Anda di halaman 1dari 14

PENGUJIAN SENYAWA SITOTOKSI

MENGGUNAKAN METODE BSLT


(BRINE SHRIMP LETHALITY TEST)
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. FRANDI JUFEBRI
2. RANDI MAULANA
3. FIDA TOYYIBAH
4. RIA SIMAMORA
5. SHINTA PUTRI AYU
6. PUTRI PERMATA SARI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI KIMIA
UNIVERSITAS JAMBI
2016

PENGERTIAN SENYAWA SITOTOKSIK

Sitotoksik adalah senyawa atau zat yang dapat


merusak sel normal dan sel kanker , serta
digunakan untuk menghambat sel tumor.

JOURNAL

UJI AKTIVITAS BIOLOGI SECARA BSLT DAN UJI SITOTOKSIK


DENGAN
METODE MTT DARI EKSTRAK n-HEKSANA DAN EKSTRAK
METANOL DAUN
KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak n-heksana dan
metanol dari daun keladi tikus mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel
kanker payudara T-47D. Penelitian yang dilakukan meliputi penapisan
fitokimia, uji aktivitas biologi secara Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan
ujiaktivitas sitotoksik dengan metode MTT.

HUBUNGAN SITOTOKSIK DENGAN METODE


BSLT
Adapun hubungannya adalah untuk mengetahui suatu tanaman memilki
senyawa anti tumor dan anti kanker, maka perlu dilakukan penelitian awal.
Salah satunya menggunakan metode BSLT ( Brine Shrimp Lethality Test)
Metode BSLT merupakan salah satu metode skrinning untuk menentukan
toksisitas suatu bahan. Adapun pengujian awal untuk mengetahui apakah
tumbuhan tersebut mengandung senyawa sitotoksik dengan menguji
senyawa bioaktifnya. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya
nilai LC 50 selama 24 jam. Nilai LC50 merupakan analisis untuk
menentukan besarnya konsentrasi suatu bahan uji yang dapat
menyebabkan 50 % kematian hewan uji setelah perlakuan 24 jam.

PEMBUATAN MEDIA KULTUR


Untuk mengetahui suatu tumbuhan memiliki senyawa
sitotoksik maka perlu adanya sampel yang akan diuji,
dalam jurnal ini adalah sel kanker payudara (T-47D).
Media kultur yang digunakan adalah medium RPMI cair
untuk sel T-47D yang ditambahkan 10% FBS dan
antibiotik
penisilin-streptomisin
0,1%.
Medium
disterilkan secara filtrasidan disimpan pada suhu 2-80 C.

PENGUJIAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK


TERHADAP SEL T-47D.

Kedalam pelat kultur jaringan 96 sumuran dimasukkan suspensi sel


sebanyak 100 l kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam
inkubator sel pada suhu 370C. Setelah 24 jam, ke dalam masingmasing sumur ditambahkan 100 l masing-masing ekstrak dengan
berbagai konsentrasi untuk kontrol negatif ditambah 100 l medium
kultur sel RPMI 1640. Kemudian pelat kultur jaringan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 370C dalam inkubator sel. Pada akhir
periode inkubasi, ke dalam setiap sumur ditambahkan 100 l MTT
(50mg MTT dalam 10ml PBS steril), kemudian diinkubasi kembali
dalam inkubator CO2 selama 4 jam pada 370C. Kemudian
ditambahkan 100 l SDS dicampur secara merata, kemudian isi tiaptiap sumur dan ukur serapannya menggunakan ELISA plate reader
pada 570 nm.

PENGUJIAN AKTIVITAS SITOTOKSIK


PEMBUATAN LARUTAN UJI

Ekstrak bahan uji


ditimbang sebanyak
10 mg

Dilarutkan

Dalam 20 L DMSO dan 80 L


medium RPMI 1640 sehingga
diperoleh
konsentrasi larutan induk
100000 bpj

Dari larutan induk diencerkan


hingga diperoleh satu seri
konsentrasi 10, 25, 50, 100,
250 dan 500 bpj.

PERHITUNGAN PERSENTASE
KEMATIAN SEL.
Untuk mengetahui berapa besar persentase penghambatan proliferasi sel T-47D,
dihitung menggunakan rumus berikut :

Data persentase penghambatan proliferasi sel diolah menggunakan analisis regresi


linier untuk mendapatkan nilai IC50. Suatu ekstrak dinyatakan aktif atau memiliki
potensi sebagai anti kanker bila nilai IC50 20 g/mL.

METODE
Pengujian aktivitas biologi secara BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).

telur Artemia salina


Leach

Penentuan harga LC50


dalam
mg/mL dilakukan
menggunakan analisis
probit.

ditetaskan
didalam air laut
buatan

Menetas setelah 24
jam menajdi nauplii

Diamati selama 24
jam dengan melihat
Artemia salina yang
mati tiap konsentrasi

dimasukkan ke dalam vial


yang berisi
larutan ekstrak sampel
dengan konsentrasi
10,100 dan 1000 bpj dengan
3 kali
Semua vial di inkubasi
Ulangan.
pada suhu kamar
selama 24 jam di
bawah penerangan
lampu TL 18 watt.

Hasil uji lethalitas LC50selanjutnya digunakan sebagai


dasar
penentuan konsentrasi untuk pengujian terhadap sel
kanker payudara T-47D.

Hasil uji toksisitas secara BSLT


menunjukkan bahwa ekstrak metanol 1(hasil maserasi) memberikan nilai LC50 32,91 mg/mL
dan ekstrak metanol 2 (hasil partisi) 38,91 mg/mL sedangkan n-heksana 126,21 mg/mL.
suatu senyawa termasuk dalam kategori sangat aktif apabila memiliki nilai LC50 < 30 bpj
(McLaughlin & Roger, 1998). Ekstrak suatu tanaman dikatakan toksik apabila nilai LC50-nya
lebih kecil dari 1000 bpj Dari hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak daun keladi tikus
berpotensi sebagai anti tumor atau anti kanker. Ekstrak metanol dalam uji BSLT ternyata
lebih aktif dibandingkan dengan ekstrak n -heksana.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas sel kanker payudara T-47D


adalah dengan melihat aktivitas ekstrak n-heksana maupun metanol
terhadap sel kanker T- 47 D diperlihatkan dengan nilai IC50, dimana
penetapan nilai IC50 dilakukan menggunakan regresi linier. Dari data
nilai IC50 terlihat bahwa ekstrak n heksana menunjukkan aktivitas
penghambatan proliferasi galur sel kanker payudara T-47D lebih
tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol. Grafik hubungan antara
konsentrasi dan penghambatan proliferasi (gambar 1).

KESIMPULAN
Dari penapisan fitokimia menunjukkan di dalam serbuk
dan ekstrak daun keladi tikus mengandung flavonoid
dan steroid triterpenoid. Ekstrak metanol dan nheksana
daun keladi tikus memiliki toksisitas terhadap larva
udang Artemia salina Leach. Dari hasil uji sitotoksik,
ekstrak n-heksana memiliki aktivitas terhadap sel
kanker payudara T-47D yang lebih tinggi dibandingkan
ekstrak metanol dengan nilai IC50 32,50 mg/mL.

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai