Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Disusun Oleh:
Sahara Maharani
1102005236

Retinopati prematuritas (ROP) pertama kali
ditemukan oleh Terry pada tahun 1942 sebagai
Retrolental Fibroplasia

ROP merupakan penyebab kebutaan tertinggi pada
anak-anak di Amerika Serikat dan salah satu
penyebab utama kebutaan anak di seluruh dunia.

Pada tahun 1951, dua ahli dari Inggris menyatakan
kemungkinan adanya hubungan antara penyakit ini
dengan terapi suplemental oksigen
ANATOMI RETINA

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang
semitransparan, dan multilapis yang melapisi
bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
mata.

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya,
adalah sebagai
berikut:

1. Membrana limitans interna
2. Lapisan serat saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
5. Lapisan inti dalam
6. Lapisan pleksiform luar
7. Lapisan inti luar
8. Membrana limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar
10. Epitelium pigmen retina

Retina mempunyai tebal 0.1mm pada ora serrata dan 0,23
mm pada kutub posterior.
Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula daerah
pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal
(xantofil), yang berdiameter 1.5 mm
Di tengah makula, sekitar 3.5 mm di sebelah lateral diskus
optikus, terdapat fovea, suatu cekungan yang memberikan
pantulan khusus pada pemeriksaan oftalmoskop. Foveola
adalah bagian paling tengah pada fovea
Retina menerima darah dari dua sumber:
khoriokapilaria yang berada tepat di luar
membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga
luar retina
cabang-cabang dari arteria sentralis retina, yang
mendarahi dua pertiga sebelah dalam.

Fovea sepenuhnya dipendarahi oleh
khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan
yang tak dapat diperbaiki kalau retina
mengalami ablasi.
RETINOPATI PREMATURITAS
DEFINISI

Retinopati prematuritas adalah suatu retinopati
proliferatif yang terdapat pada bayi prematur.

Retinopati prematuritas secara signifikan dapat
mengakibatkan cacat seumur.

Semakin kecil berat badan dan muda usia
neonatus, maka insiden ROP semakin
meningkat.
PATOFISIOLOGI

Retinopati prematuritas terutama terjadi pada bayi dengan
Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa berat badan
lahir rendah, usia gestasi yang rendah, dan penyakit penyerta
yang berat ( misalnya respiratory distress syndrome {RDS},
displasia bronkopulmoner {BPD}, sepsis) merupakan faktor-
faktor yang terkait.

Vaskularisasi retina mulai berkembang pada usia gestasi
kurang lebih 16 minggu :
Pembuluh darah choroid terbentuk pada usia gestasi 6 minggu
Bagian nasal dari retina sampai ke ora serrata pada usia gestasi
32 minggu.
bagian temporal tervaskularisasi seluruhnya pada usia gestasi
40-42 minggu (aterm).
Kelahiran bayi prematur mengakibatkan terhentinya
proses maturasi dari pembuluh retina normal.

Terdapat dua teori yang menjelaskan patogenesis ROP :
(Kretzer dan Hittner) Sel-sel spindel mesenkimal, yang
terpapar kondisi hiperoksia mencetuskan respon
neovaskular
(Ashton) menjelaskan akan adanya dua fase terjadinya
ROP.
stadium I
menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi pembuluh
retina dan destruksi sel-sel
endotel kapiler yang
irreversibel
(hyperoxia-vasocessation)
Seiring area ini mengalami iskemik ,(VEGF),
membentuk vaskularisasi yang baru yang immatur
dan tidak berespon terhadap regulasi yang normal.

- stadium II
Nutrisi dan oksigen dikirim ke retina melalui
kapiler pada lapisan choroid. Retina terus
tumbuh akhirnya melebihi yang dapat
disuplai terjadilah hipoksia retinal,
mengakibatkan per
tumbuhan pembuluh
darah yang berlebihan
(hypoxia-
vasoproliferation)
EPIDEMIOLOGI

20.7% (88 dari 425 bayi prematur) dan melaporkan
bahwa usia gestasi 28 minggu dan berat lahir 1000
gr adalah faktor risiko yang paling signifikan (Korea)
insidensi 29.2% (165 dari 564 bayi dengan BBLASR).
(Singapura)
Usai median dari onset ROP adalah 35 minggu ( range
31-40 minggu)
500-700 anak mengalami kebutaan akibat ROP di
Amerika Serikat.
Setiap tahun, 2100 bayi akan mengalami gejala sisa
sikatrisial, termasuk miopia, strabismus, kebutaan, dan
ablasio retina.
Maka dibuat semacam screening protocol sesuai
dengan usia gestasi.
GAMBARAN KLINIS


Anamnesis
Classification of Retinopathy of Prematurity (ICROP).
Membagi atas :
zona-zona pada retina (1, 2, dan 3),
penyebaran penyakit berdasarkan arah jarum jam (1-12),
tingkat keparahan penyakit dalam stadium (0-5).
Pembagian zona :
Zona 1
Zona 1 adalah yang paling labil. Pusat dari zona 1 adalah
nervus optikus. Area ini memanjang dua kali jarak dari saraf
optik ke makula dalam bentuk lingkaran.
Tanda utama dari perburukan penyakit ini adanya pembuluh
darah yang mengalami peningkatan dilatasi.
Zona 2
Zona 2 adalah area melingkar yang mengelilingi zona 1
dengan nasal ora serrata sebagai batas nasal.
Didahului dengan tanda bahaya (wang sign) :
(1) tampak vaskularisasi
yang meningkat pada
ridge (percabangan
vaskular meningkat),
(2) Dilatasi vaskular yang
meningkat.
(3) Tampak tanda hodog
pada ridge merupakan
penebalan vaskular
pada ridge



Zona3
Zona 3 adalah bentuk bulan sabit
Pada zona ini jarang terjadi penyakit yang
agresif. Biasanya vaskularisasi lambat
Banyak bayi yang tampak memiliki penyakit
pada zona 3 dengan
garis demarkasi dan
retina yang nonvaskular.
Dipertimbangkan se
bagai penyakit sikatrisial.
Stadium
Stadium 0
Merupakan vaskularisasi retina yang imatur.
Tidak tampak adanya demarkasi retina yang
jelas antara retina yang tervaskularisasi dengan
nonvaskularisasi
Stadium 1
Ditemukan garis demarkasi tipis diantara area
vaskular dan avaskular
pada retina. Garis ini
tidak memiliki ketebalan.
Stadium 2
Tampak ridge luas dan tebal yang memisahkan
area vaskular dan avaskular retina.

Stadium 3
Dapat ditemukan adanya
proliferasi fibrovaskular ekstra
retinal (neovaskularisasi) pada
ridge, pada permukaan
posterior ridge atau anterior
dari rongga vitreous.

Stadium 4
Stadium ini adalah ablasio retina subtotal yang berawal pada ridge. Retina
tertarik ke anterior kedalam vitreous oleh ridge fibrovaskular.
- Stadium 4A : tidak mengenai fovea
- Stadium 4B : mengenai fovea

Stadium 5
Stadium ini adalah ablasio retina total berbentuk seperti corong (funnel).
- Stadium 5A: corong terbuka
- Stadium 5B: corong tertutup

Penyakit Plus
Didefinisikan sebagai arteriolar yang berkelok-kelok dan pembesaran vena
pada kutub posterior, pembesaran vaskularisasi iris, rigiditas pupil, dan
vitreou yang berkabut, yang mana merupakan bagian dari subklasifikasi dari
stadium-stadium di atas.

Threshold Disease
Didefinisikan sebagai area penyakit dalam jangkauan 5 arah jarum jam
berturut-turut atau 8 arah jarum jam yang tidak berturutan



PROSEDUR PEMERIKSAAN
Standar baku untuk
mendiagnosa ROP adalah
pemeriksaan retinal
dengan menggunakan
oftalmoskopi binokular
indirek.
Dibutuhkan pemeriksaan
dengan dilatasi fundus
dan depresi skleral.
Instrumen yang digunakan
adalah speculum sauer,
depresor skleral Flynn,
dan lensa 28 dioptri
PENATALAKSANAAN


Terapi Medis
screening oftalmologis terhadap bayi-bayi yang
memiliki faktor risiko.
anti neovaskularisasi intravitreal, seperti
bevacizumab (Avastin).
Mempertahankan level insulinlike growth factor
(IGF-1) dan omega-3-polyunsaturated fatty acids
(PUFAs) dalam kadar normal

Terapi Bedah
Terapi bedah ablatif (Ablative surgery)
Krioterapi
Terapi Bedah Laser


Early Treatment for Retinopathy of Prematurity
(ET-ROP)
TINDAK LANJUT

Dasar pemeriksaan untuk menindaklanjuti pasien dengan
retinopati prematuritas (ROP) adalah dari hasil pemeriksaan
awal. Semakin immatur vaskularisasi retina atau semakin
serius kondisi penyakitnya, semakin pendek masa interval
follow-u p lanjutan yang harus dijalani.
Setelah intervensi bedah, oftalmologis harus melakukan
pemeriksaan setiap 1-2 mingg
20% dari bayi-bayi prematur menderita strabismus dan
kelainan refraksi (pemeriksaan oftalmologis setiap 6 bulan
hingga bayi berusia 3 tahun)

PENCEGAHAN
pencegahan kelahiran bayi prematur.
kortikosteroid dalam masa antenatal memiliki efek protektif
terhadap tingkap keparahan ROP.
Terapi suplemental oksigen dengan target saturasi 83-93%
dapat menurunkan insidens ROP yang mencapai threshold.



KOMPLIKASI
Komplikasi jangka panjang dari ROP antara lain
adalah miopia, ambliopia, strabismus, nistagmus,
katarak, ruptur retina, dan ablasio retina.

PROGNOSIS
stadium I atau II memiliki prognosis yang baik
dibandingkan pasien dengan penyakit pada zona 1
posterior atau stadium III, IV, dan V.

Anda mungkin juga menyukai