PENDAHULUAN
Daya racun = sifat biologi suatu bahan untuk menimbulkan
keracunan pada seseorang, kerusakan jaringan. Bahan yang memiliki daya racun racun. Keracunan = efek yang ditimbulkan oleh racun. Keracunan dapat terjadi: secara sengaja tidak disengaja Keracunan akibat dari pengobatan toksisitas Keracunan akibat kecelakaan intoksikasi Seseorang diduga mengalami intoksikasi jika menunjukkan gejala sakit atau perubahan tingkah laku secara mendadak pada individu yang tampak sehat sebelumnya. Memahami efek toksik & mekanisme kerja zat aktif penatalaksanaan penderita intoksikasi secara rasional.
fase eksposisi terjadi penguraian senyawa toksik menjadi zat toksik (zat aktif) yang dapat diabsorpsi. Rute absorpsi:
Pada kulit Pada saluran cema Pada saluran pernafasan
mencapai reseptor pada jaringan yang sesuai. Parameter farmakokinetik menentukan daya kerja suatu zat efek lokal ditempat kontak & efek sistemik. Kadar racun pada organ sasaran dipengaruhi absorbsi, distribusi, pengikatan dan ekskresi kerusakan harus melewati membran sel 4 mekanisme :
Difusi pasif lewat membran. Filtrasi lewat pori-pori menbran. Transportasi (pasif & aktif) Pencaplokan oleh sel ( Endositosis ).
Ada
proses
pada
fase
reseptor. Mekanisme kerja perubahan subseluler seperti mitokhondria, lisosom, endoplasmik retikulum dll. Mekanisme kerja efek toksik suatu racun:
1. 2. 3. 4. Interaksi dengan sistem enzirn. Inhibisi pada transportasi oksigen Mengganggu sintesis DNA dan RNA. Reaksi hipersensitif.
EFEK TOKSIK
Efek toksik tergantung dan sifat, organ sasaran
dan mekanisme kerjanya. Efek toksik karena interaksi biokimiawi racun atau metabolit aktifnya dengan struktur reseptor tertentu. Respon toksik tgt keseimbangan antara produksi metabolik toksik dengan penghancurannya. Konsentrasi zat aktif kadarnya tinggi didalam hati dan ginjal, krn metabolisme di hati dan ekskresi melalui ginjal.
lamanya paparan, jenis kelamin, umur, status gizi, hormonal, perubahan absorpsi, distribusi, ekskresi racun,perubahan biotransformasi dan perubahan kepekaan reseptor.
pembentukan metabolit reaktif >> kec. eliminasi. Mekanisme: 1. Non imunologis melalui ikatan kovalen, pembentukan "oxidative stress", disfungsi mitochondria, & mengawali apoptosis. 2. Imunologis proses hipersensitivitas / alergi dan proses idiosinkrasi.
hati utk regenerasi, penurunan bioaktivasi, peningkatan detoksifikasi, meningkatkan regulasi dari jalur antiapoptotik/ antinekrotik, dan meningkatkan pelepasan sitokin antiinflamasi (IL-10) oleh sel Kupffer Manifestasi klinis hepatitis akut, perlemakan hati, kolestasis ( pada keracunan akut ), sirosis hati, hepatoseluler karsinoma.
dirusak oleh racun. Kerusakan ginjal lebih sering pada tubulus proksimal karena absorpsi dan sekresi aktif. Proses detoksifikasi dan bioaktivasi terjadi pada tubulus proksimal. Manifestasi klinik kerusakan ginjal ATN & GGK.
kardiomiopati. Kardiomiopati mll akumulasi kalsium dalam mitokhondria sehingga disintegrasi organel dan sarkolema. Depresi kontraktilitas otot jantung oleh neomisin dan streptomisin. Atrofi otot jantung, odema interstitial dan fibrosis otot jantung akibat gangguan sintesis asam nukleat.
mll pecahnya membran lisosom dalam makrofag, selanjutnya makrofag yang rusak merangsang fibroblast membentuk jaringan kolagen.
Keracunan akut pendekatan diagnosis menggunakan petunjuk klinis demam, hipotermi, hipertensi, hipotensi, koma & kejang. Keracunan akut ditanyakan rute paparan, jumlah/volume racun, riwayat psikiatri, dan pemakaian obat & dicari kelainan saraf, jantung, paru dan gastrointestinal. Setelah stabil urinalisis, serum elektrolit, kadar zat toksik dalam urin dan darah, analisa gas darah, faal hemostasis, foto dada dan perut.
a. emesis
1. Mekanik : stimulasi faring tidak
dianjurkan pada keracunan farafin, minyak tanah dan hasil suling 2. Obat : larutan ipekak apomorfin,larutan garam, cupper sulfat, larutan mustard dan berbagai deterjen. KI emesis:
keracunan bahan korosif kesadaran menurun keracunan obat "stimulan susunan saraf pusat" keracunan hidrokarbon kejang-kejang.
b. kumbah lambung
Kumbah lambung dengan pipa nasogastrik ukuran besar Dilakukan 2-4 jam setelah racun masuk saluran cerna,
tetapi pada keracunan oleh Salisilat dan obat anti depresan dapat dilakukan sampai 8 jam pasca paparan. Tata cara: Posisi penderita miring Menggunakan 200-300 cc air hangat Akhir kumbah ditambahkan 30 g karbon aktif KI kumbah lambung : keracunan hidrokarbon keracunan bahan korosif penurunan kesadaran kecuali dengan bantuan pipa endotrakheal. adanya gangguan refleks jalan nafas.
Cara kerja karbon aktif: mengadakan ikatan labil & konyugasi lalu diekskresi ke empedu. mencegah absorpsi dan difusi racun kedalam usus tidak masuk sirkulasi enterohepatik. Mempercepat "transit time" KI penggunaan arang aktif: keracunan bahan korosif keracunan logam berat keracunan striknin, sianida dengan onset cepat. keracunan bahan yang tidak larut dalam air. keracunan klorin dan iodine keracunan hidrokarbon IIleus obstruktif.
c. kumbah usus
Tindakan kumbah usus dilakukan bila racun
diperkirakan telah mencapai usus halus atau kolon. Tindakan ini dikerjakan dengan menggunakan 30 g natrium sulfat atau magnesium sulfat dalam satu gelas air. KI kumbah usus :
penderita kejang ileus keracunan bahan korosif keracunan bahan nefrotoksik.
E. Eliminasi
Eliminasi = pembersihan racun diperkirakan telah beredar
dan
meningkatkan
Beberapa bahan kimia menjadi toksik setelah mengalami biotranformasi menghambat biotranformasi akan menurunkan toksisitas racun. Contoh:
etanol menghambat perubahan methanoi menjadi asam formik. asetaminofen didetoksifikasi oleh gluthation. Asetaminofen tidak menyebabkan hepatotoksik sampai gluthation berkurang. Hati dapat diproteksi dengan mempertahankan konsentrasi gluthation pemberian N-asetilsistein. Beberapa obat didetoksifikasi melalui konyugasi asam glukoronik atau sulfat sebelum dieleminasi dari tubuh. Detoksifikasi sianida dengan merubah menjadi thiosianat dipercepat dengan thiosulfat.
b. ekskresi melalui bilier peranannya belum banyak diketahui. c. ekskresi melalui urin Diekskresi kedalam urin oleh filtrasi glomerulus & sekresi tubuler aktif. Diuretik menurunkan reabsorpsi dengan roenurunkan konsentrasi gradien racun dari lumen ke sel tubulus Ekskresi melalui urin untuk tujuan terapi keracunan disebut diuresis paksa.
Diuresis paksa:
Indikasi = racun yg diduga dapat diekskresikan melalui
ginjal. Tdd:Diuresis paksa netral. Diuresis paksa alkali dan Diuresis paksa asam, Diuresis paksa setengah dan Diuresis paksa penuh. Diuresis paksa setengah cairan 3 L selama 12jam/setengah hari, Diuresis paksa penuh cairan 6 L dalam satu hari/ 24 jam. Tata cara:
Diuresis paksa netral Ca glukonas IV, 3 L salin & furosemid 40 mg setiap 6 jam. Diuresis paksa alkali (+) sodium bikarbonat IV (25-50 mEq) dalam 1 L salin, agar pH urin 7,3-8,5 (+) furosemid 40 mg @ 6 jam.
Diuresis paksa asam (+) asam askorbat 0,5-1 g ( IV), @ 6 jampH urin 5.5-6.5 (+) furosemid 40 mg @ 6 jam dalam larutan salin. Cara lain = (+) ammonium klorida 1-2 % dalam salin. Hati-hati pada kelainan jantung, ginjal dan paru.
d. dialisis
Indikasi:
Keracunan tingkat berat tidak dapat diekskresi lewat urin. GGA
Hanya untuk penyelamatan( lifesaving), krn: Fungsi HD tgt jumlah racun yang beredar dalam darah. Luasnya ikatan dengan protein plasma Kinetik eleminasi tergantung dari kecepatan disosiasi racun dari tempat ikatannya pada jaringan.
e. hemoperfusi
Teknik ekstrakorporel untuk menghilangkan racun ,dengan mengalirkan darah melalui column charcoal atau resin absorben. Efek samping = menurunkan trombosit.
b. Penanganan suportif untuk mempertahankan fungsi organ perawatan tempratur,koreksi asam-basa dan elektrolit, pengobatan komplikasi dan penyakit penyerta. c. Penanganan keadaan khusus
A.Kejang diazepam 10-20 mg IV. Dapat diulangi setelah 30-60 menit. Maksimal 3 g/kgBB/24jam. Jika kejang tidak teratasi segera rujuk. B.Koma/stupor krn keracunan atau kelebihan dosis obat, contoh: obat depresan SSP, obat simpatolitik, bahan yangmenyebabkan hipoksia seluler.
Diagnosa banding: trauma kapitis,perdarahan intra serebral,gangguan kadar gula darah, gangguan elektrolit,hipoksia,hipothyroidism,gagal ginjal,gangguan faal hepar,hipertermi dan meningitis. Terapi: