Anda di halaman 1dari 17

Filsafat Islam

PEMIKIRAN FILSAFAT
SUHRAWARDI
oleh:
Andri Ruyatman
Gugun Gunawan
Hendra Nugroho
Iko Lesmana

A. Biografi singkat suhrawardi


Suhrawardi al-maqtul adalah generasi pertama para sufi filosuf. Nama
lengkapnya abu al -futuh yahya ibnu amrak bergelar Shihabuddin assuhrawardi di lahirkan karena di lahirkan disuhrawad, Iran tahun 550
H dan di anggap mengajarkan aliran sesat pada tahun 578 H dan sejak
itulah ia di gelari al maqtul (yang di bunuh).Sejak usia muda suhrawardi
dikenal seorang jenius yang haus ilmu pengetahuan. Di negeri sekitar
Persia pernah di jelajahinya untuk menimba ilmu, ia sangat tertarik tentang
persoalan filsafat dan Tasawuf, ia juga belajar Fiqih dan teologi kepada
masjudin Al-Jilli guru Fahrudin al-Razi dan belajar logika pada Ibnu Sahlan
al-Sahwi, ia juga bergabung dengan para sufi serta hidup secara asketik .

B. Pemikiran suhrawardi
Persoalan wujud membawa suhrawardi secara logis kedalam diskusi
tetang wujud niscaya. Suhrawardi bersikap sangat kritis terhadap
pembuktian ibnu sina tentang sksistensi wujud niscaya, atas dasar
wujud adalah sebuah aksiden yang di bubuhkan kepada esensi
sehingga esensi mendahului eksistensi, yang terbukti salah.
Pembuktian sendiri, sekalipun secara tidak tajam berbeda, tetapi
bersifat langsung. Hasil pembuktiannya menjelaskan bahwa segala
sesuatu (yang mungkin) membutuhkan sebuah sebab, karena
rangkaian entitas (yangt mungkin) di dunia ini membutuhkan sebab.

Selain dari itu. salah satu ajaran Isyraqi adalah gradasi esensi, dan
ajaran penting lainnya adalah teori kognisi yang menekankan adanya
kesadaran diri untuk meraih persamaan dan kesatuan antara pikiran
dan realitas. Dari teori gradasi esensi dan teori kognisi, lahirlah teori
alam mitsal di mana struktur ontologis dari realitas spiritual atau
alam atas dianggap mempunyai kemiripan atau mengambil
bentuk-bentuk gambar konkret dari alam materi atau alam bawah.
Bagi Suhrawardi, apa yang di sebut eksistensi hanya ada dalam
pikiran, gagasan umum dan konsep sekunder yang tidak terdapat
dalam realitas, sedang realitas yang sesungguhnya hanyalah esensiesensi yang tidak lain merupakan bentuk-bentuk cahaya

Ketiga pemikiran utama dari Suhrawardi adalah:


1. Cahaya, disini cahaya dibagi dua; pertama, cahaya
dalam realitas dirinya dan untuk dirinya. Cahaya ini
merupakan bentuk asli, paling murni dan tidak
tercampur unsur kegelapan sedikitpun, cahaya yang
paling mandiri. Kedua, cahaya dalam dirinya sendiri tapi
untuk sesuatu yang lain. Cahaya ini bersifat aksidental
dan terkandung di dalam sesuatu yang lain. Cahaya yang
tercampur dengan unsur kegelapan.

Materi dan bentuk benda-benda tidaklah niscaya, karena itu


benda menggantungkan eksistensinya kepada sebuah wujud
yang niscaya dalam segala hal. Gerak tidak menjadi milik
tubuh secara esensial, maka rentetan gerak di duania ini
membutuhkan seorang penggerak yang tidak di gerakan.
Wujud niscaya tidak tunduk kepada kategoi apapun, karena
dalam setiap kategori terdapat particular yang bersifat
mungkin, dan hal itu akan berujung pada kesimpulan
bahwa kemungkinan merupakan predikat sang genus.

Suhrawardi menggunakan istilah-istilah atau lambing-lambang berbeda dari


yang biasa dipahami banyak orang. Misalnya, barzakh , tetapi istilah ini tidak
berkaitan dengan masalh kematian, melainkan merupakan ungkapan pemisah
antara dua cahaya dan kegelapan. Contoh lainnya, timur (masyriq) dan barat
(maghrib), tetapi tidak berhubungan letak geografis, melainkan belandaskan
pada penglihatan horizontal yang memanjang dari timur ke barat. Jadi, makna
timur ia artikan sebagai dunia cahaya atau dunia malaikat yang bebas dari
kegelapan materi, sedangkan barat adalah dunia kegelapan atau materi. Barat
tengah adalah langit-langit yang menampakan gabungan antara cahaya dan
sedikit kegelapan. Timur yan sebenarnya adalah semua yang berada di balik
langit yang keliahatan. Maka, batas antara timur dan barat bukanlah falak
bulan, namun langit-langit bintang tetap, atau penggerak yang tidak bergerak.

Inti ajaran Tasawuf Isyraqiah yang dibawa


Suhrawardi adalah bahwa sumber segala sesuatau
yang ada (al-maujudat) adalah nur al-anwar (cahaya
mutlak atau cahaya segala cahaya) kosmos di
ciptakan Tuhan melalui penyinaran sehingga
kosmos terdiri dari tingkatn-tingkatan pancaran
cahaya. Cahaya tertinggi sumber dari segala cahaya
itu, di namakan nur a-anwar dan menurutnya itulah
Tuhan yang abadi.

2. Kegelapan, kegelapan pun di bagi dua; pertama,


kegelapan murni disebut substansi kabur (al-Jauhar alGhasiq). Kedua, kegelapan yang terdapat di dalam sesuatu
yang lain, sudah terkontaminasi.
3. Barzakh (ishmus), yaitu pembatas, penyekat antara
cahaya yang ada diatasnya dan cahaya yang ada
dibawahnya. Perantara, penghubung antara yang nyata
dengan yang gaib. Penghubung gelap dan terang, bentuk asli
dari barzakh sendiri adalah gelap. Barzakh diumpamakan
sebagai kaca riben

Epistemology:
Dalam epistemologinya, Suhrawardi membahas secara panjang lebar
masalah pengetahuan, namun pada akhirnya mendasarkannya pada
iluminasi dan mengusulkan satu teori visi. Ia menganggap cara nalar
dan cara intuisi sebagai pasangan yang saling melengkapi, karena
nalar tanpa intuisi dan iluminasi tidak akan pernah bisa mencapai
sumber transenden dari segala kebenaran dan penalaran. Sedangkan
intuisi tanpa penyiapan logika serta latihan dan pengembangan
kemampuan rasional bisa tersesat dan tidak akan dapat
mengungkapkan dirinya secara ringkas dan metodis.

Kosmologi:
Dalam pandangannya tentang kosmologi, Suhrawardi
mengembangkan prinsip emanasi menjadi teori
pancaran (iluminasi, isyraqi). Menurutnya, pancaran
cahaya bersumber dari sumber pertama yang ia sebut
Nur al-Anwar. Pancaran dari sumber pertama akan
berjalan terus sepanjang sumbernya tetap eksis.
Konsekuensinya alam semesta akan selalu ada selama
Tuhan ada. Namun menurut Suhrawardi, Tuhan sangat
berbeda dengan alam.Ia mengumpamakan hubungan
antara lampu dan sinarnya, lampu sebagai sumber
cahaya jelas berbeda dengan sinar yang dihasilkannya.

Dalam teori emanasinya, Suhrawardi membaginya


menjadi dua, yaitu:
1. Adanya emanasi dari masing-masing cahaya yang
berada di bawah Nur al-Anwar.
2. Proses ganda iluminasi dan visi (penglihatan). Ketika
cahaya pertama muncul, ia mempunyai visi langsung pada
Nur al-Anwar tanpa durasi dan pada momen tersendiri
Nur al-Anwar menyinarinya sehingga menyalakan
cahaya kedua dan zat serta kondisi yang dihubungkan
dengan cahaya pertama

Lebih lanjut lagi mengenai konsep kosmologi


Suhrawardi, ia membagi alam kepada empat tingkatan,
yaitu:
1. Alam cahaya dominator (alam al-anwar al-qahirah),
yaitu alam cahaya-cahaya mujarradad al-aqliyyah yang
terbebas dari bentuk sama sekali, mereka adalah pasukan
Allah dan para malaikat yang dekat dengan Allah serta para
hamba yang ikhlas (mukhlish)
2. Alam cahaya-cahaya pengatur (alam al-anwar almudabbirah al-isfahbadiyyah al-falakiyah wa al-insaniyyah)

3. Alam bentuk (alam al-ajsam) yang terdiri atas dua alam barzakh
(barzakhiyyani), yaitu alam materi (alam indrawi, alam al-hissi)
salah satunya adalah alam barzakh falak-falak (barzakhiyyah alfalak) yang di dalamnya terdapat bintang-bintang (al-kawakib)
sedangkan yang lainnya adalah alam barzakh anasir-anasir yang di
dalamnya terdapat unsure-unsur gabungan (al-murakkabat)
4. Alam citra dan alam imajiner (alam al-mitsal wa al-khayal) atau
disebut juga alam bayangan murni. Di dalam alam ini akan terlihat
bagaimana jasad dibangkitkan kembali dan segala yang pernah
dijanjikan melalui risalah kenabian.

c. Kritik Analisis Pemikiran Suhrawardi


Semua pendapatnya bersifat abtrak, semuanya samar tak ada yang benarbenar konkrit dan nyata dalam semua pemikirannya semuanya khayalan
dan praduga tanpa terbukti akan kebenaran dari pemikirannya tersebut.
Apabila kita mau mencoba membaca dan menelaah buku-buku karangan
para filsuf pastilah kita mendapati akan banyaknya saling kontradiksi
antara pemahaman pilsuf yang satu dengan yang lainnya mereka tidak
akan pernah sama dalam satu pemikiran tentang fisafatnya, karena
semuanya menggantungkan dan mengagungkan pemikirannya kepada akal
semata. Padahal akal secara fitrah memiliki keterbatasan karena akal
adalah makhluk, sedangkan makhluk semuanya terbatas.

Pada intinya manusia tidak akan mampu masuk pada


koridor atau ranah ketuhanan dengan berbagai alasan
yang sebenarnya akal manusia pun mengatahui akan
hal itu.
Rosulullah Sholallahu alaihi wasalam adalah salah
satu contoh rosul dan merupaka nabi terakhir yang di
utus oleh Allah kepada seluruh makhluk hingga akhir
zama. Beliau membawa satu mujizat yaitu alquran
dan hikmah yaitu hadits

Dan yang paling terakhir adalah Al-quran dan sunnah


adalah wahyu Allah yang besifat pasti kebenarannya
karena datang dzat yang maha benar melalui lisan manusia
yang tidak pernah di ragukan lagi akan ke benarannya.
Manusia tidak boleh menambah dan mengurangi apa yang
datang dari Allah dan rosul-Nya. Baik berupa perkataan
maupun pemikiran yang semuanya bertolak belakang dari
ke-2 sumber tersebut. Dan ditambah lagi ada satu hal yang
tidak lepas dari ke-2 sumber tadi adalah keimanan

Anda mungkin juga menyukai