: Riya Asmita Dewi (2001060014) Jurusan : Tadris Matematika Semester/Kelas : 3/A Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf Waktu : Senin, 13 Desember 2021 Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Muzakki, M.Pd.I
Uraian pelaksanaan presentasi:
Tema: “Pelopor Akhlak Tasawuf di Indonesia” Persentasi dipimpin dan dibuka oleh moderator (Riya Asmita Dewi) pada pukul 13.44 dan dilanjutkan dengan penyampain materi oleh pemateri pertama yaitu saudari Asa Arifah Nusa dan pemari yang kedua yaitu saudari Riya Asmita Dewi. Setelah menyelesaikan penyampaian materi kepada audience, persentasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dibuka oleh moderator dengan 6 penanya. Diskusi berjalan hingga pukul 14.08 dan setelahnya moderator menutup persentasi dengan penutup salam.
Pembahasan:
Tiga tokoh pelopor akhlak tasawuf di Indonesia
Sesi Diskusi
1. Pertanyaan dari saudari Lutfiah Husnah
"Dalam ajaran wujudiyah Hamzah Fansuri, pada hakekatnya zat dan wujud Tuhan sama dengan zat dan wujud alam" mengapa zat dan wujud Tuhan sama dengan zat dan wujud alam, mohon penjelasaanya Jawaban disampaikan oleh saudari Asa Arifah Nusa Sesungguhnya Allah swt itu ada dan dapat dipahami,dimengerti, dan dilihat dalam bentuk dan ukuran melalui alam semesta seisinya yang telah diciptakan-Nya. Wujud Allah tidak dapat dianalogikan dengan apa pun, karena akal, angan-angan, dan perasaan merupakan ciptaan baru. Dzat dan Wujud Allah merupakan alam Wujud atau alam lahut (alam ketuhanan). Sementara itu, alam semesta seisinya merupakan alam maujud atau alam nasut (alam manusia). Alam semesta seisinya merupakan pertunjukan dan yang dipertunjukkan adalah Wujud (Allah swt). Jdi intinya ni kenapa Tuhan sama dengan zat dan wujud alam itu, karena kita tidak bisa tau wujud nya Tuhan kita tapi kita bisa memahami, mengerti dan merasakannya karna kekuasaannya melalui alam semesta dan seisinya.
2. Pertanyaan dari Asih Karuniawati
Pembaruan utama oleh Nuruddin ar-Raniry adalah memberantas aliran wujudiyah yang dianggapnya sebagai aliran sesat. Aliran wujudiyah ini sendiri merupakan ajaran dari Hamzah Fansuri. Lalu mengapa Nuruddin ar-Raniry menyanggah paham wujudiyah Jawaban disampaikan oleh saudari Riya Asmita Dewi Ar-Raniri menentang ajaran wujudiyah karena ia menganggap bahwa ajaran tersebut berasal dari ajaran panteisme Ibnu Arabi yang kemudian dianut dan dikembangkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani, yaitu; Pertama, kesatuan wujud Tuhan dengan Makhluk, dan kedua, perbedaan antara Syariat dan Hakikat. Menurut Maxwell dalam mencermati jalan pikiran al-Rânîrî mengenai dua pernyataannya di atas secara jelas menunjukkan bahwa; sekalipun al-Rânîrî sepakat dengan pendapat Hamzah Fansuri tentang Wujud Hakiki adalah Allah, sedangkan alam adalah bayangan (wahmî), dia sampai kepada kesimpulan bahwa ajaran wujûdiyah Hamzah Fansuri sebagai ajaran sesat atau mulhid yang memandang Tuhan imanen (tasybîh) dalam alam. Atau dengan kata lain Tuhan dan alam identik, tanpa perbedaan secara esensial antara keduanya.
3. Pertanyaan dari Destika Putri
Argumenya berdasarkan kepada Nur Muhammad, yang darinya tuhan menciptakan a’yan tsabitah. Apa yang dimaksud a'yan tsabitah? Jawaban disampaikan oleh saudari Riya Asmita Dewi Kata al-‘Ayân merupakan bentuk jamak dari kata ‘ain. Kata ‘ain ini memiliki banyak makna. Tapi, dalam konteks ini, kita bisa mengartikannya sebagai hakikat (mâhiyyah). Sedangkan tsâbit bermakna tetap (bisa juga kita artikan dengan laten). Dengan demikian, makna harfiah dari al-’Ayân al-Tsâbitah ialah hakikat-hakikat yang bersifat tetap. Hakikat yang dimaksud ialah mâhiyyât (esensi-esensi). Esensi-esensi itu dikatakan tetap karena dia memiliki fase “wujud” tertentu dalam pengetahuan Tuhan. Tapi bukan wujud eksternal (wujûd khâriji), melainkan wujud rasional (wujûd dzihni).
4. Pertanyaan dari Venda Mega Faniya
Apa hubungan antara sufi dengan ilmu tasawuf? Jawaban disampaikan oleh saudari Asa Arifah Nusa Adapun sufi dalam bahasa sederhana Imam Al-Ghazali adalah orang yang menjaga perilakunya untuk senantiasa taat kepada Allah lahir dan batin, serta bermasyarakat dengan kepedulian terhadap sesama dan alam sekitar. Dengan pengertian sederhana ini, setiap orang dapat menjadi atau menyandang status sufi tanpa harus mengubah penampilan dan meninggalkan aktivitas keseharian yang telah dijalani selama ini selagi tidak melanggar syariat. Abu Bakar Al Kattani mengatakan tasawuf adalah ”budi pekerti”. Barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Sufi dan ilmu tasawuf tentunya memiliki keterkaitan atau hubungan yaitu, Tasawuf adalah metode/cara/jalan manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan melalui tapa laku dan pendekatan secara spiritual dalam rangka mensucikan batinnya dari kotoran-kotoran nafsu buruk. Tapa laku/amalan-amalan dalam tasawuf antara lain zuhud(menjauhi hal keduniawian). Sufi adalah pelakunya, orang yang menempuh/menjalani tasawuf.
5. Pertanyaan Rosyidatul Munawaroh
Menurut pendapat anda, tolong jelaskan ajaran yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri yaitu tentang kelepasan! Jawaban disampaikan oleh saudari Asa Arifah Nusa Kelepasan. Manusia sebagai makhluk penjelmaan yang sempurna dan berpotensi untuk menjadi insan kamil (manusia sempurna), tetapi karena ia lalai, pandangannya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh alam semesta ini adalah palsu dan bayangan. 6. Pertanyaan dari Rizkita Febriana Seperti apakah metode takwil atau hermeneutika yang di terapkan oleh Hamzah? Jawaban disampaikan oleh saudari Riya Asmita Dewi Dengan menggunakan metode takwil atau hrmeneutika keruhanian dapat ditemukan penerapannya dalam puisi-puisi Hamzah Fansuri yang kaya akan gagasan dan pengalaman keruhanian. Puisi tergolong dalam jenis syi'r l-kasyf wa al-ilham. Yaitu puisi yanh bersumber dari pengalaman ruhani atau kasyf buah dari makrifat dan persatuan mistik. Tamsil yang digunakan disebut majaz qantharat al-haqiqah. Estetika yang dikemukakan ialah memandang bahwa keindahan tertinggi hanya dapat dicapai bagi seseorang yang memiliki pengetahuan ketuhanan dan sanggup menempuh jalan keruhanian.