungan terganggu sehingga pengungkit condong ke arah host. Dalam hal ini, host menjadi lebih peka oleh kualitas lingkungan tertentu.

Referensi: Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai