Anda di halaman 1dari 57

Lumpur Pemboran

Definisi: campuran fluida yang komplek


yang terdiri atas zat kimia dan padatan
yang secara terus menerus dipompakan
dan disirkulasikan dari mud pits dgn
tekanan tinggi ke lubang sumur melalui
drill string dan kembali ke permukaan
melalui annulus selama proses
pemboran.

Fungsi lumpur pemboran :

Mengangkat cutting dari dasar sumur


Melumasi drill string sehingga bisa mengurangi
panas yang diderita
Mendinginkan bit dan drill string
Memberikan informasi tentang lubang ke
permukaan, kemungkinan adanya oil show
Mengontrol tekanan hidrostatik
Mencegah terjadinya collapse dari dinding
sumur, dll.

Lumpur pemboran terdiri atas tanah liat (clay),


air atau minyak, bahan-bahan kimia, gas,
udara, ataupun busa deterjent tergantung
pada keadaan formasi yang sedang ditembus
oleh bit pemboran.

Istilah lumpur pemboran:


Oil base : fluida yang digunakan berupa oil
yang sudah diolah (mempunyai sifat aniline
number yang tinggi, flash point yang tinggi,
pour point yang rendah). Pemakaian oil base
mud akan menyulitkan dalam mengetahui oil
show tapi dilakukan untuk menghindari
damage yang diakibatkan proses drilling.

Water base : fluida pelarutnya adalah air.

Emulsion mud.

Zat padat yang digunakan :

Reactive solid : padatan yang bereaksi dgn zat cair lumpur


sehingga menjadikan kental.
Contoh : bentonite dgn air tawar dan bila air laut (+
attapulgite).
Inert solid : padatan yang tidak bereaksi dgn zat cair
lumpur dan akan menambah berat jenis lumpur.
Contoh : barite, galena, ilemanite dan ottewa sand.

Zat kimia yang digunakan tergantung dari formasi


yang sedang ditembus oleh bit.
Fungsi : mengontrol sifat-sifat dari lumpur dan
menurunkan viskositasnya.
Contoh : spersene, solid acid phyro phosphate, sodium
tetra phosphate, quebbracho, mythan, lignite, alkaline
tannate, bentonite, chrome lignite, attapulgite, kapur
semen dan minyak serta zat-zat lainnya.

1. Fasa Cair
Dapat berupa air atau minyak. Tujuh puluh
lima persen pemboran menggunakan air.
2. Reactive Solid

EMPAT
KOMPONEN
LUMPUR

Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya


untuk mmbentuk koloid. Biasanya clay
(bentonite) mengisap air taar dan
membentuk lumpur
3. Inert Solid
Dapat berupa barite yang berfungsi
untukmenaikkan densitas lumpur
4. Fasa Kimia
Zat kimia yang merupakan bagian dari sistem
yang digunakan untuk mengontrol sifat-sifat
lumpur

SIFAT-SIFAT LUMPUR
A. Densitas Lumpur
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang
sangat penting karena peranannya berhubungan secara langsung
dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan tekanan formasi.
Apabila densitas lumpur bor terlalu besar maka akan hilang ke
formasi (lost sirculation), sedangkan densitas yang terlalu kecil
maka akan menyebabkan terjadinya kick bahkan blow out (sembur
liar).
Alat untuk mengukur densitas lumpur adalah mud balance

B. Viskositas
Viskositas didefinisikan sebagai kemampuan lumpur untuk
mengalir dalam suatu media. Satuan viskositas centipoice (cp)
Alat yang digunakan untuk menentukan viskositas adalah
Marsh Funnel atau Van FG Viscosimeter

Marsh Funnel

Van FG Viscosimeter

C. Gel Strength
Kemampuan lumpur untuk membentuk gel (agar-agar) yang
sangat berguna pada saat round trip (pergantian pipa). Gel
strength merupakan salah satu indikator baik-tidaknya lumpur
pemboran
Gel strength
merupakan ukuran
gaya tarik menarik
partikel lumpur yang
statik. Alat untuk
mengukur gel
strength adalah Van
VG Viscosimeter

Van FG Viscosimeter

D. Fitrasi dan Mud Cake


Ketika terjadi kontak antar lumpur pemboran dengan batuan
porous, batuan tersebut akan bertindak sebagi saringan yang
memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya.
Fluida yang hilang disebut filtrate, sedangkan partikel-partikel
besar yang berada di sisi lubang disebut sebagai mud cake
Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang baik antara
pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal
akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diputar dan
diangkat.
Filtrat yang terlalu banyak menyusup ke pori-pori batuan
dapat menimbulkan damaged pada formasi.

Alat untuk mendiagnosis filtration loss


dan mud cake adalah HPHT (High
Pressure High Temperature)

HPHT filter
press measure
filtration rate
and filter cake
thickness at
higher
differential
pressures and
temperatures

CONDITIONING AREA

Tercampurnya serpihanserpihan formasi (cutting)


ke dalam lumpur pemboran
akan mempengaruhi
operasi pemboran.
Serpihan pemboran akan
menaikan densitas lumpur
yang disirkulasikan.
Bertambahnya densitas
akan menambah beban
pompa, oleh karena itu
lumpur pemboran harus
mengalami pembersihan
setiap saat.
Pengangkatan
Cutting

Shaker

Penggunaan screen (saringan) untuk


problematika padatan yang terbawa dalam
lumpur menjadi salah satu pilihan dalam solid
control equipment. Solid/padatan yang
mempunyai jari-jari yang lebih besar dari jari-jari
screen akan tertinggal/tersaring dan dibuang,
sehingga jumlah solid dalam lumpur bisa
terminimalisasi
Jari-jari screen di set agar polimer dalam lumpur
tidak ikut terbuang
Kerusakan screen bisa diperbaiki dan diganti
Hasil pengamatan menunjukan bahwa kualitas
cutting yang tersaring dalam system Glydril MC
jauh lebih baik dari pemboran dengan water base
mud

Desilter

Penggunaan desilter dan mud cleaner harus


dioptimalisasi oleh beberapa faktor seperti : berat
lumpur, biaya fasa liquid, komposisi solid dalam
lumpur, biaya fasa liquid, biaya logistik yang
berhubungan dengan bahan kimia dan lain-lain
Biasanya berat lumpur yang dikehendaki sekitar
10,8 biasanya lebih praktis dengan
menggunakan mud cleaner dibandingkan dengan
penyaringan dengan screen terkecil.
Selain itu penggunaan mud cleaner lebih praktis
juga lebih murah

Hydrocyclone
desander
desilter
* Pressure drop
* Diameter

* No moving parts
* Low cost

Degasser
Berfungsi sebagai alat pembersih gas yang ikut
masuk dalam sistem lumpur. Alat ini sangat
berfungsi pada saat pemboran menembus
zona permeable, yang ditandai dengan
pemboran menjadi lebih cepat, densitas
lumpur berkurang dan volume lumpur pada
mud pit bertambah.

DEGASSER

Centrifuge
Seperti hanya pada desilter/mud
cleaner, penggunaan centrifuge di set
pada berat lumpur, besarnya fasa
liquid dan komposisi solid yang
masih diperlukan di lumpur.
Berat lumpur meningkat maka
volume handling dari centrifuge akan
menurun dan sebaliknya.

Decanting Centrifuge

Use?

Schematic of Rig Circulating System for


liquid drilling fluid

JENIS-JENIS LUMPUR PEMBORAN


I. Fresh Water Mud (Lumpur Air Tawar)
A. SPUD MUD
Digunakan untuk membor formasi bagian atas bagi
conductor casing. Fungsi utamanya mengangkat cutting dan
membuka lubang di permukaan. Volumenya biasanya sedikit
dan dapat dibuat dari air dan bentonite
B. NATURAL MUD
Natural mud dibentuk dari pecahan cutting dalam fasa cair,
sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari formasi yang dibor.
Umumnya lumpur jenis ini digunakan untuk pemboran
surface casing.
C. BENTONITE-Treated MUD
Mencakup sebagian besar dari tipe-tipe lumpur air tawar,
Bentonite adalah material yang paling umum digunakan
untuk membuat koloid inorganis untuk mengurangi filter
loss.
D. PHOSPHATE-Treated MUD
E. RED MUD, dan lain-lain

II. Salt Water Mud


Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam massive
(salt dome) atau salt stringer (lapisan kubah garam) dan
kadang-kadang jika ada alian air garam yang terbor. Filtral lossnya besar dan mud cake-nya tebal jika tidak disertai organic
koloid lain. Jenis-jenis lumpur ini antara lain :
A. Undersaturated Salt Water Mud
Berupa air laut yang digunakan untu membor ditambah dengan
bahan koloid lain.
B. Saturated Salt Water Mud
Fasa cair lumpur ditambah dengan larutan garam (NaCl).
Lumpur ini juga dibuat dengan mnambahkan air garam yang
jenuh untuk pengenceran dan pengaturan volume.
C. Sodium Sillicate Mud
Mengandung 65% Na-Sillicate dan 35% garam lain.
Dikembangkan untuk pemboran yang menembus heavy shale.

III. Oil in Water Solution Mud


Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar dan air
sebagai fasa kontinu.
Semua minyak (crude) dapat digunakan tetapi lebih baik bila
digunakan minyak refinery (refinery oil) yang mempunyai
sifat sebagai berikut :
- uncracked, (tidak terpecah-pecah molekulnya) stabil
- Flash point tinggi, untuk mencegah bahaya api
- Aniline number tinggi (agar tidak merusakan karet-karet
dipompa dan sistem sirkulasi)
-Pour point rendah, agar dapat digunakan untuk macammacam temperatur

IV. Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud


Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinu.
Komposisinya diatur agar kadar airnya rendah (3 5%). Relatif
lumpur ini tidak sensitif terhadap kontaminan.
Manfaat oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa
filtratnya adalah minyak sehingga tidak akan menghidratkan
calay atau shale yang sensitif. Baik untuk semua formasi.
Manfaat lainnya adalah pada saat komplesi dan workover sumur,
selain itu untuk melepaskan drill pipe yang terjepit dan
mempermudah pemasangan casing dan liner.

V. Gaseous Drilling Fluid


Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering.
Dengan gas dipompakan ke dalam annulus salurannya tidak boleh
bocor.
Keuntungan dengan cara ini adalah penetration rate lebih besar,
tetapi jika menembus formasi air akan menyebabkan bit balling
(bit terlapisi cutting) sehingga tidak dapat menembus lagi.

Lumpur ini juga baik untuk komplesi dengan zona-zona pada


tekanan rendah.

PERHITUNGAN KAPASITAS LUMPUR

Capacity = Area * Length

Suatu pemboran direncanakan akan menembus pada kedalaman


10.000 Ft.
Data-data pipa yang direncanakan adalah sebagai berikut :
- Drill pipe Size : (ID = 4,5 in) dan (OD = 5 in)
- Drill Collar Size ; (ID = 4,5 in) dan (OD = 7 5/8 in)
- Drill Collar Length = 600 Ft
- Hole Size = 8,5 in
Jika 1 Ft = 12 in
dan konversi volume 1 in3 = 0.000103 BBL
Berapakah jumlah lumpur yang diperlukan selama operasi
pemboran tersebut berlangsung dengan safety factor
lumpur 1,3 dari perhitungan yang diperoleh ????

PENYEMENAN LUBANG BOR

Penyemenan

Penyemenan atau cementing adalah suatu


proses pendorongan bubur semen ke
dalam lubang sumur melalui casing
menuju annulus casing-formasi dan
dibiarkan untuk beberapa saat hingga
mengering dan mengeras sehingga dapat
melekatkan casing dengan formasi.
Semen : zat yang mampu mengeras didalam air.

Tujuan dari penyemenan casing


adalah:
Melekatkan casing dengan formasi
Mencegah terjadinya hubungan antar
formasi
Menjaga dari tekanan formasi yang
berlebihan
Mencegah korosi
Mengisolasi zona berbahaya, agar
pemboran dapat dilanjutkan.

Berdasarkan alasan dan tujuannya, penyemenan dapat


dibagi dua, yaitu : primary cementing dan secondary atau
remedial cementing.

Primary Cementing
Primary sementing adalah penyemenan pertama kali yang
dilakukan setelah casing diturunkan ke dalam sumur. Pada
primary cementing, penyemenan casing pada dinding lubang
sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
Penyemenan conductor casing bertujuan untukmencegah
terjadinya kontaminasi fluida pemboran (lumpur pemboran)
terhadap formasi.
Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi air tanah
agar tidak tercemar dengan fluida pemboran, memperkuat
kedudukan surface casing sebagai pemegang BOP, untuk
menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan mencegah
terjadinya aliran fluida.

Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup


tekanan formasi abnormal atau mengisolasi daerah lost
circultion.
Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah
terjadinya aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi
yang tidak diinginkan yang akan memasuki sumur. Selain itu
untuk mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan

Secondary cementing : proses penyemenan


untuk memperbaiki penyemenan pertama yang
tidak sempurna (terdapat celah-celah yang tidak
tersemen), menutup lubang perforasi, dan
menutup formasi untuk membelokkan lubang
pemboran.
Untuk melihat kualitas dari proses primer
cementing dan secondary cementing dilakukan
dgn Cement Bond Log (CBL).
Untuk mendapatkan kualitas bubur semen yang
baik maka perlu ditambahkan zat additif yang
sesuai dengan keadaan formasi.
Secondary Cementing dibagi menjadi tiga bagian
: Squeeze Cementing, Re-Cementing dan Plug
Back Cementing

Tujuan Squeeze Cementing :


-Mengurangi water-oil ratio
-Menutup formasi yang sudah tidak produktif
-Menutup zona lost circulation
-Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
-Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan

Tujuan Re-Cementing :
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang
gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas
top semen.

Tujuan Plug Back Cementing :


-Menutup atau meninggalkan sumur
(abandonment well)
-Melakukan directional drilling sebagai
landasan whipstock dikarekan adanya
perbedaan compressive strength
antara semen dan formasi maka lubang
akan berubah arahnya.
-Menutup zona air di bawah zona
minyak agar water-oil ratio berkurang
pada open hole completion

SUSUNAN SEMEN
Semen tersusun atas:
Tricalcium Silicate (CaOSiO2) atau C3S yang
berfungsi sebagai pemberi streng terbesar.

Dicalcium Silicate (2CaOSiO2) atau C2S yang


mempunyai sifat tidak tahan terhadap korosi dan
sulfate.
Tricalcium Aluminate (3CaOAl2O3) atau C3A yang
juga tidak tahan terhadap sulfat sehingga
disarankan untuk menggunakannya tidak lebih
dari 3% sebagai campuran dalam semen.
Tetracalcium Alumino Ferite (4CaOAl2O3Fe2O3)
atau C4AF yang mampu memberikan memberikan
panas hydrasi yang cukup rendah.

PROSES PENYEMENAN

Normal
Displacement
Method
Down the inside of the Casing
Use two wiper plugs
Takes a long time . . .
Large surface area exposed
to the cement.

Inner
String
Cementing
Down the inside of the DP
Use top wiper plug
Stab-in adapter
Much shorter displ. time

Outside
Cementing
1. Down the inside
2. Small-dia. pipe outside
Cmt and gradually
remove the pipes
Alternative:
Pipes attached
(for large pipes)

Drilling Liners
Liners are commonly used to seal the openhole
below a long intermediate casing string to:
1. Case off the open hole to enable deeper drilling.
2. Control water or gas production
3. Hold back unconsolidated or sloughing
formations.
4. Case off zones of lost circulation and/or
zones
of high pressure encountered during
drilling
operations.

Multi-Stage
Cementing

Pump first stage


Displace cmt.
Open stage tool
Pump second stage
Displace cmt
Last plug closes tool

Cmt
Mud

Cmt

BAD

GOOD

Before
Squeeze

After
Squeeze

Digest of Cementing Equipment and Mechanical

Digest of Cementing Equipment and Mechanical (Lanjutan)

Tieback liner showing sealing nipple

Liner and sealing nipple


1. Reinforce the intermediate casing
worn by drilling.
2. Provide greater resistance to
collapse stress from abnormal
pressures.
3. Provide corrosion protection.
4. Seal an existing liner which may be
leaking gas.

Delayed
Set
Cementing

Reverse
Circulating
Cementing

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai