Anda di halaman 1dari 99

1 fxbbss - klinis protozoa usus,

protozoa atrial
e-mail: bambangsakiman@yahoo.com
Protozoa Usus Patogen pada
Manusia :
Entamoeba histolytica
Balantidium coli
Giardia lamblia
Isospora

Ameba Koprozoik:
Naegleria fowleri
Acanthamoeba spp
2 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Amebiasis:
Patogenesis:
melekat pada reseptor dan secara mekanis dibantu
dengan pembentukan filopodia;
dihambat oleh pembentukan mikrofilamin;
tergantung pada protein pengikat KH spesifik (lektin)
pada permukaan sel ameba yang lebih menyukai
melekat pada polisakarida & glikoconjugat yg
mengandung N-asetilgalaktosamin;
3 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Amebiasis :
Patogenesis :
Terjadinya invasi ameba ke dinding usus tergantung
keseimbangan antara pertahanan tubuh hospes dengan
kemampuan destruksi virulensi ameba; keduanya
dipengaruhi banyak faktor seperti misalnya: daya tahan
tubuh hospes, penyakit
2
yg melemahkan (HIV/AIDS,
penyakit
2
kronis, keganasan, dibetes melitus dsb),
penggunaan obat
2
imunosupressan (mis. kortikosteroid
dalam jangka lama), perlukaan dinding usus, strain ameba,
kondisi isi usus (mis. Banyaknya kandungan KH
menguntungkan ameba, passage isi usus)
4 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Patogenesis (lanjutan):
Perlekatan E. histolytica pd epitel usus juga
tergantung pada:
~ suhu (optimal: 35-37C);
~ waktu sejak inkubasi (perlekatan maksimal terjadi
setelah 15 menit sejak inkubasi);
~ pH (optimal: 5,7 - 6,0);
Banyak memproduksi protease, hialuronidase &
enzim hidrolitik, tapi aktivitasnya pada sitotoksisitas
tidak dapat terlihat secara in vitro;

5 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Patogenesis (lanjutan):
Trofozoit E. histolytica mampu menghancurkan
lekosit pada waktu kontak, tapi untuk terjadinya
sitolitik perlu kontak antara ameba dengan sel target;
Lisis & fagositosis terjadi bersamaan;
Strain patogen menelan eritrosit manusia lebih
banyak;
Secara elektroforetik isozim strain patogen
memberikan gambaran yg berbeda daripada strain
non patogen;
Faktor intrinsik yg menentukan patogenitas ameba
tidak diketahui.
6 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Predileksi:
7 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Patologi
Ameba mampu
melakukan
penetrasi
menembus lamina
muskularis mukosa
submukosa ke
horisontal ulkus
berbentuk botol

8 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Ulserasi menyebabkan
perdarahan intraluminal,
khas pada fase akut
Ulkus dapat bergabung
dengan ulkus di dekatnya
membentuk koalisi ulkus
dimana mukosa di atasnya
tampak tetap utuh
Bila terjadi infeksi sekunder
oleh bakteri dapat terjadi
nekrosis dinding usus yg
luas
Timbulnya tenesmus
menunjukkan adanya
ulserasi rektum.

9 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Gejala Klinis
Pada umumnya tidak jelas/samar
Berat-ringannya gejala tergantung pada luasnya invasi ke
jaringan.
Sebagian besar (85-95%) infeksi ameba adalah asimtomatik
5-15% infeksi simtomatik
95% infeksi simtomatik bermanifesatasi sebagai disentri atau
kolitis non disentri
5% dari amebiasis simtomatik berupa amebiasis
ekstraintestinal.
Amebiasis ekstraintestinal dapat berupa: hepatitis akut non
supuratif, abses hepatik, amebiasis pulmonal, amebiasis lain
yang sangat jarang (otak, kulit, vagina, penis)
10 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Amebiasis simtomatik:
Onset-(mulai)nya biasanya per-lahan;
Biasanya berupa nyeri abdomen atau rasa tidak enak
di abdomen karena gerakan usus yang lebih cepat;
Sering dirasakan nyeri rektum dan keinginan berak
yang sangat, diare berdarah merupakan tanda
disentri ameba yang klasik;
Sering tanpa demam maupun gejala lain;
1/3 kasus amebiasis berlangsung akut dengan
11 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Ronsenologi Ba in loop Amebiasis kolon .
Amebiasis koli akut . Amebiasis koli kronis.
12 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Komplikasi:
Perforasi peritonitis
Penyembuhan sekunder
granulomata kronis konstriksi usus
gangguan pasase isi usus ileus
13 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Amebiasis Hati
Hepatomegali, sakit tekan
Demam
Berat badan turun
Kadang batuk (oleh karena pnemonia lobus
kanan bawah)
Dapat terbentuk abses
Lekositosis
14 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Ronsen Thoraks penderita amebiasis hati
Ronsen thorax normal Ro thorax penderita abses hati amebawi
15 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial



Pus hasil aspirasi abses
hepatik amebawi
16 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Amebiasis Kulit
Terjadi karena
penyebaran per
continuitatum
Paling sering kulit di
daerah hepatal
Bisa di perineum,
epigastrik

17 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Fistula amebawi perianal Amebiasis glas penis
18 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Diagnosa :

Keluhan : sakit
perut, kadang
sampai kram,
terutama waktu mau
BAB
Diare disertai darah
& lendir, keluar
sedikit2, sakit, tinja
masih berbentuk



19 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pemeriksaan Tinja

Pada penderita
amebiasis koli akut
tinja harus sudah
diperiksa dalam
jangka waktu 2 jam
sejak evakuasi tinja;
bila tidak bisa harus
diawetkan dg PVA
atau MIF
20 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Trofozoit E. histolytica dalam larutan garam fisiologis
21 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Gerakan Ameba dalam larutan
garam fisiologis
22 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Trofozoit E. histolytica Kista E. histolytica
23 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pengobatan:
Anti amebik:
Metronidazole: 3 500-700 mg/hari
selama 5 - 10 hari;
Tinidazole: 1 2 gr/hari selama 2 - 3 hari;
Seknidazole: 1 2 gr/hari selama 3 hari;
Nimorazole; 1 2 gr/hari selama 5 hari;
Furazolidon: 4 100 mg/hari selama 7
hari.


24 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pencegahan:
Menjaga higiene & sanitasi pribadi &
keluarga.
Penanganan food handlers.
Air selalu dimasak, kebersihan ice
cubes dan alat makan & minum.
Hindari makan langsung sayuran
mentah dan buah dari pedagang di
pinggir jalan.
25 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Meningoensefalitis Amebawi
Primer
Disebabkan oleh ameba yang hidup
bebas (free living amebae = ameba
oportunistik)
Ada 2 bentuk:
- Meningoensefalitis amebawi primer;
- Ensefalitis amebawi granulomatosa.
26 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Meningoensefalitis amebawi primer
Disebabkan oleh Naegleria fowleri.
Dilaporkan dari Australia (pertamakali), juga
dari Amerika Serikat, Eropa, Asia, Selandia Bru,
Afrika, Amerika Tengah dan Selatan.
Ada riwayat berenang sebelumnya,
~ sebagian besar kasus berenang di danau, rawa,
sungai, baik air tawar maupun payau, tetapi ada juga
laporan dengan riwayat berenang di kolam renang.
~ ada kasus dari Nigeria yang diduga dari air wudhu
~ kasus non akuatik juga dilaporkan dari Nigeria
pada bayi berumur 8 bulan.

27 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Cairan spinal:
~ keruh, purulen bahkan sanguinopurulen,
dengan jumlah sel > 20.000/mmk, terutama
terdiri atas netrofil,
~ bakteri (-),
~ eritrosit biasanya ada,
~ dapat ditemukan ameba yang motil dan
tidak tercat dengan baik dengan pewarnaan
bakteri yang biasa.

28 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Gambaran klinisnya dramatik:
- masa inkubasi pendek
- berlangsung akut, fulminan, fatal
- gejala prodromal hanya beberapa hari, berupa:
+ sakit kepala berat, demam mual muntah;
+ gejala meningitis yg terutama mengenai daerah olfaktorial,
frontal, temporal & serebelar;
+ Gejala olfaktorial: khas, timbul awal, tapi tidak selalu ada;
+ pasien menjadi irasional koma;
+ meninggal dalam 3-6 hari.
29 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Meningoensefalitis amebawi
granulomatosa
Disebabkan oleh Acanthamoeba spp.
(dulu diduga Hartmanella juga merupakan penyebab, tetapi
tidak ada bukti lebih lanjut yang mendukung)
Insidens lebih jarang.
Biasanya mengenai orang dengan imunitas
inkompeten.
Masa inkubasi > 10 hari, kronis, gejala kurang
menonjol.
Terjadi ensefalitis granulomatosa kronis.
Acanthamoeba spp. Dilaporkan juga dapat
menimbulkan keratitis, amebiasis kutis &
osteomielitis.

30 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pengobatan
Belum ada obat yang memuaskan, sulfadiazin,
penisilin, ampisilin, tetrasiklin, eritromisin,
kloramfenikol, emetin, klorokuin, metronidazol dalam
trial semua tidak efektif.
Pernah dilaporkan pengobatan pada seorang (!)
penderita dengan kombinasi amfoterisin B intrathekal
+ intravena + mikonazol intravena + mikonazol
intrathekal + rifampisin oral.
31 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Giardiasis
Patogenesis:
Iritasi duodenum

Diare usus kecil

Sakit kejang perut Gangguan pencernaan lemak

Diare berlemak Flatulensi Sindroma malabsorbsi
32 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Gejala klinis:
Dapat mengenai semua umur, tetapi anak > dewasa.
Sering tanpa gejala, bila timbul gejala bervariasi, mulai dari
diare ringan, flatulensi, anoreksi, sakit perut seperti kejang
perut, sakit tekan epigastrik sampai steatorea dan sindroma
malabsorbsi.
tinja berlemak, hipoproteinemia, hipogamaglobulinemia,
defisiensi asam folat & vitamin terlarut dalam lemak.
Infeksi Giardia dapat memicu intoleransi laktosa, tetapi
intoleransi laktosa ini tetap berlanjut meskipun giardiasis sudah
diobati.
Sering disertai gejala kolangitis.
33 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Diagnosa:
Gejala klinis: keluhan penderita, pemeriksaan fisik diagnostik,
pemeriksaan tinja.
G. lamblia tidak selalu terdapat dalam tinja secara konsisten.
Terdapat 3 pola ekskresi Giardia dalam tinja:
Tinggi: Giardia terdapat pada hampir semua tinja yang diperiksa;
Rendah: Giardia hanya dijumpai disebagian kecil tinja ( 40%
sampel tinja);
Campuran: 1-3 minggu tinggi kemudian ber-ganti dengan suatu
periode yg pendek dari pola ekskresi rendah.
bila suatu pemeriksaan tinja thd Giardia negatif, pemriksaan ulang
dilakukan setelah interval beberapa hari.
Imunoserologis:
ELISA, Imunofluoresen, CIE.

34 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pengobatan:
Kuinakrin HCl
Metronidazol
Tinidazol
Nimorazol
Seknidazol
35 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Balantidiasis.
Balantidium coli menghuni usus besar, sekum dan
ileum terminal.
Terutama sebagai penghuni lumen, meskipun
demikian mampu melakukan penetrasi kedalam
mukosa dan menimbulkan ulserasi.
Penetrasi kedalam mukosa dilakukan dengan
bantuan enzim hialuronidase.
Sesudah invasi B. coli, dapat diikuti invasi bakteri
yang kemudian diikuti reaksi peradangan disekitar
trofozoit.
36 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Gejala klinis:
.. Sering asimtomatik.
Gejala klinis bervariasimulai dari diare dan kolitis
ringan sampai disenteri berat menyerupai disentri
ameba.
Meskipun jarang, pernah dilaporkan penyebaran
ekstraintestinal ke nodis limfatikus, hati, pleura, paru
dan traktus urogenital.
Pernah ada laporan kasus fatal balantidiasis oleh
karena perforasi apendiks yang kemudian diikuti
peritonitis.
37 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pengobatan:
Oksitetrasiklin 4 x 500 mg selama 10 hari
Iodokuinol 3 x 650 mg selama 20 hari
38 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Isosporiasis
Sebagian besar self limited
sering tanpa gejala/asimtomatik
bila timbul gejala sangat bervariasi
~ mulai hanya berupa rasa tidak enak di perut disentri berat
dengan konsekuensi fatal
~ bisa terjadi diare kronis, berat badan turun, lemah anoreksia
~ diare yg terjadi bisa sampai 20 /hari selama 3-4 hari.
bisa berlangsung beberapa bulan 15 th
eosinofilia
tinja lembek, kuning pucat, lemak (+) malabsorbsi
39 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Predileksi:
duodenum bagian oral jejunum proksimal,
meskipun demikian dapat terjadi penyebaran pada
epitel mukosa di usus bagian yang lain
Parasit bereproduksi secara aseksual ber-ulang
intraseluler menyebar kerusakan lapisan
permukaan usus
reproduksi seksual
ookista keluar bersama tinja
40 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Diagnosa:
pemeriksaan tinja:
langsung
konsentrasi dengan ZnSO
4
+ J-KJ
pengecatan tahan asam modifikasi Farthal & Guest
(1984) dengan cat rhodamin-auramin dicari ookista
(imatur maupun matur) berisi 2 sporokista.
Pengobatan:
kotrimoksazol (kombinasi trimethoprim +
sulfamethoxazol)
41 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Protozoa Atrial
Hanya ada satu spesies, yaitu:
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis :
Berbentuk lonjong, panjang 2-15 , bahkan bisa
mencapai panjang 30 .
Memiliki 4 buah flagel anterior.
Membrana undulansi pendek, 1/3 panjang tubuh,
tanpa flagel bebas dari membrana undulansi ini.
Inti tunggal di anterior dekat pangkal flagel, dengan
kariosoma kecil.
Memiliki aksostil memanjang dari anterior ke
posterior tubuh.
Hanya ada bentuk trofozoit.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
43
Trichomonas vaginalis dengan pengecatan
Giemsa.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
44
Penyakit :
Menyebabkan vaginitis dengan gejala
keputihan jernih, banyak, gatal yg
menonjol, kadang disertai rasa panas di
kemaluan.
Vagina hiperemis, kadang tampak normal.
sering disertai gejala sering kencing,
disuria.
Infeksi pada laki
2
biasanya asimtomatik.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
45
Vaginitis trikomonas.
Lendir yang berwarna putih menunjukkan superinfeksi dengan
Candida.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
46
Diagnosis:
Dari gejala klinik dan pemeriksaan
mikroskopis usap vagina dalam
keadaan hidup maupun dengan
pengecatan.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
47
Pengobatan:
Metronidazol 3 x 250 mg/hari selama 10
hari.
Kontraindikasi kehamilan trimester I.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
48
New Emerging Diseases
FX Bambang Sukilarso Sakiman
50
New Emerging Diseases :

Blastocystis hominis
Pneumocystis carinii
Cryptosporidium parvum
Cyclospora cayetanensis
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Blastocystis hominis
52
Blastocystis hominis :
Penghuni saluran cerna berbagai jenis hewan dan manusia

Dideskripsikan tahun 1911 oleh Alexeief sebagai Blastocystis
enterocola, dan pada tahun 1912 Brumpt mengisolasi dari tinja
manusia dan memberi nama Blastocystis hominis, dan
mengklasifikasikan sebagai khamir yg tidak berbahaya.

Pada manusia penyakitnya disebut blastosistosis.

Lebih banyak terdapat di negara
2
sedang berkembang dibanding
negara industri

Selama ber-tahun
2
taksonomi Blastocystis hominis tidak jelas,
ada yg memasukkan dalam organisme yg berkaitan dengan
Blastomyces, ada yg menganggap sebagai bentuk kista dari suatu
flagelata, dan ada yg memasukkan dalam genus
Schizosaccharomyces, atau dianggap sebagai anggota algae.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
53
Semula dianggap sebagai, psedoparasit, khamir nonpathogen,
kepentingannya di kedokteran semula adalah karena bentuk dan
ukurannya menyerupai kista Entamoeba, hanya berbeda dalam kejelasan
gambaran struktur organisasi internalnya.

Zierdt dkk mereklasifikasi sebagai protozoa berdasarkan sifat
2
protista yg
dimiliki Blastocystis hominis seperti adanya nukleus, retikulum
endoplasmik yg halus dan kasar, kompleks Golgi dan organela seperti
mitokondria. Sensitivitasnya thd obat antiprotozoa dan
ketidakmampuannya tumbuh pada media utk fungus memperkuat dugaan
bahwa organisma ini adalah protozoa. Penelitian lebih lanjut secara
molekuler menunjukkan bahwa organisma ini bukanlah khamir maupun
protozoa, tetapi dimasukkan dalam Kelas Blastocystea, Subfilum
Opalinata, Infrakingdom Chromobiota, Kingdom Chromista.

Sebagai protozoa, Blastocystis dimasukkan dalam Kelas Blastocystea dan
ordo Blastocystida.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
54

Analisis thd 10 stok B. hominis yg diisolasi dari tinja manusia
menunjukkan 2 kelompok yg jelas berbeda, protein dari kedua
kelompok secara imunologis berbeda, dan penelitian hibridisasi
menunjukkan isi DNA-nyapun berbeda.

Penelitian lain thd 61 isolat menunjukkan paling sedikit ada 4
kelompok yg terpisah secara serologis. Meskipun demikian studi
lebih lanjut mengenai apakan Blastocystis ini dapat dipisahkan
dalam spesies yg berbeda menunjukkan bhw Blastocystis
hanya terdiri atas 2 grup/kelompok. Penelitian biokimiawi lebih
lanjut menunjukkan paling kurang terdiri atas 2 varian.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
55
Daur Hidup :
Masih banyak kontroversi, daur hidup yg dikonsepkan sekarang ini
dibuat atas dasar temuan morfologis.

B. hominis sangat anerobik, berkembang biak baik secara seksual
maupun aseksual dengan pembelahan biner atau sporulasi, normalnya
membutuhkan bakteria untuk tumbuh dan mampu memakan bakteria
dan debris lain.

Memiliki 2 macam kista: kista yg berdinding tebal dan kista yg
berdinding tipis; kista dinding tipis menunjukkan hasil autoinfeksi dan
segera mengalami perbanyakan diri dalam saluran cerna, sedang kista
dinding tebal adalah bentuk menular secara fekal-oral.

Daur hidup seperti inilah yg mungkin dpt menjelaskan tingginya carrier
pada berbagai penelitian, lebih tinggi dibanding infeksi berbagai
protozoa parasitik usus lain.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
56 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
57
Morfologi:
Variasi bentuk yg besar dari B. hominis menimbulkan
kesulitan dalam identifikasi dan diagnostik.

Ada 4 macam bentuk yg umum:
Bentuk vakuolar
Bentuk granuler
Bentuk ameboid
Bentuk kista.

Gambaran bentuk organisma ini sangat dipengaruhi
kondisi lingkungan.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
58
Bentuk vakuolar :
Bentuk ini paling sering digunakan
untuk identifikasi, dan merupakan
bentuk klasik yg biasanya terdapat
di tinja .

Ukuran sangat bervariasi dg
diameter 2 m 200 m.

Karakteristik dengan suatu badan
sentral yg besar dan terikat pada
membran yg mengisi 90% volume
sel dan berfungsi dalam proses
reproduksi seksual maupun
aseksual, yg mungkin merupakan
cadangan karbohidrat dan lipid
(badan sentral ini dulu disangka
adalah suatu vakuola).
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
59
Bentuk Granuler :
Hampir sama dengan
bentuk vakuoler kecuali
dalam vakuolanya dan
sitoplasmanya yg terlihat
mengandung granula
dalam berbagai bentuk yg
berbeda.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
60
Bentuk Ameboid :
Bentuk yg lebih jarang.
Seperti ameba pd
umumnya, bentuk ini
dapat bergerak atau
menangkap makanannya
dg psedopodianya dan
menelannya.
Gambarannya tidak
teratur.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
61
Bentuk Kista :
Lebih kecil ukurannya.
Memiliki dinding ber-lapis
2

(multilayer).
Tidak memiliki vakuola sentral.
Memiliki beberapa nukleus dan
kadang dapat dilihat beberapa
vakuloa dan cadangan makanan.
Bentuk paling resisten thd kondisi
yg keras.
Tahan thd asam lambung, dapat
tetap hidup dalam air suling
sampai 19 hari, tetap mampu
hidup dalam kultur yg
mengandung obat antiprotozoa.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
62
Trofozoit Blastocystis hominis
:
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
63
Manifestasi Klinis :
Gejala yg diduga dapat ditimbulkan oleh B. hominis antara lain
diare, kejang perut dan mual, dan pada kasus yg lebih akut
demam dan diarea berat dengan tinja cair.
Gejala lain yg mungkin dapat dikaitkan dg blastositosis adalah
kelelahan, anoreksia, flatulence dan efek gastrointestinal lain,
terdapatnya lekosit dalam tinja, perdarahan rektal, peningkatan
eosinofil, pembesaran hati dan/atau limpa, ruam kulit, gatal,
pembengkakan dan sakit sendi
B. hominis ini dikaitkan dengan penderiita yg sebelumnya
didiagnosa irritable bowel syndrome.
Dilaporkan juga B. hominis terkait obstruksi intestinal.
Pada pasien
2
dengan kondisi yg mendasari (underlying
conditions) spt di atas gejala yg muncul lebih jelas.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
64
Karena patogenitasnya belum jelas, dan juga tidak
setiap infeksi Blastocystis menunjukkan gejala, maka
masih banyak kontroversi. Kesimpulan gejala
2
klinis
yg diduga terkait dg blastositosis tsb diambil atas
dasar penelitian epidemiologis dan laporan kasus.

Pendapat pertama yaitu bila B. hominis terdapat
pada penderita diare, kejang (perut), mual, demam,
muntah, dan sakit perut, tanpa ditemukannya parasit,
bakteri atau virus, maka keberadaan B. hominis ini
perlu diterapi.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
65
Pendapat kedua didasarkan atas salah satu penelitian yg
dilakukan di Jerman, yaitu pada 262 pasien HIV yg dari tinjanya
dapat diisolasi B. hominis, menunjukkan bahwa ditemukannya
B. hominis dalam tinja, bahkan pada pasien simtomatik
maupun pasien immunocompromised yg berat, bukan
merupakan indikasi pengobatan (thd B. hominis) krn sebagian
besar pasien akan sembuh spontan atau ditemukan etiologi lain.

Penelitian yg lebih baru thd 1.216 penderita dewasa, termasuk
penderita immunocompromised, pasien psikiatri, pasien lanjut
usia, imigran dari negara sedang berkembang, wisatawan ke
negara tropis, menunjukkan tingginya prevalensi parasit pada
kelompok resiko tinggi tsb dan B. hominis mrpk parasit yg paling
dominan, dan hanya berhubungan secara signifikan dg gejala
gastrointestinal bila juga disertai depresi imun yg berat.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
66
Penelitian akhir
2
ini menunjukkan bahwa B. hominis menghasilkan
protease yg memecah antibodi yg dihasilkan dan disekresikan kedalam
lumen usus, yi IgA.

Penelitian lain menunjukkan dan berkesimpulan bhw sebagai reaksi
atas protease ini maka sel intestinal hospes memberikan sinyal agar
suatu seri proses (mekanisme pertahanan) berlangsung yg berakhir
dengan self-destruction sel hospes yg dikenal sebagai fenomena
apoptosis.

B. hominis juga menunjukkan kemampuan merubah susunan F-actin
sel epitel intestinal yg penting utk stabilisasi terjadinya ikatan yg erat
dan menstabilkan fungsi barier usus (yg mrpk lapisan antara sel epitel
dengan isi usus. Dengan merubah susunan filamen aktin ini terjadi
perubahan (kompromi) fungsi barier sehingga gejala diare.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
67
Diagnosa :
Pemeriksaan tinja rutin sangat efektif untuk menemukan B. hominis,
meskipun demikian sediaan permanen dg pengecatan merupakan
procedure of choice.

Bila tinja dicuci dg air sebelum diproses, berbeda dengan kista yg lain,
B. hominis akan rusak shg menghasilkan hasil negatif palsu.

Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dinyatakan secara
semikuantitatif, mis: jarang, sedikit, sedang, banyak. Selain itu juga
perlu diingat untuk meniadakan kemungkinan penyebab dari patogen
lain.

Pemeriksaan serologi dg ELISA dapat dilakukan dengan batas titer
referensi 1/50.

Respon antibodi berhubungan secara konsisten dg simtom, dan
produksi antibodi ini dainggap sebagai bukti imunologis patogenitas B.
hominis.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
68
Terapi :
Meskipun belum ada kesepakatan bukti
klinis, tetapi dari penelitian in vitro thd
suseptibility B. hominis thd berbagai macam
obat, (sementara) dapat diambil kesimpulan:
Metronidazole adalah yg paling efektif.
Diodohydoxyquin.

Masih dalam perdebatan karena infeksi B.
hominis secara alami merupakan infeksi yg
self-limiting.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
69
Epidemiologi :
Penularan: fekal oral melalui makanan atau
minuman yg tercemar.

Diduga prevalensinya berkaitan dg kondisi cuaca, ini
ditunjukkan oleh kecenderungan meningkatnya
insiden yg meningkat selama musim panas dan
bulan
2
pre-monsoon.

Terdapat bukti bhw B. hominis adalah patogen
oportunistik, yaitu pasien yg menderita
penyakit/infeksi lain menjadi lebih rentan thd infeksi
B. hominis, terutama pasien HIV lebih mudah
terkena.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
70
Tindakan Pencegahan untuk Protozoa
Intestinal:
Perbaikan kondisi higiene & sanitasi personal.
1. Cuci tangan dengan air dan sabun setelah menggunakan toilet dan sebelum menangani
makanan.
2. Hindari air dan makanan yg terkontaminasi.
3. Cuci dan kupas semua makanan yg dimakan mentah.
4. Bila bepergian ke daerah dimana pasokan air tidak aman, hindari minum air mentah atau
makanan mentah yg tidak dicuci dengan air masak. Minuman kaleng, atau dalam botol,
atau minuman karbonasi, minuman terpasteurisasi dan kopu atau the yg diseduh
dengan air menididh aman untuk dikonsumsi.
5. Bila bekerja di pusat perawatan anak dimana harus melakukan tugas mengganti popok,
yakinkan sudah mencuci tangan dengan baik dengan menggunakan sabun yg cukup, air
hangat setiap sesudah mengganti popok, meskipun sudah menggunakan sarung
tangan.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
71
Kondisi AIDS di Indonesia 2006 :
No. Provinsi/Province AIDS
AIDS/
IDU
Mati/
Deaths
1 DKI Jakarta 2565 1839 420
2 Papua 947 4 221
3 Jawa Barat/West Java 940 757 138
4 Jawa Timur/East Java 863 475 258
5 Kalimantan Barat/West Kalimantan 553 106 106
6 Bali 399 124 74
7 Jawa Tengah/Central Java 290 86 138
8 Sumatera Utara/North Sumatra 242 110 48
9 Kepulauan Riau/Riau Archipelago 203 21 91
10 Sulawesi Selatan/South Sulawesi 143 91 62
11 Maluku/Moluccas 119 50 53
12 Lampung 102 83 32
13 Sulawesi Utara/North Sulawesi 101 24 37
14 Riau 97 15 40
15 Sumatera Selatan/South Sumatra 91 52 22
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
72
No. Provinsi/Province AIDS AIDS/IDU Mati/Deaths
16 Yogyakarta 89 55 11
17 Jambi 83 49 29
18 Sumatera Barat/West Sumatra 64 53 32
19 NTB/West Nusa Tenggara 62 30 16
20 Irian Jaya Barat/West Irian Jaya 58 5 0
21 Bangka-Belitung 50 15 3
22 Banten 42 38 11
23 NTT/East Nusa Tenggara 29 4 4
24 Bengkulu 23 15 6
25 Kalimantan Selatan/South Kalimantan 12 7 5
26 Kalimantan Timur/East Kalimantan 10 4 8
27 NAD/Aceh 6 1 2
28 Maluku Utara/North Moluccas 3 1 1
29 Gorontalo 3 2 1
30 Sulawesi Tenggara/SE Sulawesi 2 0 0
31 Sulawesi Tengah/Central Sulawesi 2 1 1
32 Kalimantan Tengah/Central Kalimantan 1 1 1
33 Sulawesi Barat/West Sulawesi 0 0 0
Jumlah/Total 8194 4118 1871
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
73
Jumlah Kasus Baru AIDS/HIV Berdasarkan
Tahun Pelaporan :
Tahun/Year HIV AIDS Jumlah/Total AIDS/IDU
1987 4 5 9 0
1988 4 2 6 0
1989 4 5 9 0
1990 4 5 9 0
1991 6 15 21 0
1992 18 13 31 0
1993 96 24 120 1
1994 71 20 91 0
1995 69 23 92 1
1996 105 42 147 1
1997 83 44 127 0
1998* 126 60 186 0
1999 178 94 272 10
2000 403 255 658 65
2001 732 219 951 62
2002 648 345 993 97
2003 168 316 484 122
2004 649 1195 1844 822
2005 875 2638 3513 1420
2006 986 2873 3859 1517
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Pneumocystis carinii
75
Pneumocystis carinii :
Pertamakali diisolasi oleh Chagas th 1909 dari paru seekor marmot yg terinfeksi
Trypanosoma cruzi dan dihubungkan dg penyakit pada manusia th 1942.

Pada manusia penyakitnya disebut pnemosistosis.

Dulu P. carinii hanya dikaitkan sbg penyebab pnemonia sel plasma interstitial
pada bayi dg immunocompromized atau bayi prematur umur < 3 bulan, tetapi
sekarang P. carinii dikenal sbg penyebab penting pnemonia pada individu
immunocompromized semua umur, terutama dg AIDS. Beberapa laporan kasus
yg terbatas, berdasarkan serologis, memperoleh hasil frekuensi 75% di antara
anak
2
umur 4 th yg diperiksa.

Penelitian yg dilakukan tahun
2
terakhir menganjurkan utk menempatkan P.
carinii ke dalam fungi, ini didasarkan atas sekuens gen mitokondrial, hasil
sequencing rRNA, DNA yg homolog dh khamir merah ustomiseta, terdapatnya
epitop yg sama dg fungus spesifik, keterbatasan pertumbuhan dalam berbagai
media utk pertumbuhan fungus.

fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
76
Meskipun demikian masih yg berpendapat agar dilakukan
penelitian lebih lanjut dalam hal sekuens rRNA thd organisma
lain sebelum dilakukan reklasifikasi.

Analisa thd dinding kista P. carinii menunjukkan bhw permukaan
membran luar berperan penting dalam pengaturan osmosa,
penggunaan nutrisi, berhubungan (mediasi) dengan hospes,
dan sebagai target obat terapetik. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan adanya gula dalam dinidng yg berfungsi sebagai
perantara hubungan parasit-hospes dan bertindak sebagai
pertahanan dengan membentuk barrier permeabilitas di sekitar
kista.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
77
Daur Hidup :
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
78
Morfologi :
Memiliki 2 bentuk/stadium:
Trofozoit
Kista

Baik trofozoit maupun kista dapat ditemukan
dari rongga alveoli paru yg terinfeksi.

Kista mempunyai 4 m, dan bila matur
berisi 8 spora.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
79 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
80
Manifestasi Klinis :
Manifestasi klinisnya berbeda pada :

Infeksi non-AIDS

Infeksi pada penderita AIDS
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
81
Manifestasi Klinis Infeksi pada
Individu Non-AIDS :
Awal penyakit tidak kentara, periode inkubasi bisa sampai 2 bulan.

Karakteristiknya adalah batuk non-produktif, yg bila berlanjut dapat menurunkan
kapasitas pernafasan.

Meskipun gangguan pernafasan bisa berat tetapi temuan klinis lain tidak jelas
abnormalitasnya.

Mungkin tidak ada demam, sel darah putih normal sedikit meningkat, mungkin
terjadi eosinofilia.

Bayi < 3 bulan bisa mendapat gejala batuk, takipnea, dan suatu episode apnea.

Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan ronkhi yg difus.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa individu immunocompetent dg penyakit
paru (lain) yg mendasarinya dapat menjadi carrier tanpa menjadi pneumonia
oleh karena P. carinii.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
82
Peningkatan kejadian PCP (Pneumocystis carinii pneumonia) di
kalangan individu non-HIV yg medapat imuno supresi tergantung
beberapa faktor termasuk penggunaan imunosupresan yg kuat,
kepedulian thd PCP, peningkatan kemampuan tes diagnostik dan
infeksi nosokomial oleh P. carinii.
Terapi thd penolakan organ donor oleh resipien dan infeksi
cytomegalovirus mrpk faktor resiko terjadinya PCP pada pasien
transplantasi ginjal.
Mengikuti penggunaan obat imunosupresif, PCP terlihat pada banyak
penyakit inflamasi spt rhematoid artritis, systemic lupus
erythematosus, kolitis ulserativa. Juga dilaporkan (sedikit) PCP pd
pemphigus, vakulitis nekrotikan kutaneus dan syndroma Bechet.
PCP pd individu imunokompeten dewasa jarang terjadi.
Lanjut usia juga mrpk salah satu faktor resiko.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
83
Manifestasi Klinis Infeksi pada
penderita AIDS :
Untuk penderita infeksi HIV simtomatik yg diduga terkena PCP,
sebaiknya dilakukan evaluasi diagnostik mulai dari ronsen
thorak, bila ronsen thorak normal dilakukan pengukuran
kapasitas paru dalam penyebaran CO (DLCO), dan bila
keduanya normal sebaiknya tes dihentikan.
Faktor resiko PCP dikaitkan dg:
Profilaksis PCP primer
Laki
2
homoseksual atau biseksual
Diagnosa AIDS
CD4
+
< 200 pd saat diagnosa AIDS ditegakkan.
Penurunan berat badan.
Inkubasi PCP pd penderita AIDS lebih panjang, sekitar 40 hari,
tapi bisa sampai 1 th.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
84
BB turun, malaise, diare, batuk non-produktif, sesak nafas yg progresif
dan demam ringan.

Pemeriksaan fisik paru dapat menemukan atau tidak menemukan
ronkhi.

Pd kasus ronsen dada normal dan pemeriksaan fisik dada bisa
tidak menemukan tanda atau sebaliknya dapat menumkan tanda
2
sakit.

Meskipun P. carinii dapat ditemukan dari berbagai organ spt limfonodi,
limpa, hepar, darah tepi, lambung, usus halus, sumsum tulang,
miokard, kel adrenal dan tiroid tapi sebetulnya penyebaran dari paru
sangatlah jarang.

Dapat ditemukan cairan serous dalam jar interstitial atau alveoli paru.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
85
Mrpk infeksi oportunistik yg serius pada anak HIV;
muncul lebih awal dibanding infeksi oportunistik lain;
puncaknya pd umur 4 5 bulan.

Resiko PCP pd bayi penderita AIDS antara 720%,
dg mortalitas 40-50%. Krn pd kasus
2
spt ini
menunjukkan AIDS yg sudah lanjut maka
diperkirakan infeksi terjadi in utero.

Extrapulmonary P. carinii sekarang makin sering
dijumpai.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
86 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
87
Diagnosa :
Dulu dengan menemukan P. carinii pd material biopsi paru.

Biopsi transbronkhial dan touch print memberikan angka keberhasilan
95% dlm menemukan organisma. Induksi sputum, bronkhoskopi juga
dilaporkan efektif utk menemukan organisma ini.

Meskipun demikian belum dicapai kata sepakat.

Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai metoda pengecatan,
misal modifikasi pewarnaan tahan asam, Gram-Weigert, cresylecht
violet, toluidin blue dan acridine-orange.

Pengecatan perak methenamine menurut Gomori dapat digunakan utk
mencari kista pada jaringan.

Belum ada tes serologi untuk P. carinii.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
88
Pengobatan :
Kombinasi Trimethoprim
Sulfamethoxazol mrpk drug of choice,
bersifat bakteriostatik.

Pentamidine isethionate.

fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Cryptosporidium
parvum
90
Cryptosporidium parvum :
Termasuk Apicomplexa, Coccidia.
Pertamakali ditemukan pada tikus.
Zoonosis pada ayam, kalkun,mencit, tikus, marmut, kuda,
babi,domba, monyet, anjing, kucing, tidak host specific.
Menular melalui fekal-oral.
Bisa menginfeksi manusia, terutama yg dengan kekebalan
kurang (immunodeficient) atau immunocompromized seperti
AIDS.
Diare, self-limiting, mekanismenya belum jelas.
Diagnosa dengan menemukan ookista dalam tinja.
Pengobatan: memperbaiki imunitas, spiramisin, atau
pirimetamin dan sulfadiasin.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
91
Daur Hidup :
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
92
Morfologi :
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
93 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
94 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
Cyclospora cayetanensis
96
Cyclospora cayetanensis :
Termasuk Apicomplexa, Coccidia, membentuk
ookista.
Hospes: manusia, intraseluler pada epitel usus.
Infeksi: fekal-oral.
Gastroenteritis, diare cair, eksplosif, mual muntah,
sakit otot
2
self-limiting.
Lebih berat pada penderita dengan imunitas kurang,
seperti penderita AIDS
Diagnosa: menemukan ookista dalam tinja.
Terapi: kotrimoksazol.
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
97
Daur Hidup :

sporozoit
trofozoit
merozoit
makrogamet
mikrogamet
ookista
fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
98 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial
99 fxbbss - klinis protozoa usus,
protozoa atrial

Anda mungkin juga menyukai