PENGETAHUAN
DASAR-DASAR PENGONTROLAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS
PADA PROSES PRODUKSI SEMEN
&
PENANGANAN PRODUK PASKA PRODUKSI
Presented by
Suharman
HRD & GA
PT. CEMENT PUGER JAYA RAYA SENTOSA
Jember, September 2015
Mengembangkan kerjasama dan sinergi (team work yang solid) antar personil
Lab.Analisa, Lab. Pengontrolan, Central Control Room dan personil pabrik.
Membangun komunikasi dan diskusi kearah peningkatan mutu atau kualitas produk,
PENGERTIAN SEMEN
Kata cement itu diambil dari kata caementum (Bahasa Latin) merupakan nama dari
batu kapur di Italia,
Semen adalah hydraulic binder (perekat hidraulis) yang berarti bahwa senyawa yang
terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air membentuk zat baru yang
mampu mempersatukan bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh dan
kuat,
Dengan sifat hidraulis, semen jika dicampur dengan air akan terjadi reaksi dan
selanjutnya terjadi proses pengerasan meskipun dalam air.
TINJAUAN HISTORIS
Dimulai pada zaman Mesir, Yunani dan Romawi Kuno (Gedung Piramida).
Pertengahan abad ke 18 setelah revolusi industri Eropa banyak dilakukan penelitian tentang
semen.
Tahun 1756, John Smeaton ahli dari Inggris menemukan hydraulic lime dan digunakan untuk
membangun Gedung Eddystore Lighthouse.
Tahun 1797 semen hidraulis mulai dipatenkan oleh James Parker (Inggris) yang
mendeskripsikan sebagai Roman Cement.
Tahun 1824 John Aspeden (Inggris) melakukan perbaikan proses pembuatan yang akhirnya
dikenal dengan nama Portland Cement.
I.C. Johnson 20 tahun kemudian mulai meletakkan dasar-dasar kimia dalam pembuatan semen.
Tahun 1850 Portland Cement dengan kualitas baik mulai dikembangkan di Inggris dengan
dibukanya empat buah pabrik semen.
Tahun 1852 William Aspeden anak dari John Aspeden mempatenkan pengembangan
semen portland yang kita kenal sekarang.
Pada tahun 1910 berdirilah pabrik semen pertama di Indonesia yaitu di Padang dan
didirikan oleh Belanda dengan nama NV.Nederlands Indische Portland Cement
Maatscappij (NV.NIPCM).
PT.Semen Padang
PT.Semen Gresik
PT.Semen Tonasa
PT.Semen Bosowa
PT.Semen Andalas
PT.Semen Kupang
Semen
Portland Jenis I
Semen Portland Jenis I disebut juga Ordinary Portland Cement (OPC), digunakan
untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).
Semen
Portland Jenis II
Semen Portland Jenis III digunakan apabila dipersyaratkan kekuatan awal tinggi.
(SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150).
Semen
Portland Jenis IV
Portland Jenis V
Well Cement
Oil Well Cement digunakan pada pembuatan sumur minyak, gas dan panas bumi.
(SNI 15-3044-98 dan API Spec.10 A).
Portland Pozzolan Cement adalah semen hidraulis yang terdiri dari campuran
homogen antara klinker semen portland dengan gypsum dan bahan pozzolan.
Semen ini digunakan untuk semua jenis konstruksi dan dapat juga digunakan jika
dipersyaratkan tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
(SNI 15-2049-2004 dan SNI 15-0302-2004 atau ASTM C.595/595 M-12).
Berkonstribusi
Berkonstribusi
Mempunyai
Terbentuk dari kombinasi CaO, Al2O3 dan Fe2O3 4CaO Al2O3 Fe2O3)
12
HIDRASI SEMEN
Ketika
semen dicampurkan dengan sejumlah air tertentu, maka akan terjadi reaksi antara
komponen utama penyusun semen dengan air yang dikenal dengan reaksi hidrasi.
Rating dari kecepatan reaksii hidrasi (C 3A > C3S > C4AF > C2S).
Air
merupakan reaktan kunci dalam proses hidrasi semen dimana diawali dengan gejala
terjadinya setting dan dengan adanya gypsum sebagai retarder proses setting ini terjadi
perubahan kimia secara perlahan-lahan, sehingga semen tidak cepat kaku.
Reaksi
Ettringite
Calcium
Gypsum
13
Yaitu waktu mulai terjadinya kekakuan tertentu dimana pasta semen sudah mulai tidak
workable. Pengikatan awal diperoleh jika jarum vicat ( 1 0.005 mm) mampu
melakukan peneterasi pada pasta semen pada level skala 25 mm.
Final
Yaitu total waktu mulai pasta dibuat sampai terjadi kekakuan penuh dimana peneterasi
jarum vicat ( 1 0.005 mm) pada permukaan pasta tidak meninggalkan bekas.
14
SETTING (PENGIKATAN)
Pada umumnya setting time dipengaruhi oleh :
Kandungan C3A
Makin tinggi kandung C3A dalam semen akan menghasilkan setting time yang semakin
pendek.
Makin besar kandungan gypsum dalam semen akan menghasilkan setting time
semakin panjang.
Kehalusan Semen
15
Kurang
Kurang
Temperatur
Terjadinya
Kandungan
16
Tingginya
Terlalu
kadar C3S,
HARDENING
Hardening
tekan yaitu sifat kemampuan mortar atau beton untuk menahan atau memikul
suatu beban tertentu.
Kuat
tekan merupakan sifat paling penting yang harus dipunyai, di samping sifat lain
seperti kuat tarik dan kuat lentur.
Mortar
adalah campuran antara semen, air dan pasir dengan perbandingan tertentu.
Beton
adalah campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar dengan
perbandingan tertentu.
18
C3S
memberikan konstribusi besar pada perkembangan kuat tekan awal (early strength),
C2S
C3A
C4AF
tidak berkonstribusi pada kuat tekan (sebagai filler dan warna semen),
Kehalusan
kuat tekan.
19
pencampuran semen dan air dengan jumlah tertentu akan terjadi proses reaksi
periode dimana sifat pasta semen beberapa saat tidak terjadi perubahan,
Phenomena
Initial
set dimana pasta semen sudah tidak dapat dibentuk lagi dan waktu sampai
mencapai tingkatan ini disebut waktu pengikatan awal (initial setting time),
Final
set dimana pasta semen semakin padatan yang keras (rigid) dan waktu sampai
mencapai tingkatan ini disebut waktu pengikatan akhir (final setting time).
Proses
ini terus berlanjut hingga pasta semen menjadi keras dan kuat, tingkatan ini
20
Portland Cement
3CaO.2SiO2 . 3H2O
+
Calcium Silicate Hydrate
Ca (OH)2
Calcium Hydrate
3CaO . Al2O3
3CaO.Al2O3.6H2O
CaSO4 . 2H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O
ettringite
4CaO.Al2O3.Fe2O3
3CaO.(Al.Fe)2O3.3CaSO4.6H2O.aq
21
DIAGRAM
MEKANISME PROSES SETTING DAN HARDENING CEMENT PORTLAND
PENAMBAHAN AIR
DORMANT PERIODE
INITIAL SET
SETTING
FINAL SET
HARDENING
22
PROSES PENGERASAN
SIFAT FISIKA-KIMIA
CEMENT
PORTLAND
SIFAT FISIKA
PANAS HIDRASI
Ketika
semen ditambahkan air dengan sejumlah tertentu akan tejadi proses hidrasi dari
Jumlah
panas hidrasi tergantung tipe semen, kehalusan dan water cement ratio,
Menurut
24
SIFAT FISIKA
KUAT TEKAN
Kuat
tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen semen, utamanya Kalsium Silikat,
Kuat
tekan awal (28 hari) didominasi oleh hidrasi C 3S dan dibantu oleh C3A,
Kuat
Perkembangan
Faktor-faktor
Mortar
kuat tekan ditentukan oleh reaktifitas komponen penyusun semen dan juga kehalusan.
Kualitas
Kualitas
Metoda pencampuran.
25
PENGEMBANGAN (EXPANSION)
Ekspansi
volume ini akan terganggu jika Free CaO dan Free MgO (periclase) dalam
semen relatif tinggi,
Free
CaO dan free MgO sangat reaktif dengan air atau uap air yang ada dalam udara,
Secara
reaksi kedua komponen ini sama, tapi efek ekspansinya free MgO lebih besar
dari free CaO dan lebih dikenal dengan magnesia exspansion,
Faktor
inilah SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150-12 memberi batasan komponen MgO
dalam semen,
Warna
gelap semen didominasi oleh komponen MgO, dengan demikian warna semen
bukan penentu kualitas,
Di
samping free CaO dan free MgO, kelebihan gipsum dalam semen juga dapat
menyebabkan terjadinya pemuaian.
26
menemukan C3S dan C2S mempunyai tingkat pengaruh yang sama terhadap
terjadinya peristiwa shrinkage,
Roper
tiga macam penomena penyusutan yang terjadi pada semen yaitu drying shrinkage,
hydration shrinkage dan carbonation shrinkage.
Pada
27
membuat semen yang tahan terhadap serang sulfat, C 3A dalam clinker relatif rendah,
Pada
umumnya bentuk senyawa Sulfat yang ada antara lain Magnesium Sulfat (MgSO 4),
dan Natrium Sulfat (Na2SO4).
Komponen
ini akan bereaksi dengan CaO yang ada dalam semen membentuk senyawa
Magnesium Hidroksida [Mg (OH)2], Natrium Hidroksida (NaOH) dan Calsium Sulfat (CaSO 4).
CaSO4
28
pijar menyatakan bagian dari zat yang akan terbebaskan atau menunjukan jumlah
air dan gas CO2 yang hilang dalam semen melalui proses pemijaran,
Komponen
hilang pijar (moisture dan gas CO 2) bersumber dari material penyusun semen,
bahan baku sebagai umpan kiln semakin tinggi hilang pijar maka semakin sedikit
efisiensi proses, maka hilang pijar dalam bahan baku menjadi salah satu syarat
proses produksi blended cement jenis PPC dan PCC hilang pijar merupakan
pijar yang relatif tinggi dalam semen tidak saja akan mempengaruhi sifat fisika
29
tak larut merupakan impuritis atau zat pengotor yang memungkinkan ada dalam
semen,
Bagian
tak larut dalam semen menjadi salah satu syarat semen untuk mencegah
Pada
proses produksi blended cement (PPC dan PCC) bagian tak larut merupakan
tak larut yang relatif tinggi dalam semen tidak saja akan mempengaruhi sifat
30
DASAR-DASAR PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN KUALITAS
PADA PROSES PRODUKSI SEMEN
PENGONTROLAN
DAN PENYEDIAAN BAHAN MENTAH
Untuk membuat semen portland harus ada senyawa-senyawa oksida atau komposisi
kimia pada bahan baku :
Batu
Batu
Silika atau Trass sebagai sumber Silisium Oksida (SiO 2) dan AlO,
Tanah
Pasir
32
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH
Yaitu
merupakan rancangan (design) proporsi dari bahan mentah yang akan dicampurkan
dan digiling dalam raw mill untuk menghasilkan raw mix dengan kehalusan dan kadar air
tertentu yang dihitung berdasarkan target modulus atau mineral compound clinker yang
diinginkan.
Target
modulus sebagai target raw mix design yaitu LSF, ALM dan SIM dengan tujuan
untuk :
Menentukan
Menghitung
Merupakan
Mendapatkan
33
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
RAW MIX DESIGN
LIME SATURATED FACTOR (LSF)
LSF atau faktor penjenuhan kapur adalah nilai yang menunjukkan perbandingan CaO maksimum
teoritis yang dapat mengikat SiO2, Al2O3 dan Fe2O3.
100 CaO
LSF =
Butuh
Free
C3S
akan tinggi,
Kuat
34
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
Butuh
Fasa
cair di burning zone akan berlebih dan cenderung membentuk ring dan coating,
Klinker
Free
C3S
Kuat
35
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
RAW MIX DESIGN
SILIKA MODULUS (SIM)
SIM menunjukkan perbandingan antara jumlah SiO 2 terhadap jumlah Fe2O3 dan Al2O3.
SiO2
SIM =
Al2O3 + Fe2O3
Batasan Nilai SIM (1.9 - 3.2)
Pengaruh SIM > 3.2
Kiln
Memerlukan
Fasa
cair rendah,
Clinker
Free
dusty,
36
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
RAW MIX DESIGN
Pengaruh SIM > 3.2
Sifat
Coating
Merusak
Memperlambat
Kuat
pengerasan semen,
membentuk ring,
Clinker
Setting
Kuat
Membutuhkan
37
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
ALUMINA MODULUS ATAU IRON MODULUS (ALM ATAU IM)
ALM atau IM menunjukkan perbandingan Al 2O3 dan Fe2O3 dengan rumus,
Batasan Nilai ALM (1.5 2.5 )
ALM (IM) =
Al2O3
Fe2O3
Kuat
Panas
hydrasi tinggi,
C3A
C3S
38
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PENGGILINGAN BAHAN MENTAH (CONT.)
Semen
Semen
Semen
Semen
39
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PEMBAKARAN
TUJUAN PEMBAKARAN
Tujuan
Pengontrolan
Pengontrolan
Pengontrolan
Pencapaian
Pendinginan
secara cepat (fast cooling) clinker yang keluar dari out let kiln
dimaksudkan untuk kesempurnaan pembentukan mineral compound clinker (clinker
reactivity),
Pendinginan
clinker dalam silo dengan alat exhaust fan guna menghindari tidak
terjadinya prehidrasi dan carbonasi yang bisa menurunkan kualitas clinker.
40
PENGONTROLAN
DAN PENGENDALIAN PEGGILINGAN CLINKER
TUJUAN PENGGILINGAN
Memperluas permukaan butiran clinker, sehingga dapat meningkatkan reaktivitas semen
dan normal setting ketika semen ditambahkan air pada penggunaan di lapangan,.
Untuk itu perlu dilakukan :
Pengontrolan
Pengontrolan
Pengontrolan
Pengontrolan
Pengontrolan
Exhaust fan),
Pengontrolan
Pengontrolan
PENGONTROLAN
DAN PENGAWASAN PENGELUARAN SEMEN
Pengontrolan
Pengontrolan
silo,
Pengontrolan
Pengontrolan
Pengontrolan
terhadap lantai dan dinding truck (tonjolan paku, kebersihan, kering tidaknya
lantai truck),
Pengontrolan
dan pengawasan terhadap kelengkapan truck (terpal) dengan kondisi baik dan
tidak bocor,
Memastikan
Menjamin
agar produk yang di pasarkan dan sampai ketangan distributor dan konsumen
agar selalu memenuhi standar SNI 15-0302-2004 serta memuaskan konsumen.
42
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
PENURUNAN KUALITAS SEMEN
Gypsum berfungsi sebagai retarder yaitu mengatur waktu pengikatan dan berpegaruh
terhadap kuat tekan semen,
Gypsum ada dua jenis yaitu gypsum sintetis dan gypsum natural,
Kualitasnya gypsum ditentukan utamanya oleh kandungan SO3 dan kadar air, serta
komponen P2O5 dan TiO2 relatif kecil,
Semakin tinggi kandungan SO3 dalam semen artinya jumlah gypsum yang
ditambahkan relatif banyak dan begitu sebaliknya,
Pada proses penggilingan clinker menjadi semen sebagai indikator kontrol gypsum
yang ditambahkan adalah persentase SO3 (sulfur trioksida) dalam semen,
45
Umumnya gypsum pada semen berbentuk dihydrate tetapi ada juga berbentuk impuritis calcite,
insoluble anhydrate dan clay.
Dihydrate dan insoluble anhydrate merupakan material stabil yang bersifat reaktif dan dapat
ditemukan di alam .
Hemyhdrate dan soluble anhydrate yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif dimana terbentuk
dari dehydrasi gypsum akibat temperatur relatif tinggi dalam finish mill, maka dengan cepat akan
mengikat air dan membentuk kembali dihydrate
Dehydrasi gypsum dalam semen mempunyai kecepatan lebih tinggi dibandingkan dehydrasi
gypsum itu sendiri.
46
PENGARUH
CaSO4.2H2O
CaSO4.H2O + 1 H2O
CaSO4.1H2O
CaSO4 + H2O
CaO + H2O
Ca(OH)2
DEHIDRASI
Terbentuk gumpalan
C3A. CaSO4.11H2O
C3A + H2O
CAH
C3S + H2O
CSH
Ca(OH)2 + CO2
CaCO3 + H2O
Terbentuk gumpalan
C3A.CaCO3,.11 H2O
PREHIDRASI
KARBONASI
47
PENANGANAN PRODUK
PASKA PRODUKSI
dan pengawasan semen paska produksi sering terlupakan dan ini berpeluang
terjadinya penurunan kualitas semen sampai ke distributor dan ketangan konsumen yang
akhirnya memicu terjadinya komplain.
Komplain
Citra
Cost
jadi naik,
Daya
saing turun.
Mengingat
secara ketat agar produk semen yang dihasilkan merupakan produk yang memenuhi standard.
Untuk
itu fungsi pengawasan dan penanganan paska produksi perlu dan menjadi sangat
penting dalam artian fungsi pengawasan dan penanganan tidak berhenti sampai dimana
proses produksi itu selesai, namun masih harus diikuti sampai produk tersebut berada dan
digunakan oleh konsumen.
49
KOMPLAIN KONSUMEN
Suatu produk yang telah diproses dan diproduksi dengan kualitas yang sesuai menjadi rusak dan
tidak memenuhi standar dapat terjadi jika pada proses packaging, handling, transporting dan
storaging tidak ditangani dengan baik, sehingga akan berpotensi terjadinya komplain.
POTENSI KOMPLAIN
Berat
Semen
sudah membongkah,
Semen
sudah mengeras,
Daya
lengket kurang,
Lama
kering,
Kuat
USAHA-USAHA PENCEGAHAN
Untuk menghindari produk biaya tinggi dan meningkatkan daya saing serta kepuasan
konsumen (customer sactisfaction oriented), harus diperlukan perhatian dan penanganan
yang lebih inten baik terhadap proses produksi maupun penanganan paska produksi
dengan tahapan :
51
Kompresor
packer harus terawat dengan baik dan secara periodik air tankinya harus
dibuang,
Peralatan
Timbangan
52
PERSYARATAN GUDANG
53
Penempatan
zak semen harus tersusun rapi dan di atas palet yang kuat,
Penempatan
rapi di atas palet sesuai alur tempat dalam ruangan yang kering, tertutup rapat dan
bebas dari tempias air,
Kantong
Tinggi
Jarak
tumpukan semen maksimum 20 zak dan untuk big bag ditumpuk 3 big bag,
antara tumpukan semen ke dinding minimal 1 m dan jarak antara tumpukan + 0.5 m,
Ditumpuk
Semen
di atas palet yang baik dan kuat dengan tinggi palet 25 cm dari lantai dasar,
Penumpukan
Lama
Penyimpanan
54
DAFTAR BACAAN
KOHLHAAS AND LABAHN, CEMENT ENGINEERS HAND BOOK , 4RD EDITION INTL.
PUBLIC SERVICE, 1982.