Anda di halaman 1dari 56

IN HOUSE TRAINING

PENGETAHUAN
DASAR-DASAR PENGONTROLAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS
PADA PROSES PRODUKSI SEMEN
&
PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI

Presented by

Suharman

HRD & GA
PT. CEMENT PUGER JAYA RAYA SENTOSA
Jember, September 2015

TUJUAN IN HOUSE TRAINING

Meningkatkan pemahaman karyawan terhadap proses pengontrolan dan pengendalian


kualitas pada setiap lini atau stage proses produksi,

Mengembangkan kerjasama dan sinergi (team work yang solid) antar personil
Lab.Analisa, Lab. Pengontrolan, Central Control Room dan personil pabrik.

Meningkatkan performance kinerja masing-masing stage,

Membangun komunikasi dan diskusi kearah peningkatan mutu atau kualitas produk,

Mengimplementasikan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas produk sehingga


dapat mendukung optimalisasi divisi pemasaran (technical marketing support).

PENGERTIAN SEMEN

Kata cement itu diambil dari kata caementum (Bahasa Latin) merupakan nama dari
batu kapur di Italia,

Semen adalah hydraulic binder (perekat hidraulis) yang berarti bahwa senyawa yang
terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air membentuk zat baru yang
mampu mempersatukan bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh dan
kuat,

Dengan sifat hidraulis, semen jika dicampur dengan air akan terjadi reaksi dan
selanjutnya terjadi proses pengerasan meskipun dalam air.

TINJAUAN HISTORIS

Dimulai pada zaman Mesir, Yunani dan Romawi Kuno (Gedung Piramida).

Pertengahan abad ke 18 setelah revolusi industri Eropa banyak dilakukan penelitian tentang
semen.

Tahun 1756, John Smeaton ahli dari Inggris menemukan hydraulic lime dan digunakan untuk
membangun Gedung Eddystore Lighthouse.

Tahun 1797 semen hidraulis mulai dipatenkan oleh James Parker (Inggris) yang
mendeskripsikan sebagai Roman Cement.

Tahun 1824 John Aspeden (Inggris) melakukan perbaikan proses pembuatan yang akhirnya
dikenal dengan nama Portland Cement.

I.C. Johnson 20 tahun kemudian mulai meletakkan dasar-dasar kimia dalam pembuatan semen.

Tahun 1850 Portland Cement dengan kualitas baik mulai dikembangkan di Inggris dengan
dibukanya empat buah pabrik semen.

Kemudian diikuti oleh negara Eropa, Amerika dan Jepang.

TINJAUAN HISTORIS (CONT.)

Tahun 1852 William Aspeden anak dari John Aspeden mempatenkan pengembangan
semen portland yang kita kenal sekarang.

Pada tahun 1910 berdirilah pabrik semen pertama di Indonesia yaitu di Padang dan
didirikan oleh Belanda dengan nama NV.Nederlands Indische Portland Cement
Maatscappij (NV.NIPCM).

Industri semen terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dan


meningkatnya pembangunan.

Di Indonesia perkembangan industri dan teknologi semen terlihat munculnya divesifikasi


produk oleh Pemanufaktur Semen Nasional dengan memproduksi bermacam-macam
jenis atau tipe semen sesuai fungsi dan penggunaanya.

PERUSAHAAN SEMEN DI INDONESIA

PT.Semen Holcim Indonesia

PT.Semen Tiga Roda

PT.Semen Batu Raja

PT.Semen Padang

PT.Semen Gresik

PT.Semen Tonasa

PT.Semen Bosowa

PT.Semen Andalas

PT.Semen Kupang

PT.Semen Puger Jaya Raya Sentosa

PT.Semen Cermindo Gemilang (Merah Putih)

PT.Semen Garuda Indonesia

JENIS DAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND

Semen

Portland Jenis I

Semen Portland Jenis I disebut juga Ordinary Portland Cement (OPC), digunakan
untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).
Semen

Portland Jenis II

Semen Portland Jenis II digunakan untuk semua macam konstruksi jika


dipersyaratkan mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).
Semen

Portland Jenis III

Semen Portland Jenis III digunakan apabila dipersyaratkan kekuatan awal tinggi.
(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).

JENIS DAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND (CONT.)

Semen

Portland Jenis IV

Semen Portland Jenis IV digunakan apabila dipersyaratkan panas hidrasi rendah.


(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).
Semen

Portland Jenis V

Semen Portland Jenis V digunakan apabila dipersyaratkan ketahanan sulfat yang


tinggi dan panas hidrasi rendah.
(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).
Oil

Well Cement

Oil Well Cement digunakan pada pembuatan sumur minyak, gas dan panas bumi.
(SNI 15-3044-98 dan API Spec.10 A).

JENIS DAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND (CONT.)

Portland Pozzolan Cement (PPC)

Portland Pozzolan Cement adalah semen hidraulis yang terdiri dari campuran
homogen antara klinker semen portland dengan gypsum dan bahan pozzolan.
Semen ini digunakan untuk semua jenis konstruksi dan dapat juga digunakan jika
dipersyaratkan tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
(SNI 15-2049-2004 dan SNI 15-0302-2004 atau ASTM C.595/595 M-12).

Portland Composite Cement (PCC)


Portland Composite Cement adalah semen hidraulis yang terdiri dari campuran
homogen antara klinker semen portland dengan gypsum, bahan pozzolan dan batu
kapur. Portland Composite Cement disebut juga Ternary Cement karena bahan
yang ditambahkan lebih dari satu.
Semen ini digunakan untuk semua jenis konstruksi dan tahan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang.
(SNI 15-2049-2004 dan SNI 15-7064-2004 atau ASTM C.595/595 M-12).
9

MEKANISME REAKSI HARDENING


SEMEN PORTLAND

MEKANISME REAKSI HARDENING

KOMPONEN UTAMA PENYUSUN SEMEN


Tricalcium Silicate (C3S)
Terbentuk

dari kombinasi CaO dan SiO 2 (3CaOSiO2)

Berkonstribusi

besar terhadap kuat tekan awal (early strength),

Berkonstribusi

terhadap setting time,

Mempunyai

panas hidrasi relatif tinggi.

Dicalcium Silicate (C2S)

Terbentuk dari kombinasi CaO dan SiO2 (2CaOSiO2)

Mempunyai kecepatan reaksi relatif lambat,

Berkonstribusi terhadap perkembangan kekuatan akhir (final strength).


11

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)


KOMPONEN UTAMA PENYUSUN SEMEN
Tricalcium Aluminate (C3A)

Terbentuk dari kombinasi CaO dan Al 2O3 (3CaO Al2O3)

Mempunyai kecepatan reaksi lebih cepat,

Berpengaruh besar terhadap setting time,

Berkonstribusi terhadap kuat tekan awal (minor),

Berpengaruh terhadap panas hidrasi semen,

Berpengaruh terhadap ketahanan sulfat.


Tetracalcium Alumino Ferrite (C4AF)

Terbentuk dari kombinasi CaO, Al2O3 dan Fe2O3 4CaO Al2O3 Fe2O3)

Mempunyai kecepatan reaksi relatif lambat,

Bersifat sebagai filler,

Berkonstribusi terhadap warna semen.

12

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)

HIDRASI SEMEN
Ketika

semen dicampurkan dengan sejumlah air tertentu, maka akan terjadi reaksi antara
komponen utama penyusun semen dengan air yang dikenal dengan reaksi hidrasi.
Rating dari kecepatan reaksii hidrasi (C 3A > C3S > C4AF > C2S).
Air

merupakan reaktan kunci dalam proses hidrasi semen dimana diawali dengan gejala
terjadinya setting dan dengan adanya gypsum sebagai retarder proses setting ini terjadi
perubahan kimia secara perlahan-lahan, sehingga semen tidak cepat kaku.
Reaksi

hidrasi akan menghasilkan tiga tipe hidrat yaitu :

Ettringite

(C3A. 3CaSO4 .32 H2O)

Calcium

Aluminate Hydrate (C4AH13)

Gypsum

Dihydrate (CaSO4 .2 H2O) CaSO4 + 2H2O

13

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)


SETTING (PENGIKATAN)
Yaitu gejala mulai terjadinya kekakuan pada pasta semen, dan total waktu mulai dari
pengadukkan sampai terjadinya kekakuan disebut setting time.
Menurut SNI dan ASTM ada dua macam setting time :
Initial

Setting Time (Waktu Pengikatan Awal)

Yaitu waktu mulai terjadinya kekakuan tertentu dimana pasta semen sudah mulai tidak
workable. Pengikatan awal diperoleh jika jarum vicat ( 1 0.005 mm) mampu
melakukan peneterasi pada pasta semen pada level skala 25 mm.
Final

Setting Time (Waktu Pengikatan Akhir)

Yaitu total waktu mulai pasta dibuat sampai terjadi kekakuan penuh dimana peneterasi
jarum vicat ( 1 0.005 mm) pada permukaan pasta tidak meninggalkan bekas.

14

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)

SETTING (PENGIKATAN)
Pada umumnya setting time dipengaruhi oleh :

Kandungan C3A

Makin tinggi kandung C3A dalam semen akan menghasilkan setting time yang semakin
pendek.

Kandungan Gypsum (CaSO4.2H2O)

Makin besar kandungan gypsum dalam semen akan menghasilkan setting time
semakin panjang.

Kehalusan Semen

Makin halus partikel-partikel semen akan cenderung menghasilkan setting time


semakin pendek.

15

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)


EARLY STIFFENING
Yaitu terjadinya kekakuan yang sangat cepat (fast setting) dari pasta semen, mortar atau
beton.
Ada dua macam gejala early stiffening pada semen :
1. False Set (Pengikatan Semu)
Yaitu gejala cepatnya terjadi pengembangan sifat kekakuan dari pasta semen, mortar
atau beton. Gejala tersebut akan hilang dan sifat plastis akan kembali bila dilakukan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air.
Penyebab Terjadinya False Set
Temperatur

clinker feeder relatif tinggi,

Kurang

berfungsinya alat exhaust fan (penarik udara panas dalam mill),

Kurang

optimalnya fungsi sistem pendingin (water sprayer),

Temperatur

penggilingan pada finish mill relaif tinggi,

Terjadinya

dehydrasi gypsum dimana 75% lebih dihydrate gypsum berubah menjadi


hemyhidrate atau soluble anhydrate,
Lebih

reaktifnya gypsum dari C A,

Kandungan

SO dalam semen relatif rendah.

16

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)

2. Quick Set (Flash Set)


Yaitu gejala terjadinya pengembangan kekakuan yang terlalu cepat (premature
setting) dari pasta semen, mortar atau beton dengan disertai pelepasan panas
yang cukup besar. Kekakuan ini tidak bisa dihilangkan dengan pengadukan lebih
lanjut tanpa penambahan air.
Penyebab Terjadinya Quick Set
Tingginya

kadar C3A relatif terhadap kadar gypsum,

Proporsi gypsum sangat kurang,

Lebih reaktifnya C3A dari gypsum,

Tingginya
Terlalu

kadar C3S,

halusnya partikel-partikel semen.


17

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)

HARDENING
Hardening

yaitu proses terjadinya pengerasan semen dimana semen dengan


campuran tertentu sudah membentuk bonding yang solid dan telah memberikan nilai kuat
tekan tertentu.
Kuat

tekan yaitu sifat kemampuan mortar atau beton untuk menahan atau memikul
suatu beban tertentu.
Kuat

tekan merupakan sifat paling penting yang harus dipunyai, di samping sifat lain
seperti kuat tarik dan kuat lentur.
Mortar

adalah campuran antara semen, air dan pasir dengan perbandingan tertentu.

Beton

adalah campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar dengan
perbandingan tertentu.

18

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)

KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI KUAT TEKAN (HARDENING)


Perkembangan kuat tekan sangat ditentukan oleh komponen mineral compound dan size
distribution particle cement yaitu :

C3S

memberikan konstribusi besar pada perkembangan kuat tekan awal (early strength),

C2S

memberikan konstribusi pada perkembangan kuat tekan akhir (final strength),

C3A

mempengaruhi kuat tekan awal sampai tingkat tertentu,

C4AF

tidak berkonstribusi pada kuat tekan (sebagai filler dan warna semen),

Kehalusan

semen pada populasi 3 - 30 akan lebih berkostribusi terhadap perkembangan

kuat tekan.
19

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)


RINGKASAN MEKANISME PROSES HIDRASI DAN HARDENING CEMENT
Pada

pencampuran semen dan air dengan jumlah tertentu akan terjadi proses reaksi

hidrasi komponen penyusun semen, diikuti proses pengikatan (setting),


Proses

pengikatan sampai semen mengeras terjadi empat tahap yaitu dormant

periode, initial set, final set dan hardening,


Dormant

periode dimana sifat pasta semen beberapa saat tidak terjadi perubahan,

Phenomena
Initial

ini terjadi berulang kali dengan menghasilkan setting,

set dimana pasta semen sudah tidak dapat dibentuk lagi dan waktu sampai

mencapai tingkatan ini disebut waktu pengikatan awal (initial setting time),
Final

set dimana pasta semen semakin padatan yang keras (rigid) dan waktu sampai

mencapai tingkatan ini disebut waktu pengikatan akhir (final setting time).
Proses

ini terus berlanjut hingga pasta semen menjadi keras dan kuat, tingkatan ini

disebut pengerasan (hardening).

20

MEKANISME REAKSI HARDENING (CONT.)

Portland Cement

Portland Cement Hydrates

3CaO . SiO2) + H2O


2CaO . SiO2)

3CaO.2SiO2 . 3H2O
+
Calcium Silicate Hydrate

Ca (OH)2
Calcium Hydrate

3CaO . Al2O3

3CaO.Al2O3.6H2O

CaSO4 . 2H2O

3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O
ettringite

4CaO.Al2O3.Fe2O3

3CaO.(Al.Fe)2O3.3CaSO4.6H2O.aq
21

DIAGRAM
MEKANISME PROSES SETTING DAN HARDENING CEMENT PORTLAND

PENAMBAHAN AIR

DORMANT PERIODE

PASTA PLASTIS &


MUDAH DIBENTUK

INITIAL SET

SETTING

INITIAL SETTING TIME MIN.


45 MENIT

FINAL SETTING TIME


MAX. 7 JAM

PASTA KAKU DAN


MUDAH DIBENTUK

FINAL SET

HARDENING

PADAT DAN KAKU


& MULAI MENGERAS

22
PROSES PENGERASAN

SIFAT FISIKA-KIMIA
CEMENT
PORTLAND

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND

SIFAT FISIKA
PANAS HIDRASI
Ketika

semen ditambahkan air dengan sejumlah tertentu akan tejadi proses hidrasi dari

komponen penyusun semen dengan air (reaksi hidrasi),


Selama

proses hidrasi melepaskan sejumlah panas (eksotermis) per satuan berat,

Jumlah

panas hidrasi tergantung tipe semen, kehalusan dan water cement ratio,

Menurut

Verback dan Foster panas hidrasi dari masing-masing komponen penyususun

semen pada 28 hari yaitu :


C3S (377 J/g), C2S (105 J/g), C3A (1378 J/g) dan C4AF (498 J/g)
Untuk

memproduksi semen dengan panas hidrasi rendah diperlukan clinker dimana C 3A

dan C3S relatif rendah.

24

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND (CONT.)

SIFAT FISIKA
KUAT TEKAN
Kuat

tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen semen, utamanya Kalsium Silikat,

Kuat

tekan awal (28 hari) didominasi oleh hidrasi C 3S dan dibantu oleh C3A,

Kuat

tekan akhir didominasi oleh hidrasi C 2S dan kehalusan semen,

Perkembangan
Faktor-faktor
Mortar

kuat tekan ditentukan oleh reaktifitas komponen penyusun semen dan juga kehalusan.

yang mempengaruhi kuat tekan pada mortar dan beton yaitu :

design dan concrete design,

Kualitas

air dan faktor air semen (FAS),

Kualitas

bahan penyusun (semen, fine agregat dan quarse agregat),

Metoda pencampuran.

25

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND (CONT.)


SIFAT FISIKA
SOUNDNESS
Soundness

didifinisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mempertahankan


volumenya setelah proses pengerasan berakhir.
Ada dua perubahan bentuk dari pasta yang sudah mengeras yaitu pengembangan
(exspansion) dan penyusutan (shrinkage).

PENGEMBANGAN (EXPANSION)
Ekspansi

dimana terjadinya pengembangan volume pasta semen setelah proses


hardening,
Kestabilan

volume ini akan terganggu jika Free CaO dan Free MgO (periclase) dalam
semen relatif tinggi,
Free

CaO dan free MgO sangat reaktif dengan air atau uap air yang ada dalam udara,

Secara

reaksi kedua komponen ini sama, tapi efek ekspansinya free MgO lebih besar
dari free CaO dan lebih dikenal dengan magnesia exspansion,
Faktor

inilah SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150-12 memberi batasan komponen MgO
dalam semen,
Warna

gelap semen didominasi oleh komponen MgO, dengan demikian warna semen
bukan penentu kualitas,
Di

samping free CaO dan free MgO, kelebihan gipsum dalam semen juga dapat
menyebabkan terjadinya pemuaian.

26

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND (CONT.)


SIFAT FISIKA
SOUNDNESS
PENYUSUTAN (SHRINKAGE)
Penyusutan

(shrinkage) yaitu terjadinya penyusutan volume dari pasta semen setelah


terjadinya proses pengerasan,
Gonnerman

menemukan C3S dan C2S mempunyai tingkat pengaruh yang sama terhadap
terjadinya peristiwa shrinkage,
Roper

mengatakan bahwa tingginya komponen C 3A dalam semen akan mengakibatkan


shrinkage lebih besar, pengaruh C 3A terhadap shrinkage ini tergantung oleh besarnya
kadar gypsum dalam semen,
Lebih

lanjut dikatakan Roper semen dengan C 3A yang sama akan mengakibatkan


shrinkage yang berbeda,
Meskipun

pengaruh komposisi kimia semen terhadap shrinkage tidak diketahui secara


pasti, namun pernyataan ini menarik untuk didalami dengan penelitian lebih lanjut,
Ada

tiga macam penomena penyusutan yang terjadi pada semen yaitu drying shrinkage,
hydration shrinkage dan carbonation shrinkage.
Pada

umumnya penyusutan yang sering terjadi yaitu penyusutan pengeringan (drying


shrinkage), karena selama proses hidrasi panas yang dilepaskan dari masing-masing
komponen penyusun semen akan menaikkan suhu dan terjadi penguapkan air kapiler
(capilary water) sehingga terjadi pengurangan atau penyusutan volume dari pasta, mortar
atau beton.

27

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND (CONT.)


SIFAT FISIKA
KETAHANAN SULFAT
Ketahanan

sulfat didifinisikan sebagai kemampuan struktur beton untuk menahan serangan


sulfat yang ada disekitarnya.
Ketahanan

Sulfat ditentukan oleh kandungan C 3A dimana semakin rendah kandungan C 3A


dalam semen semakin tahan terhadap serangan Sulfat.
Untuk

membuat semen yang tahan terhadap serang sulfat, C 3A dalam clinker relatif rendah,

Pada

umumnya bentuk senyawa Sulfat yang ada antara lain Magnesium Sulfat (MgSO 4),
dan Natrium Sulfat (Na2SO4).
Komponen

ini akan bereaksi dengan CaO yang ada dalam semen membentuk senyawa
Magnesium Hidroksida [Mg (OH)2], Natrium Hidroksida (NaOH) dan Calsium Sulfat (CaSO 4).
CaSO4

yang terbentuk akan bereaksi dengan C 3A menghasilkan Kalsium Sulfo Aluminat


yang mempunyai volume lebih besar dari C 3A, sehingga menyebabkan terjadinya exspansi
dan inilah yang menyebabkan hard set cement menjadi rusak.
Terkait

dengan ketahanan sulfat ini American Petroleum Institute (API) mengklasifikasikan


dimana semen tahan sulfat tinggi C3A maksimum 3 %, dan ketahanan sulfat sedang C 3A
maksimum 5 %.

28

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND (CONT.)


SIFAT KIMIA
LOSS ON IGNITION (HILANG PIJAR)
Hilang

pijar menyatakan bagian dari zat yang akan terbebaskan atau menunjukan jumlah

air dan gas CO2 yang hilang dalam semen melalui proses pemijaran,
Komponen

hilang pijar (moisture dan gas CO 2) bersumber dari material penyusun semen,

dan dimungkinkan juga oleh lama penyimpanan semen,


Pada

bahan baku sebagai umpan kiln semakin tinggi hilang pijar maka semakin sedikit

umpan kiln yang akan menjadi klinker,


Untuk

efisiensi proses, maka hilang pijar dalam bahan baku menjadi salah satu syarat

dalam incoming material (standar internal),


Pada

proses produksi blended cement jenis PPC dan PCC hilang pijar merupakan

parameter control dari lime stone sebagai admixture material.


Hilang

pijar yang relatif tinggi dalam semen tidak saja akan mempengaruhi sifat fisika

semen tapi juga pada saat semen diaplikasikan.

29

SIFAT FISIKA-KIMIA CEMENT PORTLAND (CONT.)


SIFAT KIMIA
BAGIAN TAK LARUT (INSOLUBLE RESIDUE)
Bagian

tak larut merupakan impuritis atau zat pengotor yang memungkinkan ada dalam

semen,
Bagian

tak larut dalam semen menjadi salah satu syarat semen untuk mencegah

tercampurnya semen portland dengan bahan alam lainnya,


Pada

umumnya bagian tak larut bersumber dari material pozzolan,

Pada

proses produksi blended cement (PPC dan PCC) bagian tak larut merupakan

parameter control dari pozzolan sebagai admixture material.


Bagian

tak larut yang relatif tinggi dalam semen tidak saja akan mempengaruhi sifat

fisika tapi juga pada saat semen diaplikasikan.

30

DASAR-DASAR PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN KUALITAS
PADA PROSES PRODUKSI SEMEN

PENGONTROLAN
DAN PENYEDIAAN BAHAN MENTAH

Untuk membuat semen portland harus ada senyawa-senyawa oksida atau komposisi
kimia pada bahan baku :

Batu

Kapur sebagai sumber Kalsium Oksida (CaO),

Batu

Silika atau Trass sebagai sumber Silisium Oksida (SiO 2) dan AlO,

Tanah
Pasir

Liat sebagai sumber AlO,

Besi sebagai sumber Besi Oksida (Fe 2O3).

32

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH

RAW MIX DESIGN

Yaitu

merupakan rancangan (design) proporsi dari bahan mentah yang akan dicampurkan
dan digiling dalam raw mill untuk menghasilkan raw mix dengan kehalusan dan kadar air
tertentu yang dihitung berdasarkan target modulus atau mineral compound clinker yang
diinginkan.
Target

modulus sebagai parameter harus dipertimbangkan faktor yang berpengaruh


terhadap perubahan komposisi selama proses dan pemakaian batu bara sebagai bahan
bakar.
Parameter

modulus sebagai target raw mix design yaitu LSF, ALM dan SIM dengan tujuan

untuk :
Menentukan
Menghitung
Merupakan

jenis semen yang akan diproduksi,


dan mengatur perbandingan bahan baku yang akan dipakai,

referensi pada proses pembakaran,

Mendapatkan

mineral compound yang ideal dan reaktif dalam klinker.

33

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
RAW MIX DESIGN
LIME SATURATED FACTOR (LSF)

LSF atau faktor penjenuhan kapur adalah nilai yang menunjukkan perbandingan CaO maksimum
teoritis yang dapat mengikat SiO2, Al2O3 dan Fe2O3.

100 CaO
LSF =

2.8 SiO+1.18 AlO+0.65 FeO

Batasan Nilai LSF ( 90 99 )


Pengaruh LSF > 99
Kiln

Feed akan sulit dibakar,

Butuh
Free
C3S

energi panas relatif tinggi,

CaO akan tinggi,

akan tinggi,

Kuat

tekan dan panas hidrasi semen relatif tinggi.

34

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)

RAW MIX DESIGN

Pengaruh LSF < 90


Kiln

Feed mudah dibakar,

Butuh
Fasa

energi panas yang rendah,

cair di burning zone akan berlebih dan cenderung membentuk ring dan coating,

Klinker
Free
C3S

berbentuk bola-bola dan sulit dingin,

CaO relatif rendah,

turun dan C2S naik secara proporsional,

Kuat

tekan dan panas hidrasi semen relatif rendah .

35

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
RAW MIX DESIGN
SILIKA MODULUS (SIM)
SIM menunjukkan perbandingan antara jumlah SiO 2 terhadap jumlah Fe2O3 dan Al2O3.

SiO2

SIM =

Al2O3 + Fe2O3
Batasan Nilai SIM (1.9 - 3.2)
Pengaruh SIM > 3.2
Kiln

Feed sulit dibakar,

Memerlukan
Fasa

cair rendah,

Clinker
Free

energi relatif tinggi,

dusty,

CaO akan tinggi.

36

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
RAW MIX DESIGN
Pengaruh SIM > 3.2
Sifat

coating tidak stabil,

Coating

yang terbentuk tidak tahan terhadap thermal shock,

Merusak

batu tahan api,

Memperlambat
Kuat

pengerasan semen,

tekan cendrung tinggi.

Pengaruh SIM < 1.9


Cendrung

membentuk ring,

Clinker

berbentuk bola dan lama dingin,

Setting

semen akan pendek dan panas hidrasi naik,

Kuat

tekan 3 dan 7 hari relatif rendah,

Membutuhkan

energi relatif rendah.

37

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
ALUMINA MODULUS ATAU IRON MODULUS (ALM ATAU IM)
ALM atau IM menunjukkan perbandingan Al 2O3 dan Fe2O3 dengan rumus,
Batasan Nilai ALM (1.5 2.5 )

ALM (IM) =

Al2O3
Fe2O3

Pengaruh ALM > 2.5


Kiln

Feed sulit dibakar,

Kuat

tekan awal tinggi,

Panas

hydrasi tinggi,

C3A

naik dan C4AF turun,

C3S

dan C2S rendah.

38

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)

RAW MIX DESIGN

Pengaruh ALM < 1.5

Semen

akan tahan sulfat tinggi (hight sulphate resistance),

Semen

mempunyai panas hidrasi rendah (low heat of hydration),

Semen

mempunyai setting time relatif panjang (prolong),

Semen

akan mempunyai kuat tekan awal rendah (low early strength).

39

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PEMBAKARAN
TUJUAN PEMBAKARAN
Tujuan

utama pada proses pembakaran yaitu melaksanakan reaksi-reaksi kimia dari


oksida yang ada dalam raw mix atau kiln feed untuk dijadikan produk baru yang disebut
clinker.
Hal-hal

yang perlu diperhatikan guna memperoleh kualitas clinker dengan mineral


compound yang reaktif di samping batu bara sebagai bahan bakar harus mempunyai
kalori yang cukup untuk kesempurnaan reaksi pembentukan senyawa-senyawa potential
dalam clinker dengan free lime relatif rendah, juga diperlukan :
Pengonrolan

terhadap pengumpanan Kiln Feed,

Pengontrolan

terhadap pembentukan granular Kiln Feed,

Pengontrolan

terhadap proses pembakaran,

Pengontrolan

terhadap kecukupan suplai oksigen,

Pencapaian

suhu pembakaran ( 1450 C),

Pendinginan

secara cepat (fast cooling) clinker yang keluar dari out let kiln
dimaksudkan untuk kesempurnaan pembentukan mineral compound clinker (clinker
reactivity),
Pendinginan

dapat dilakukan dengan sistim ( rotary cooler, planetary cooler, grate


cooler, blower dan spray water),
Pendinginan

clinker dalam silo dengan alat exhaust fan guna menghindari tidak
terjadinya prehidrasi dan carbonasi yang bisa menurunkan kualitas clinker.

40

PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PEGGILINGAN CLINKER

TUJUAN PENGGILINGAN
Memperluas permukaan butiran clinker, sehingga dapat meningkatkan reaktivitas semen
dan normal setting ketika semen ditambahkan air pada penggunaan di lapangan,.
Untuk itu perlu dilakukan :
Pengontrolan

terhadap proporsi masing-masing bahan umpan mill,

Pengontrolan

terhadap komposisi kimia dan kadar air material sebagai admixture


(pozzolanic material),
Pengontrolan

terhadap temperatur clinker feeder,

Pengontrolan

terhadap temperatur cement outlet,

Pengontrolan

terhadap parameter operasi mill,

Pengontrolan

terhadap peralatan (Filtering, V. Separator, O.Separator, Dust Collector dan

Exhaust fan),
Pengontrolan

terhadap system pendingin mill,

Pengontrolan

terhadap komposisi kimia, kehalusan, false set dan lain-lain.


41

PENGONTROLAN
DAN PENGAWASAN PENGELUARAN SEMEN

Pengontrolan

terhadap performance kualitas semen pada masing-masing silo,

Pengontrolan

terhadap peralatan penunjang yang akan berpotensi menurunkan kualitas


(exhaust fan silo, kompresor, filtering, dan timbangan).
Pengontrolan

dan pengeluaran semen berdasarkan historis produksi pada masing-masing

silo,
Pengontrolan

dan pengujian untuk memastikan kualitas komposit semen yang keluar


memenuhi standar mutu sesuai SNI 15-0302-2004.
Pengontrolan

berat per zak semen dari masing-masing spout,

Pengontrolan

terhadap jumlah zak semen sesuai DO,

Pengontrolan

terhadap lantai dan dinding truck (tonjolan paku, kebersihan, kering tidaknya

lantai truck),
Pengontrolan

dan pengawasan terhadap kelengkapan truck (terpal) dengan kondisi baik dan

tidak bocor,
Memastikan

pemasangan terpal setiap truck pembawa semen sebelum keluar pabrik,

Menjamin

agar produk yang di pasarkan dan sampai ketangan distributor dan konsumen
agar selalu memenuhi standar SNI 15-0302-2004 serta memuaskan konsumen.

42

FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
PENURUNAN KUALITAS SEMEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENURUNAN KUALITAS SEMEN (CONT.)

PENURUNAN KUALITAS PASKA PRODUKSI


Penurunan kualitas semen paska produksi dapat saja terjadi dengan berubahnya karakteristik
semen jika pada proses packaging, storaging, handling dan transporting tidak dilakukan
penanganan produk secara ketat dan kontinyu. Hal ini sangat dimungkinkan karena semen
adalah moisture sensitive material.
Ada tiga reaksi yang memungkinkan terjadinya perubahan sifat-sifat atau karakteristik semen
yaitu :
1.Dehidrasi gypsum yaitu berubahnya dihydrate menjadi hemyhydrate atau anhydrate dengan
kata lain lepasnya air kristal dari gypsum akibat adanya temperatur relatif tinggi (lebih dari 70
C).
2.Prehidrasi didifinisikan sebagai reaksi yg tidak diinginkan antara semen dan air atau uap air
yang terjadi sebelum reaksi hidrasi yang sesungguhnya (aplikasi semen).
3.Carbonasi didifinisikan sebagai reaksi yag tidak diinginkan antara semen dan CO 2 dalam
udara lembab.
44

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENURUNAN KUALITAS SEMEN (CONT.)
GYPSUM
Gypsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan salah satu bahan yang harus
ditambahkan pada proses penggilingan clinker menjadi semen,

Gypsum berfungsi sebagai retarder yaitu mengatur waktu pengikatan dan berpegaruh
terhadap kuat tekan semen,

Biasanya semen terdiri dari 3 - 6% gypsum,

Gypsum ada dua jenis yaitu gypsum sintetis dan gypsum natural,

Kualitasnya gypsum ditentukan utamanya oleh kandungan SO3 dan kadar air, serta
komponen P2O5 dan TiO2 relatif kecil,

Semakin tinggi kandungan SO3 dalam semen artinya jumlah gypsum yang
ditambahkan relatif banyak dan begitu sebaliknya,

Pada proses penggilingan clinker menjadi semen sebagai indikator kontrol gypsum
yang ditambahkan adalah persentase SO3 (sulfur trioksida) dalam semen,

Pengontrolan secara ketat terhadap SO3 dalam semen dimaksudkan untuk


mengontrol dan mengatur proporsi pengumpanan gypsum, karena dengan
penambahan gypsum yang berlebihan tidak saja mempengaruhi aspek teknis ketika
semen digunakan (setting, penurunan kuat tekan dan terjadinya pemuaian), tapi juga
menaikkan cost production.

45

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENURUNAN KUALITAS SEMEN (CONT.)
ADA TIGA TYPE GYPSUM

Umumnya gypsum pada semen berbentuk dihydrate tetapi ada juga berbentuk impuritis calcite,
insoluble anhydrate dan clay.

Dihydrate dan insoluble anhydrate merupakan material stabil yang bersifat reaktif dan dapat
ditemukan di alam .

Hemyhdrate dan soluble anhydrate yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif dimana terbentuk
dari dehydrasi gypsum akibat temperatur relatif tinggi dalam finish mill, maka dengan cepat akan
mengikat air dan membentuk kembali dihydrate

Dehydrasi gypsum dalam semen mempunyai kecepatan lebih tinggi dibandingkan dehydrasi
gypsum itu sendiri.
46

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENURUNAN KUALITAS SEMEN (CONT.)
PENGARUH REAKSI DEHIDRASI, PREHIDRASI, DAN CARBONASI PADA SEMEN
REAKSI

PENGARUH

CaSO4.2H2O

CaSO4.H2O + 1 H2O

Kuat tekan tinggi

CaSO4.1H2O

CaSO4 + H2O

Resiko semen false set

CaO + H2O

Ca(OH)2

Volume ekspansi turun

DEHIDRASI

K2SO4 + gypsum + H2O K2Ca(SO4)2. H2O

Terbentuk gumpalan

C3A + gypsum + H2O

C3A. 3CaSO4 .32H2O

Kuat tekan turun


dan terbentuk gumpalan

C3A + gypsum + H2O

C3A. CaSO4.11H2O

Kuat tekan turun


dan terbentuk gumpalan

C3A + H2O

CAH

False set, dan kuat tekan


turun

C3S + H2O

CSH

Kuat tekan turun dan


terbentuk gumpalan

Ca(OH)2 + CO2

CaCO3 + H2O

Terbentuk gumpalan

C3A + H2O + CO2

C3A.CaCO3,.11 H2O

Kuat tekan turun


dan problem setting

PREHIDRASI

KARBONASI

47

PENANGANAN PRODUK
PASKA PRODUKSI

PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI


PERLU DAN PENTINGNYA PENANGANAN SEMEN PASKA PRODUKSI
Penanganan

dan pengawasan semen paska produksi sering terlupakan dan ini berpeluang

terjadinya penurunan kualitas semen sampai ke distributor dan ketangan konsumen yang
akhirnya memicu terjadinya komplain.
Komplain

dari konsumen akan menimbulkan kerugian besar pada perusahaan yaitu:

Citra

perusahaan (Brand Image) turun,

Cost

jadi naik,

Daya

saing turun.

Mengingat

pada proses produksi telah dilakukan dengan pengawasan dan pengontrolan

secara ketat agar produk semen yang dihasilkan merupakan produk yang memenuhi standard.
Untuk

itu fungsi pengawasan dan penanganan paska produksi perlu dan menjadi sangat

penting dalam artian fungsi pengawasan dan penanganan tidak berhenti sampai dimana
proses produksi itu selesai, namun masih harus diikuti sampai produk tersebut berada dan
digunakan oleh konsumen.
49

PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI (CONT.)

KOMPLAIN KONSUMEN
Suatu produk yang telah diproses dan diproduksi dengan kualitas yang sesuai menjadi rusak dan
tidak memenuhi standar dapat terjadi jika pada proses packaging, handling, transporting dan
storaging tidak ditangani dengan baik, sehingga akan berpotensi terjadinya komplain.
POTENSI KOMPLAIN
Berat

bersih semen zak atau semen bulk kurang,


Kantong robek,
Sistim

dan lama penyimpanan,

Semen

sudah membongkah,

Semen

sudah mengeras,

Daya

lengket kurang,

Lama

kering,

Kuat

tekan tidak tercapai.


50

PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI (CONT.)

USAHA-USAHA PENCEGAHAN
Untuk menghindari produk biaya tinggi dan meningkatkan daya saing serta kepuasan
konsumen (customer sactisfaction oriented), harus diperlukan perhatian dan penanganan
yang lebih inten baik terhadap proses produksi maupun penanganan paska produksi
dengan tahapan :

Meningkatkan pengawasan dan penanganan terhadap peralatan packer (packaging),

Meningkatkan pengawasan dan penanganan selama handling dan transporting,

Meningkatkan pengawasan dan penanganan semen selama penyimpanan (storaging).

51

PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI (CONT.)


PACKAGING DAN HANDLING
Exhaust

fan silo semen harus berfungsi dengan baik,

Kompresor

packer harus terawat dengan baik dan secara periodik air tankinya harus

dibuang,
Peralatan

packer harus terpelihara dan terawat,

Timbangan

harus bersih dan terkalibrasi,


Alat barcode untuk kantong harus berfungsi dengan baik (mampu telusur),
Berat semen harus sesuai dengan yang tertera pada kantong.,
Pengisian semen ke truck harus tertata rapi,
Pengisian semen ke truck wagon harus sesuai dengan tonase pada DO.
TRANSPORTING
Lantai truck harus bersih, tidak ada tonjolan paku, tidak berlobang, tidak ada bekas semen
yang mengeras dan material lain,
Kelengkapan penutup bak (terpal) harus baik dan tidak bocor,
Kondisi truck secara keseluruhan harus baik,
Truck pembawa semen sebelum keluar area pabrik terpalnya harus sudah terpasang
dengan baik dan rapi,
Truck wagon harus bersih, slangnya tidak bocor dan tanki vacum compresornya tidak ada
air atau uap air.

52

PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI (CONT.)

PERSYARATAN GUDANG

Lantai dasar tidak tergenang air, bersih dari bahan lain,

Lantai dasar dicor dan tersemen,

Mempunyai ventilasi udara, dan bebas dari tempias air,

Atap dan dinding tidak bocor,

Pintu gudang dapat diakses oleh truck keluar masuk,

Letak gudang sebaiknya tidak dekat dengan pantai sehingga


kelembaban udara tidak dapat berhubungan langsung dengan semen.

53

PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI (CONT.)


PEMBONGKARAN
Pembongkaran

tidak pada kondisi hari hujan (toko), kecuali dalam gudang,

Penempatan

zak semen harus tersusun rapi dan di atas palet yang kuat,

Penempatan

zak semen tidak di atas tumpukan semen zak lama.

SISTEM PENYIMPANAN DAN PENGELUARAN


Disusun

rapi di atas palet sesuai alur tempat dalam ruangan yang kering, tertutup rapat dan
bebas dari tempias air,
Kantong
Tinggi
Jarak

semen yang robek dipisahkan,

tumpukan semen maksimum 20 zak dan untuk big bag ditumpuk 3 big bag,
antara tumpukan semen ke dinding minimal 1 m dan jarak antara tumpukan + 0.5 m,

Ditumpuk
Semen

di atas palet yang baik dan kuat dengan tinggi palet 25 cm dari lantai dasar,

yang ditumpuk disimpan harus berdasarkan type atau jenis,

Penumpukan
Lama

semen baru tidak boleh di atas tumpukan semen lama,

penyimpanan tidak lebih dari 3 bulan,

Penyimpanan

dan pengeluaran semen berdasarkan FIFO (First In First Out).

54

DAFTAR BACAAN

DUDA, CEMENT DATA BOOK, VOLUME ONE : INTERNATIONAL PROCESS IN THE


CEMENT INDUSTRY , 3RD EDITION, FRENCH AND EUROPEAN PUBNS, 1985.

FL.SMITH, BLENDED CEMENT , INTERNATIONAL CEMENT PRODUCTION SEMINAR,


LECTURE 6.5.

FL.SMITH, CHEMICAL CHANGES IN CEMENT DURING GRINDING AND STORAGE ,


INTERNATIONAL CEMENT PRODUCTION SEMINAR, LECTURE 6.3.

KOHLHAAS AND LABAHN, CEMENT ENGINEERS HAND BOOK , 4RD EDITION INTL.
PUBLIC SERVICE, 1982.

ONODA ENGINEERING AND CONSULTING CO. LTD STORY OF CEMENT , TOKYO


JAPAN.

SHAH, ATTAULAH, DR. CIVIL ENGINEERING MATERIAL CEMENT SWEDISH COLLEGE


OF ENGINEERING AND TECHNOLOGY, DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING.
55

Anda mungkin juga menyukai