Anda di halaman 1dari 29

Menopause

Dosen Pembimbing:
dr. Triyanti K. A. Putri
Disusun oleh:
Faiz Tegar Pratita
Tia Gustiani
Yuliana

Tujuan
Tujuan Umum

Mengetahui
menopause.

dan

memahami

tentang

Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dan mekanisme terjadinya

menopause
2. Mengetahui
problem
kesehatan
saat
menopause
3. Mengetahui
risiko
terapi
hormon
pada
menopause
4. Mengetahui disfungsi seksual pada menopause

Klimakterium
Klimakterium merupakan periode
peralihan dari fase reproduksi menuju
fase usia tua yang terjadi akibat
menurunnya fungsi generatif ataupun
endokrinologik dari ovarium

Fase Klimakterium
1.
2.
3.
4.

Pramenopause
Perimenopause
Menopause
Postmenopause

Pramenopause
Usia

40 tahun dan dimulainya fase


klimakterium
Ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur, dengan perdarahan haid yang
memanjang, jumlah darah haid yang relatif
banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri
haid (dismenorea)
Pada wanita tertentu telah timbul keluhan
vasomotorik dan keluhan sindrom prahaid
atau sindrom pramenstrual (PMS)

Perimenopause
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang

tidak teratur. Pada kebanyakan wanita siklus


haidnya >38 hari, dan sisanya <18 hari.
Sebanyak 40% wanita siklus haidnya
anovulatorik
Perimenopause berkisar antara 2-8 tahun
Penurunan fungsi indung telur selama masa
perimenopause berkaitan dengan penurunan
hormon estradiol dan produksi hormon
androgen

Menopause
Menurut

WHO,
menopause
adalah
berhentinya menstruasi secara permanen
akibat tidak bekerjanya folikel ovarium
Usia rata-rata menopause berkisar 43 - 57
tahun
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin
meningkat, sampai suatu ketika tidak
tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi
estrogen pun berkurang dan tidak terjadi
haid lagi

Postmenopause
Pada fase postmenopause, ovarium
sudah tidak berfungsi sama sekali,
kadar estradiol berada antara 20-30
pg/ml, dan kadar hormon
gonadotropin biasanya meningkat.

Gejala pada pramenopause dan


menopause
1. Hot flush
2. Jika berhubungan seksual terasa sakit
3. Insomnia
4. Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung
5. Gejala akibat kelainan metabolik
6. Depresi
7. Mudah lelah
8. Ketidakteraturan siklus haid
9. Gejala kelainan metabolisme mineral
10. Penurunan libido
11. Ganguan berkemih

Gangguan yang dapat terjadi


setelah menopause
1. Osteoporosis
2. Penyakit jantung koroner

Disfungsi Seksual pada


Menopause
Dispareunea
libido menurun
Vagina yang menjadi atropi sehingga

lebih tipis, lebih kering, dan kurang


elastik

Terapi Hormon Pada


menopause
Definisi
1. Terapi
menggunakan
hormon
yang
diberikan
untuk
mengurangi
efek
defisiensi hormon.
2. Pemberian
hormon
(estrogen,
progesteron, atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang
ovariumnya
telah
diangkat,
untuk
menggantikan produksi estrogen oleh
ovarium.

Indikasi
1. Menurut North American Menopause Society
(NAMS)
Indikasi primer pemberian terapi sulih
hormon adalah adanya keluhan menopause
seperti gejala vasomotor yaitu hot flush.
2. Di Indonesia
terapi hormon diberikan hanya pada pasien
menopause
dengan
keluhan
terkait
defisiensi estrogen yang mengganggu atau
adanya anacaman osteoporosis.

Kontraindikasi
1. Menurut The American College of Obsetric
and
Gynaecologists:
- kehamilan
- perdarahan genitalia
- penyakit hepar akut atau kronis
- penyakit trombosis vaskular
- pasien menolak terapi

2.
Menurut
The
Hongkong
Obstreticians and Gynaecologist
- karsinoma payudara
- kanker endometrium
- riwayat tromboemboli vena
- penyakit hat

College

of

Pilihan isi hormon pada terapi hormon


1. Rejimen I, yaitu hanya mengandung hormon
estrogen
2. Rejimen II, yaitu mengandung kombinasi
antara estrogen dan progesteron

Cara Pemberian Terapi Sulih


Hormon
Pemberian secara Oral
Estrogen Transdermal

Sediaan Kombinasi Estrogen dan


Progesteron
kombinasi

estrogen dan progestogen


sekuensial 2 mg estradiol valerat +
10 mg MPA, 2 mg estradiol valerat + 1
mg siproteron asetat, 1-2 mg 17
estradiol + 1 mg noretisteron asetat
kombinasi estrogen dan progestogen
kontinyu 2 mg 17 estradiol + 1 mg
noretisteron asetat.
Sediaan
yang
bersifat
estrogen,
progesteron dan androgen sekaligus
tibolon.

Dosis Anjuran Sulih


Estrogen
Jenis

Kontinyu

Dosis

Estrogen konjugasi

Oral

0.3-0.4 mg

17 estradiol

Oral

1-2 mg

Transdermal

50-100 mg

Subkutan

25 mg

Estradiol valerate

Oral

1-2 mg

Estradiol

Oral

0,625-1,25 mg

Dosis Anjuran Sulih


Jenis
Sekuensial
Progesteron

Kontinyu

Progesteron

300 mg

100 mg

Medroksiprogesteron
asetat (MPA)

10 mg

2,5-5 mg

Siproteon asetat

1 mg

1 mg

Didrogesteron

10-20 mg

10 mg

Normogestrol asetat

5-10 mg

2,5-5 mg

Risiko Terapi Sulih


Hormon
Efek samping terkait estrogen mastalgia

(nyeri pada payudara), retensi cairan, mual,


kram pada tungkai dan sakit kepala,
hyperplasia
endometrium
dan
adenokarsinoma.
Risiko kanker payudara meningkat secara
moderat yang bergantung pada lama
penggunaan dan riwayat keluarga

samping terkait progestin retensi


cairan, kembung, sakit kepala dan mastalgia,
kulit berminyak dan jerawat, gangguan mood
dan gejala seperti gejala pramenstrual,
Perdarahan vagina

efek

Algoritma Penggunaan Terapi Sulih


Hormon pada Wanita Menopausea

Menopause (WHO) berhentinya


menstruasi secara permanen
akibat tidak bekerjanya folikel
ovarium
Gejala-gejala
Menopause:
hot flush,
kekeringan
pada vagina,
insomnia,
penurunan
keinginan
berhubungan
seksual,
gangguan
berkemih

Simpulan
Faktor risiko terapi hormon:
Estrogen mastalgia, hiperplasia
endometrium, adenokarsinoma, ca
mammae
progesteron perdarahan vagina

Prinsip
pengobatan
menopause

memberikan
estrogen dari
luar (HRT
atau TSH)

Saran
Berdasarkan topik yang dibahas mengenai

Menopause maka penulis menyarankan agar


pembaca bisa mengerti dan memahami
materi
yang
disampaikan
dan
bisa
menerapkan ilmu tersebut ketika menemukan
kasus tersebut di lapangan.

Alhamdulilah
Thanks

Anda mungkin juga menyukai