Anda di halaman 1dari 17

ALKOHOL DALAM

KOSMETIK
KELOMPOK 2:
IRMIN
SAKINA DAUD
RABIATUL ADAWIAH
DWI UTAMI
SRI IRDA AYU
LULUT PANGESTI

PENGERTIAN
Menurut Fatwa MUI Nomor 11 Tahun 2009 :
Khamr
adalah
setiap
minuman
yang
memabukkan, baik dari anggur atau yang
lainnya, baik dimasak ataupun tidak
Alkohol adalah istilah umum untuk senyawa
organik apapun yang memiliki gugus
fungsional yang disebut gugus hiidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon.

Prinsip Dasar Islam


Prinsip dasar Islam bahwa seorang muslim wajib

mengikatkan perbuatannya dengan hukum syarasebagai


konsekuensi keimanannya pada islam
Sabda Rasulullah SAW





Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu, hingga


hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (Islam)
(HR. Al-baghawi)
Seharusnya dan sewajarnya seorang muslim mengetahui

halal-haramnya perbuatan yang dilakukannya dan bendabenda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya
termasuk dalam halal-haramnya kosmetika

Pandangan Alquran Tetang Khamar


Q.S Al-Baqarah 219 :
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan
judi. Katakanlah:Pada keduanya itu terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya
QS: Al-Maidah Ayat: 90
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.

Khamr sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan umum adalah najis.


Alkohol sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan umum yang berasal dari khamr
adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak
berasal dari khamr adalah tidak najis.

Hukum Penggunaan Alkohol Dalam


Industri
Penggunaan alkohol/etanol hasil industri

khamr untuk produk makanan, minuman,


kosmetik, dan obat-obatan hukumnya haram.
Penggunaan alkohol/etanol hasil industri
non khamr (baik merupakan hasil sintesis
kimiawi(dari petrokimia) ataupun hasil industri
fermentasi non khamr) untuk proses produksi
produk makanan, minuman, kosmetik, dan
obat-obatan, hukumnya: mubah, apabila
secara medis tidak membahayakan.

Penggunaan alkohol/etanol hasil industri

non khamr (baik merupakan hasil sintesis


kimiawi(dari petrokimia) ataupun hasil
industri fermentasi non khamr) untuk
proses produksi produk makanan,
minuman, kosmetik, dan obat-obatan,
hukumnya: haram, apabila secara
medis membahayakan.

Alkohol (etanol) dan minuman beralkohol

adalah dua hal yang berbeda. Minuman


beralkohol sudah pasti memabukkan dan
diharamkan sedangkan alkohol (etanol)
belum tentu demikian.
Alkohol
(etanol) adalah sebagaimana
hukum zat pada asalnya yaitu halal. Dia
bisa
menjadi
haram
jika
memang
menimbulkan
dampak
negatif,
memabukkan dan lainnya.

FATWA MUI & LPOM MUI TENTANG


PARFUM ALKOHOL

Komisi Fatwa MUI pada Agustus 2000 menetapkan bahwa

yang disebut minuman keras adalah minuman yang


mengandung alkohol minimal 1% (satu persen). Inilah
yang tergolong khamar, baik dalam bentuk minuman
maupun obat.
Komisi Fatwa MUI masih membolehkan pemakaian alkohol
sebagai pelarut dalam dunia pangan, selama tidak
terdeteksi di dalam produk akhir bahan makanan tersebut.
Contohnya adalah penggunaan alkohol sebagai pelarut
dalam mengekstrak minyak atsiri atau oleoresin atau juga
alkohol untuk melarutkan bahan-bahan perasa (flavor).
"Syaratnya, alkohol tersebut bukan berasal dari fermentasi
khamar (alkohol teknis) dan alkohol tersebut diuapkan
kembali hingga tidak terdeteksi dalam produk akhir,"
demikian pemaparan Komisi Fatwa MUI.

Fungsi alkohol dalam sediaan kosmetika (juga

parfum) pada umumnya adalah sebagai pelarut


dan digunakan untuk di luar badan.
Adapun bagi mereka yang berpendapat alkohol
itu najis, perlu diketahui bahwa alkohol pada
dasarnya adalah benda cair yang mudah
menguap. Beberapa saat setelah kosmetika
(juga parfum) diaplikasikan, maka alkohol akan
segera menguap sehingga orang tidak lagi
mengenal adanya alkohol (undetec- table).
Adanya bau dari parfum yang diaplikasikan pada
pakaian, adalah zat wanginya, bukan alkoholnya.

Alkohol dalam kosmetika


kosmetika

yang
mengandung
alkohol
hukumnhya halal, boleh dipakai. Namun, untuk
lebih
baiknya,
pakailah
kosmetika
yang
mengandung alkohol berkadar rendah, tidak
berlaku banyak, agar tidak memudaratkan.
Alkohol menjadi sebutan untuk senyawa kimia
untuk ethanol (berfungsi sebagai pelarut) dan
untuk minuman keras (khamar). Yang terakhir ini
sudah jelas keharamannya. Sementara itu
alkohol yang dipakai pada produk kosmetik,
fungsinya untuk melarutkan bahan-bahan aktif.
Fungsi lainnya adalah sebagai antiseptik guna
membunuh bakteri. Sifat ethanol cepat
menguap, mudah terbakar, dan tidak berwarna.
Contoh ethanol adalah alkohol yang kita pakai

Rumus kimia ethanol

beda dengan alkohol


untuk diminum. Bahkan ethanol tidak bisa
diminum.
Kalaupun
diminum
bisa
menyebabkan kematian. Sementara alkohol
yang diminum pun tidak bisa dijadikan bahan
kosmetik
Konsentrasi alkohol dalam kosmetik lebih kecil
daripada penggunaan untuk antiseptik. Pada
kosmetik konsentrasinya di bawah 5% sampai
10%.
Dalam
antiseptik
konsentrasinya
biasanya 70%, bahkan untuk kasus tertentu
digunakan alkohol 90%.
Menghindari kosmetik beralkohol sepertinya
agak sulit karena fungsinya yang penting bagi
kosmetik.
Yang
penting,
penggunaannya
jangan berlebihan. Selama memenuhi batas

Alkohol teknis yang digunakan untuk


keperluan non-pangan, seperti bahan
sanitasi (dalam dunia laboratorium dan
kedokteran) masih diperbolehkan.
Sementara minuman keras atau khamar
adalah suatu istilah untuk jenis minuman
yang memabukkan.
.

Tips memilih kosmetik yang halal


1. Logo halal dari Lembaga Pengkajian Pangan

Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama


Indonesia (LPPOM MUI)
2. Produk yang telah tersertifikasi halal akan
mencantumkan logo di atas pada kemasannya.
Sertifikasi menjamin kehalalan produk dari segi
bahan, komposisi dan proses pengolahan.
Perusahaan yang telah disertifikasi berarti
telah menerapkan manajemen penjaminan
produk agar tetap halal (Sistem Jaminan Halal).

3 . Untuk produk yang berasal dari luar negeri,


telah banyak lembaga resmi maupun
independen yang menerbitkan sertifikat halal.
Salah satu lembaga yang dapat menjadi acuan
kita adalah Muslim Consumer Group: lembaga
sertifikasi milik komunitas muslim di Amerika
Serikat
4. Jika produk kosmetik yang Anda pakai belum
tersertifikasi baik di dalam maupun luar negeri,
cobalah melihat daftar komposisi bahan
(ingredients) yang biasanya terdapat dalam
kemasan produk. Produsen yang jujur akan
mencantumkan semua bahan yang digunakan.
Sebisa mungkin hindari bahan-bahan yang
Haram dan kritislahlah terhadap bahan yang
Mubah.

Rekomendasi
Para cendekiawan agar mengembangkan

ilmu dan teknologi sehingga penggunaan


alkohol sebagai pelarut obat dalam dan
luar, essence, pewarna, dan kosmetik
dapat digntikan dengan bahan yang ain.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai