Anda di halaman 1dari 20

DAS (Daerah Aliran Sungai)

Kelompok 1
Anisa Yulvi Azni
Anisa Wulandari
Arvilla Diana
Hermanto HS
Mira Khairunnisa
Novrita Riawan Putri
Nurul Fatika Sari
Resti Rufilma Sari

Sri Devi Eflia Putri


Santi Melisa Lubis
Trizal Marfandi
Tanisa Mega Silvia
Yovia Rahayu
Widya Fandri
Wieke Maulidya

Definisi DAS
Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah yang dibatasi
oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar
pada satu titik (outlet) (Dunne dan Leopold, 1978).
Menurut Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah,
dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai
kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng lebih besardari 15%,
bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan
jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS merupakan
daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa
tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan
irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria
yang didominsi hutan gambut/bakau.

Fungsi DAS
Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi
oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang
dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk:
1.Mengalirkan air.
2.Menyangga kejadian puncak hujan.
3.Melepaskan air secara bertahap.
4.Memelihara kualitas air.
5.Mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor).
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada
pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, dan manusia. Apabila
salah satu faktor tersebut mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi juga
ekosistem DAS tersebut dan akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS.
Apabila fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem hidrologisnya akan terganggu,
penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya menjadi sangat berkurang atau
sistem penyalurannya menjadi sangat boros.

Gambaran umum daerah pesisir dan aliran sungai di


Indonesia dan Riau
1. Gambaran Umum Wilayah Indonesia
Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu kawasan di Kalimantan Timur
yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan
Timur. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dangan luas : 77.095.460 ha meliputi
wilayah kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Kutai Kertanegara dan kota
Samarinda. Bahkan daerah tangkapan airnya tidak hanya di propinsi Kalimantan Timur,
namun juga di propinsi Kalimantan Tengah dan diduga sebagian kecil di Serawak yang
merupakan Negara Bagian Malaysia. (Mislan dan Naniek, 2005). Sungai Mahakam ini
terletak di daerah Samarinda Kalimantan timur . Sungai Mahakam terletak pada garis
lintang 0o 350S 117o 170E dan panjang sungai ini mencapai 920 km dengan luasnya
149.227 km2 serta memiliki lebar antara 300-500 meter

Lanjutan
2. Geomorfologi
Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai
sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat dibeberapa bagian, yaitu
berupa kawasan pantai dan sebagian besar Daerah Aliran Sungai Mahakam.
Berdasarkan ketinggian dan bentuk roman muka buminya, daerah penyelidikan dapat dibedakan
menjadi empat satuan gomorfologi, yakni : Pedataran Aluvium, Perbukitan Karst dan
Pegunungan.
a)Pedataran Aluvium
b)Perbukitan Karst
c)Satuan Geomorfologi Pegunungan

Lanjutan
3. Stratigrafi
Batuan tertua yang tersingkap adalah batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan Ultramafik
yang berumur Trias, keduanya saling berkontak struktur. Tidak selaras di atasnya terdapat
Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, keduanya juga saling berkontak struktur.
Tidak selaras di atasnya terdapat Bancuh Tabang dan Komplek Embaluh yang berumur Kapur,
masing-masing juga saling berkontak struktur. Tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier terdapat
seri batuan sedimen yang berumur dari Paleosen hingga Plistosen antara lain FormasiFormasi
Tanjung, Toyu, Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau Balang, Balikpapan, Marah, Mangkupa,
Tabalar, Kedango, Karangan, Maluwi, Lembak, Batu Kelau, Haloq, Batu Ayau, Sembakung,
Merangoh, Menumbar, Tendehhantu, Batugamping Ritan, Bebuluh, Berai, Latih, Birang, Maau,
Labanan, Golok, Domaring, BatuKutai Kartanegara and East Kutai Kayan Niut, Dahor dan
Kampung Baru.
4. Geologi
Berdasarkan kondisi geologinya daerah penyelidikan mempunyai variasi litologi yang cukup
menarik dan beragam dalam berbagai jenjang umur serta variasi aktivitas tektoniknya, disertai
dengan adanya batuan intrusi sehingga terbentuk zona mineralisasi yang besar kemungkinannya
membentuk bahan galian mineral yang mempunyai nilai ekonomi di masa mendatang.
Stratigrafi diawali oleh batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan Ultramafik berumur Trias,
diikuti Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, serta Bancuh Tabang dan Komplek
Embaluh yang berumur Kapur. Batuan Tersier yang tersingkap berumur dari Eosen hingga
Plistosen antara lain Formasi-Formasi Tanjung, Toyu, Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau Balang,
Balikpapan, Marah, Mangkupa, Tabalar, Kedango

Lanjutan
5. Aktifitas Manusia
DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak pihak, mulai dari sektor industri,
pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Selain itu,
sungai Mahakam yang menjadi titik tengah DAS Mahakam merupakan urat nadi kehidupan
sebagian besar masyarakat Kalimantan Timur, terutama masyarakat yang beraktivitas dan hidup
di dalam kawasan DAS Mahakam. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan
penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun
sebagai prasarana transportasi.
Disamping itu, indahnya aliran sungai Mahakam ini dapat dinikmati sejumlah obyek wisata
dimana kita dapat melihat ikan pesut, lumba-lumba air tawar selain itu kita juga dapat melihat
burung enggang, bangau, tong-tong, lutung, bekantan, berang-berang dan raja udang. Ditengahtengah sungai Mahakam ini terdapat sebuah pulau yaitu pulau Kumala yang luasnya 75 hektar.
Sungai ini telah menjadi urat nadi kehidupan bagi desa-desa kecil yang di hulu, hilir dan anak
sungai lainnya.

Lanjutan
Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah aliran
sungai ( DAS) . Sungai Mahakam adalah sungai utama yang menmbelah Kota Samarinda
dengan lebar antara 300-500 meter, sungai-sungai lainnya adalah anak2 sungai yang bermuara
di sunagai Mahakam yang meliputi:
1.Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km
2.Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km
3.Anak sungai lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang.
4.Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui,
Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur,
Sakatiga, dan Sungai Bantuas.

Sungai Mahakam
1. Sungai Mahakam di provinsi Kalimantan timur
Mahakam merupakan sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di
Selat Makasar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai
Barat di bagian Hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan kota Samarinda di bagian
hilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut
Mahakam.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan
masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana
transportasi.

Lanjutan
2. Anak sungai
Sungai Mahakam memiliki beberapa anak sungai, di antaranya:
a)Sungai Belayan
b)Sungai Kedang Pahu
c)Sungai Kedang Kepala
d)Sungai Batu Bumbun ,di Muara muntai
e)Sungai Penyinggahan,di penyinggahan
f)Sungai Bakung,
g)Sungai Berinding, menghubungkan ke danau melintang
h)Sungai Telen
i)Sungai Tenggarong
j)Sungai Karang Mumus

Lanjutan
3. Geologi
Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Sunda Plate). Pulau ini memiliki rangkaian
pegunungan di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tetapi di pulau ini hampir
tidak ada aktivitas vulkanik. Sungai Mahakam berawal dari Gunung Cemaru (1,681 m) di
bagian tengah Pulau Kalimantan, kemudian memotong satuan pra-tersier di sebelah timur
Gunung Batuayan (1,652 m) dan kemudian berakhir di lembah tesier Kutai (Kutai basin).
Bagian tengah daerah pengalirannya melewati dataran rendah dengan danau-danau berhutan
rawa. Di bagian tengah ini daerah aliran Sungai Mahakam dipisahkan dengan daerah aliran
sungai Barito di sebelahnya oleh perbukitan yang tingginya kurang dari 500m.
Setelah daerah tersebut Sungai Mahakam memotong antiklin Samarinda dan mengalir ke
Delta Mahakam yang menyerupai kipas yang membentang pada landas laut dengan basis
sekitar 65 km dan radius sekitar 30 km.
Pada Atlas Kalimantan Timur (Voss, 1983) digambarkan bahwa di sebelah hulu dari Long Iram
(daerah aliran dungai Mahakam bagian hulu) sungai ini mengalir pada batuan tersier (
tertiary rocks). Antara Long Iram dan Muara Kaman (daerah aliran sungai bagian tengah)
sungai ini mengalir pada batuan alluvium kuarter (quaternary alluvium), sementara di antara
Muara Kaman hingga ke hilir termasuk di Delta Mahakam, kembali ditemukan batuan tersier.

Lanjutan
4. Iklim
Daerah aliran Sungai Mahakam terletak di sekitar garis katulistiwa. Menurut klasifikasi iklim
Koppen (Koppen climate classification), daerah ini memiliki tipe Af (hutan hujan tropis) dengan
suhu terendah 18oC dan curah hujan pada bulan terkering pada tahun normal 60 mm [3] Transfer
massa dan energi di daerah tropis terjadi melalui sirkulasi udara umum (general air circulation)
yang dikenal sebagai sel Hadley (Hadley cell). Pola hujan pada daerah tropis ini ditentukan oleh
pola angin atmosferik skala besar yang dapat diamati dengan beberapa cara di atmosfer. Sirkulasi
ini membawa kelembaban ke udara, menyebabkan hujan di daerah sekitar katulistiwa, sementara
pada tepi sabuk tropis lebih kering. Dalam sirkulasi ini, evaporasi berlangsung secara intensif di
sekitar katulistiwa pada pusat tekanan rendah yang disebut zona konvergensi antar tropic
(Intertropical Convergence Zone atau ITCZ), ditandai dengan akumulasi awan di daerah ini.
ITCZ bergerak/berpindah seiring dengan gerak semu matahari di antara zona garis lintang
23.5oUtara dan 23.5oSelatan, sehingga posisinya selalu berubah sesuai gerak.

Lanjutan
5. Ekologi
Mahakam dan sepanjang daerah aliran sungainya memiliki nilai ekologis penting. Sebanyak 147
spesies ikan asli Mahakam telah teridentifikasi. Mahakam juga merupakan habitat lumba-lumba
air tawar (Orcaella brevirostris; atau Pesut) yang merupakan spesies yang terancam punah yang
dimasukkan pada Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species
of Wild Fauna and Flora). Daerah aliran Sungai Mahakam juga merupakan habitat dan tempat
berkembang biak sekitar 298 spesies burung, 70 di antaranya dilindungi dan lima spesies
endemik yaitu: Borneo Dusky Mannikin (Lonchura fuscans), Borneo Whistler (Pachycephala
hypoxantha), Bornean Peacock-pheasant (Polyplectron schleiermacheri), Bornean Blueflycatcher (Cyornis superbus) dan Bornean Bristlehead (Pityriasis gymnocephala).
6. Danau danau Mahakam
Terdapat sekitar 76 danau tersebar di daerah aliran Sungai Mahakam dan sekitar 30 danau
terletak di daerah Mahakam bagian tengah termasung tiga danu utamanya (danau Jempang
15,000 Ha; Danau Semayang 13,000 Ha; Danau Melintang 11,000 Ha). Tinggi muka air danau
danau ini berfluktuasi sesuai musim dari 0.5m 1m selama musim kering hingga tujuh meter
pada musim hujan. Danau-danau di Mahakam dan sekitarnya berperan sebagai perangkap
sedimen yang terkandung dalam air yang mengalir ke danau-danau tersebut yang diketahui
semakin dangkal pada saat ini, kemungkinan disebabkan oleh ketidakseimbangan masukan
sedimen yang berasal dari daerah tangkapannya.

Lanjutan
Sungai Mahakam merupakan sumber penghidupan bagi penduduk, terutama nelayan dan petani,
sebagai sumber air, dan prasarana transportasi sejak dulu hingga sekarang. Di lembah sungai
inilah tempat berkembangnya kerajaan Kutai. Sejarah Kutai terbagi dalam dua periode yaitu
Kutai Martadipura (sekitar tahun 350-400) dan Kutai Kartanegara (sekitar tahun 1300).
Suku Dayak merupakan suku asli Kalimantan disamping suku Kutai dan Banjar. Sejak sekitar
tahun 1970-an program transmigrasi dimulai di Kalimantan Timur terutama berlokasi dekat
Sungai Mahakam. Transmigrasi bertujuan untuk memindahkan penduduk dari pulau-pulau
berpeduduk padat, Java, Bali, dan Madura, untuk miningkatkan produksi pertanian di luar pulau
tersebut. Hingga tahun 1973, sekitar 26% daerah pertanian di Kalimantan Timur digarap oleh
transmigran.
Sebagai tambahan, sungai Mahakam juga memiliki karakter unik. Kebanyakan permukiman
berada di muara sungai. Ada tiga pembagian nama untuk muara ini. Mulai Samarinda sampai
Kukar, disebut dengan istilah "Loa". Sebut saja, Loa Janan, Loa Bakung, Loa Kulu, dan Loa
Buah. Berikutnya, giliran "muara" dari pertengahan Kukar hingga Kubar. Seperti Muara Kaman,
Muara Muntai, Muara Wis, dan Muara Pahu. Di bagian hulu Kubar, namanya menjadi "Long",
seperti Long Bangun, Long Long Pahangai dan Long Apari. Baik Loa, Muara, dan Long,
semuanya berarti muara.

Riau
Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar
20-30 meter. Dengan Panjang 300 kilometer, sungai Siak melewati empat wilayah
administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu kabupaten Rokan Hulu,
kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru dimana
seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau.
DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, erosi dan
pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran. Perubahan ekosistem pada DAS
siak diindikasikan dengan kejadian banjir di Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan
anak-anak sungainya. Perubahan ekosistem tersebut disebabkan oleh wilayah dalam DAS
Siak merupakan daerah yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Di sepanjang Sungai Siak terutama di Pekanbaru kearah hilirnya mempunyai potensi yang
sangat tinggi untuk berkembangnya kegiatan social dan ekonomi. Perubahan ekosistem
Sungai Siak secara signifikan dipengaruhi oleh perkembangan penduduk dan ekonomi yang
kemudian mendorong berkembangnya kawasan budidaya dan permukiman.

Lanjutan
1. Wilayah DAS Siak
a) Bagian Hulu
b) Bagian hilir
2. Kondisi fisik

Wilayah DAS Siak bertopografi relatif datar, dengan ketinggian rata-rata 0-2 m dpl dan
kemiringan sekitar 0-5 %. Di bagian hulu terdapat variasi kemiringan yaitu sebesar 2
40 %. Secara garis besar, ketinggian bagian hulu DAS Siak dikategorikan menjadi empat
golongan, yaitu:
1 10 m dpl
1 25 m dpl
25 100 m dpl
100 500 m dpl

Lanjutan
3. Sosial ekonomi
Sebagian besar mata pencaharian penduduk di bagian hulu sampai hilir DAS Siak yang tinggal di
pedesaan pada umumnya sebagai petani, baik dari usaha tani tanaman semusim maupun perkebunan.
Untuk bagian hulu ketergantungan terhadap sektor pertanian lebih besar terutama usaha tani tanaman
semusim dan perkebunan rakyat yang berupa kelapa sawit, karet dan gambir. Ketergantungan
penduduk terhadap sumberdaya hutan juga masih sangat tinggi. Di bagian Hilir, dari arah Pekanbaru ke
hilir, kehidupan sosialekonomi masyarakat lebih beragam, terutama dengan adanya kegiatan
pertambangan, pengangkutan dan industri Pulp telah memicu tumbuhnya kegiatan sekunder dan
berkembangnya kegiatan perkotaan. Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dan pusat perdagangan
regional, telah mendorong tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di sepanjang bagian hilir Sungai Siak,
seperti kota Perawang dan Siak Inderapura.
4. DAS SIAK dan DAS kritis
Indikator kritis DAS Siak dicirikan dengan adanya penurunan kualitas dan kuantitas sungai Siak yang
sudah berada di bawah ambang batas ketentuan sungai yang lestari dan tingginya sendimentasi.
Penyebab utama penurunan kualitas Sungai Siak adalah limbah industri baik industri besar, menengah
maupun kecil yang berada di sepanjang alur sungai Siak, antara lain industri minyak, industri
pengolahan, sawmill, industri pulp dan pembuangan sampah (60% berasal dari rumah tangga), selain
tingginya erosi yang disebabkan semakin intensif pengelolaan sumberdaya alam yang ada di hulu,
seperti adanya penebangan liar (illegal logging), penebangan hutan berdasarkan Hak Pengusahaan
Hutan (HPH), konversi hutan menjadi kawasan perkebunan (besar dan kecil), kegiatan pertambangan
dan kegiatan budidaya lainnya

Kerusakan dan dampak kerusakan daerah aliran


sungai (DAS) dari aspek ekonomi, sosial dan budaya
Dewasa ini kondisi DAS semakin memprihatikan dan kualitas daerah aliran sungai semakin
terdegradasi. Penurunan kualitas aliran sungai ini disebabkan oleh rusaknya wilayah hulu DAS
sebagai daerah tangkapan air yang sudah mengalami penebangan vegetasi dan beralih fungsi,
sehingga terjadi erosi. Kerusakan DAS juga dipercepat oleh peningkatan pemanfaatan
sumberdaya alam sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi
kebijakan yang belum berpihak kepada pelestarian sumber daya alam, serta masih kurangnya
kesadaran dan pertisipasi masyarakat dalam hal pemamfaatan sumberdaya alam.
Kondisi DAS di Indonesia semakin memburuk, menunjukkan masih lemahnya system
pengelolaan yang diterapkan, hal ini disebabkan oleh dinamika kondisi DAS yang masih kurang
terdeteksi secara dini dan periodik, sehingga penanganannya kurang bertumpu pada masalah
utamanya. Piamin et al., (2010) dan Gunawan (2012), menyatakan bahwa karakteristik DAS
merupakan dibagi dalam dua bagian, yaitu : (1) karakteristik statis (variable: bentuk, morfologi,
dan morfometri DAS) dan (2) karakteristik dinamis (variabel: hidrologi, klimatologi, penutupan
lahan, penggunaan lahan, kondisi social, ekonomi dan budaya masyarakatnya dan kelembagaan.
Meningkatnya jumlah penduduk disertai tuntutan akan peningkatan penyediaan kebutuhan
pangan dan kebutuhan lainnya sehingga menyebabkan terjadinya kompetisi antara berbagai
kemungkinan penggunaan lahan, sehingga daya dukung lahan dan daya dukung DAS pada DAS
tersebut menurun(Sitorus, 2004).

Anda mungkin juga menyukai