Anda di halaman 1dari 19

PEMODELAN MATEMATIS SISTEM

PENDINGIN RUANGAN

Kelompok 4:
1. Ari Darul Hikmah 14130024
2. Andi Sultan Tahur 14130043
3. Oktavianda Rahman As 14130018
4. Febri Angriawan 14130014
LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi sebagian orang, sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air


Conditioning) atau pengaturan suhu udara lebih dikenal dengan Air
Conditioning (AC), secara sederhana diartikan dengan mendinginkan
udara. Menurut Edward (1989), pengaturan suhu udara adalah proses
menjaga standar suhu, kelembaban, kebersihan, dan pergerakan
udara yang dibutuhkan. Sistem kontrol yang dibuat dengan benar
dapat menjaga kualitas udara di dalam ruangan dan membuat
nyaman dalam segala kondisi. Suhu udara dikontrol dengan cara
memanaskan atau mendinginkan udara. Kelembaban udara dikontrol
dengan cara menambah atau memindahkan uap air dari udara.
Kebersihan udara atau kualitas udara dikontrol dengan cara
penyaringan, pemindahan bahan-bahan yang tidak digunakan dengan
menggunakan penyaring atau ventilasi. Pembuangan udara keluar
angkasa dengan cara mencairkan konsentrasi bahan yang tercemar.
Pergerakan udara mengarah pada kecepatan udara dan kemana udara
akan dialirkan, hal ini dikontrol oleh distribusi udara yang cocok.
PENGERTIAN DASAR SUHU
DALAM TERMODINAMIKA
Menurut Djojodiharjo (1994), Hukum
Termodinamika I menyatakan bahwa bila suatu
sistem mengalami suatu siklus, maka jumlah transfer
kerja W adalah sebanding dengan jumlah transfer
panas Q , dinyatakan dengan

Q = W atau Q - W = 0 .

Hukum Termodinamika II menyatakan bahwa panas


mengalir dari benda yang mempunyai suhu tinggi
mengalir ke benda yang mempunyai suhu lebih
rendah. Di dalam sistem tertutup, panas yang
tersimpan Qch merupakan selisih antara panas yang
masuk ke sistem Qin dengan panas yang keluar dari
sistem Qout , dinyatakan dengan
Qch = Qin - Qout . (2.1)
PENGERTIAN DASAR SUHU
DALAM TERMODINAMIKA

Jika sistem berada dalam kondisi aliran mantap, maka


tidak ada panas yang tersimpan atau Qch = 0 ,
persamaan (2.1) menjadi
Qin = Qout
Menurut Soedjojo (1986), Jumlah panas yang
tersimpan dalam suatu bahan/medium dinyatakan
dengan
Q = mc T (2.2)
dengan Q adalah banyak panas yang tersimpan, m
adalah massa dari bahan, c adalah kapasitas panas
jenis dari bahan dan DT adalah perbedaan suhu dari
bahan. Banyaknya panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1oK pada suatu benda disebut
kapasitas panas C, sehingga persamaan (2.2) menjadi
atau C=mc
MODEL MATEMATIKA DARI
PENDINGIN RUANGAN
Prinsip kerja pendingin ruangan dikembangkan
berdasarkan Hukum Termodinamika I dan II.
Perpindahan panas pada kasus pendingin ruangan
adalah memindahkan energi dalam bentuk panas
dari suatu titik yang bersuhu tinggi ke titik yang
bersuhu lebih rendah (Djojodihardjo, 1985).
Gambar 4.1 Sistem pendingin ruangan
dengan Q0 (t ) adalah besarnya
panas yang tersimpan selama t
Perbedaan suhu yang ada mengakibatkan
terjadinya perpindahan panas antara
akibat perpindahan panas antara
radiator yang bersuhu 0 , dinding ruangan radiator dengan udara di dalam
yang bersuhu 2 , dan udara luar ruangan ruangan, U0 adalah koefisien film
(disturbance) yang bersuhu a dari pemukaan antara radiator -
Di dalam radiator, uap mengalir dalam udara ruangan, dan A0 adalah
kondisi mantap. Berdasarkan Hukum luasan permukaan (permukaan
Kekekalan Energi dalam sistem tertutup, antara radiator - udara ruangan).
tidak ada energi yang tersimpan dalam Persamaan kesetimbangan panas
sistem, mengakibatkan panas yang masuk
untuk radiator adalah
sistem sama dengan panas yang
meninggalkan sistem. Besarnya panas uap Qm (t ) = Q0 (t ) (4.1)
yang meninggalkan radiator adalah
dengan adalah koefisien panas
Q0 (t ) = U0 A0 (0 (t ) - 1 (t )) t
laten dari kondensasi.
Jika hambatan panas konvektif
Pendekatan yang digunakan untuk untuk permukaan antara radiator
memodelkan pendingin ruangan adalah udara ruangan dinyatakan
menurunkan besarnya panas yang dengan R = , sehingga persamaan
tersimpan terhadap waktu dan mengacu (4.2) menjadi
pada hukum dasar perpindahan panas
q (t) = (4.3)


Fourier. Dari persamaan (4.1) diperoleh m

Persamaan (4.3) merupakan


qm(t)=(0(t) - 1(t))U0A0 (4.2) persamaan kesetimbangan panas
untuk radiator.
Fluida yang digunakan untuk mendinginkan
ruangan mengalir dalam radiator,
mengakibatkan terjadinya perpindahan panas
dari radiator ke udara dalam ruangan, tetapi
fluida tidak menyertai perpindahan panasnya.
Misal panas yang tersimpan dalam udara
ruangan Qu (t ) merupakan selisih antara panas
radiator Q0 (t ) dan panas dinding Q1 (t ) , maka
Qu (t ) adalah

Qu (t ) = Q0 (t ) - Q1 (t )
mu cuq 1 (t ) = U0 A0 (0 (t ) - 1 (t ))t - U1 A1 (1 (t ) - 2 (t ))

dengan mu adalah massa udara ruangan, cu adalah
kapasitas panas jenis udara ruangan, U1 adalah
koefisien film dari permukaan antara udara ruangan-
dinding, dan A1 adalah luasan permukaan antara
udara ruangan-dinding. Kecepatan panas di dalam
udara ruangan adalah

mccd = U0A0(0(t)- 1(t))- U1A1(1(t)- 2(t))

Jika kapasitas panas udara ruangan dinyatakan C1 =


mu cu dan hambatan panas konvektif dinding-udara
ruangan dinyatakan dengan R1 = , maka persamaan
kesetimbangan panas untuk udara ruangan adalah:

C1 (4.4)

Suhu udara ruangan dipengaruhi oleh udara luar
ruangan (disturbance) yang mengakibatkan adanya
panas yang tersimpan di dalam dinding. Besarnya
merupakan selisih antara panas udara ruangan Q1
(t ) dengan udara luar ruangan Qa (t ) , yaitu
Qd (t ) = Q1 (t ) - Qa (t )
md cd q 2 (t ) = U 1 A1 (1 (t ) - 2 (t ))t - U 2 A2 (2 (t ) - a (t ))t

dengan md adalah massa dinding, cd adalah kapasitas


panas jenis dinding , U2 adalah koefisien film dari
permukaan antara dinding udara luar ruangan
(disturbance). Dan A2 adalah luasan permukaan
antara dinding udara luar ruangan (disturbance).
Kecepatan panas dinding ruangan adalah

mccd = U1A1(1(t)- 2(t))- U1A1(2(t)- a(t))



Jika kapasitas panas dinding dinyatakan C 2 = md cd
dan hambatan panas konvektif dinding - disturbance
dinyatakan dengan R2 =, persamaan kesetimbangan
panas untuk dinding adalah
C2 (4.5)
Oleh karena aliran fluida di dalam radiator selalu dalam
keadaan steady flow, maka kesetimbangan di dalam
radiator dapat diabaikan, sehingga dari persamaan (4.3),
(4.4) dan (4.5) diperoleh sistem persamaan :
C1 (4.6a)
C2 (4.6b)

Persamaan (4.6) merupakan persamaan model suhu


dengan pendingin ruangan tanpa, dengan qm (t)
merupakan variabel input terkontrol, a (t) merupakan
variabel input tak terkontrol dan 1 (t ) merupakan
variabel output.
FUNGSI TRANSFER DARI PERSAMAAN
PENDINGIN RUANGAN

Pada subbab ini disajikan pembahasan untuk


mencari fungsi transfer dari persamaan suhu
dengan pendingin ruangan pada sistem kontrol
tertutup dengan kondisi awal nol.

Gambar 4.2 Diagram Blok Sistem Kontrol Terbuka


Dari persamaan (4.11) diperoleh fungsi transfer G (s)
untuk sistem pendingin ruangan, yaitu

Selanjutnya dicari transformasi Laplace dari keluaran


yaitu 1 (s) = m(s)G(s) dan inversi Laplace dari 1 (s)
tersebut adalah 1 (t ) . Untuk mengetahui kinerja sistem,
kemudian dibuat grafik dari keluaran 1 (t ) , setelah
mengetahui grafik dari sistem, diberikan aksi kontrol pada
sistem tersebut dengan menggunakan beberapa model
kontrol PID.
FUNGSI TRANSFER MODEL PENDINGIN
RUANGAN

Berdasarkanpersamaan (4.19), diperoleh fungsi


transfer dari sistem pendingin ruangan yaitu

Berikut di bawah ini respon step terhadap model


sistematis pendingin ruangan dengan Matlab
R2007b:
Berikut merupakan program untuk
menggambarkan respon step untuk model
matematis sistem pendingin ruangan:
Gambar di bawah merupakan respon step untuk model sistem pendingin
ruangan:

Gambar respon step sistem pendingin ruangan di atas menunjukkan


bahwa respon pada sistem kontrol tertutup tidak memenuhi suhu yang
diinginkan, artinya suhu yang dihasilkan lebih panas dari yang
diinginkan. Untuk memenuhi suhu yang diinginkan ditambahkan aksi
kontrol PID.
KESIMPULAN

Model pendingin ruangan adalah

Fungsi transfer dari sistem pendingin ruangan


secara umum adalah
THE END
Pertanyaan :
1. PID jenis apa yang digunakan pada sistem
pendingin?

Anda mungkin juga menyukai