Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

FARMAKOTERAPI TERAPAN
ASMA DAN COPD

KELOMPOK 1
HADI QUDSI 41161097100075
GEMILANG MEYZHA WIRANDHA 41161097100060
GUBET ARY MUKJIZAT 41161097100076
MUHAMMAD YUSUF 41161097100085
ROBYEKALAYA 41161097100054
WAHYUDI APRIYANTO 41161097100095
STUDI KASUS

Mr G.M 50th
Penyakit Asma 10 tahun
Obat yg dipakai Salbutamol MDI
Merokok 25btg selama 35th
Peningkatan batuk selama 5th
Resisten salbutamol
Diagnosa dokter CPOD
Tidak ada respon dengan bronkodilator inhalasi
Saran test reversibility kortikosteroid
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

PPOK adalah penyakit paru kronik yang


ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya.
FAKTOR RISIKO
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh
lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu
diperhatikan :
Riwayat merokok
Perokok aktif

Perokok pasif

Bekas perokok

Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
Riwayat terpaan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
Hipereaktiviti bronkus
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
PATOGENESIS DAN PATOLOGI
A. Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia
sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis.
Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:

Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer,


terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama

Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan


terbanyak pada paru bagian bawah

Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal,
duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura

Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.
Konsep Patogenesis PPOK
Perbedaan patogenesis asma dan PPOK
DIAGNOSIS

Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan
kelainan jelas dan tanda inflasi paru
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
A Gambaran klinis
Anamnesis
Keluhan

Riwayat penyakit

Faktor predisposisi

Pemeriksaan fisis
B Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan rutin
- Pemeriksaan khusus
Gambaran Klinis
Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

Pemeriksaan fisis
A. PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

Inspeksi

Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)


Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema tungkai
PERBEDAAN ASMA DAN PPOK
Asma PPOK SOPT

Timbul pada usia muda ++ - +

Sakit mendadak ++ - -

Riwayat merokok +/- +++ -

Riwayat atopi ++ + -

Sesak dan mengi berulang +++ + +

Batuk kronik berdahak + ++ +

Hipereaktiviti bronkus +++ + +/-

Reversibiliti obstruksi ++ - -

Variabiliti harian ++ + -
KLASIFIKASI
Gejala Spirometri
Klasifikasi
Penyakit

- Tidak ada gejala waktu istirahat atau bila


eksersais
VEP > 80% prediksi
RINGAN - Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi
VEP/KVP < 75%
gejala ringan padalatihan sedang (mis :
berjalan cepat, naik tangga)

- Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi


mulai terasa padalatihan / kerja ringan VEP 30 - 80% prediksi
SEDANG
(mis : berpakaian) VEP/KVP <75%
- Gejala ringan pada istirahat

- Gejala sedang pada waktu istirahat


- Gejala berat pada saat istirahat
VEP1<30% prediksi
BERAT - Tanda-tanda korpulmonal
VEP1/KVP < 75%
Assasment
Anti kolinergik Digunakan sebagai terapi lini pertama untuk pasien PPOK yang stabil.
Termasuk golongan ini adalah atropin dan ipratropium bromida. Mekanisme kerjanya
adalah menghambat reseptor kolinergik pada otot bronkial. Kolinergik menstimulasi
peningkatan aktivitas guanil siklase, yaitu enzim yang mengkatalisis
pembentukancyclic guanosine 3 5-monophosphate(GMP). Siklik GMP menstimulasi
bronkokontriksi. Aktivitas antikolinergik ini memblok kerja asetilkolin sehingga
menurunkan pembentukan siklik GMP dan hasilnya adalah menghambat
bronkokonstriksi.
Diberikan kombinasi adrenergik dan antikolinergik dalam hal ini diberikan kombinasi
antara fenoterol dengan ipatropium digunakan untuk terapi pemeliharaan PPOK
Digunakan obat dari golongan metil xantin yaitu aminopilin yang dapat menghasilkan
bronkodilatasi dengan menginhibisi fosfodiesterase
Diberikan obat kortikosteroid dalam bentuk inhalasi yaitu beclometason yang
berfungsi untuk mengurangi mukus, inhibisi pelepasan enzim proteolitik dari leukosit,
dan inhibisi prostaglandin
Apabila terapi PPOK memburuk digunakan terapi antimikroba menggunakan
azitromisin, klaritromisin, Pada keadaan memburuk dengan komplikasi dimana
mungkin terdapat pneumococci resisten, terapi yang direkomendasikan menggunakan
levofloksasin, gatifloksasin,.
REKOMENDASI TERAPI
Terapi I
Golongan Obat Inhaler (g) Larutan Oral Vial Durasi
Nebulizer injeksi (jam)
(mg/ml) (mg)
Adrenergik (2- Fenoterol 100-200 (MDI) 1 0,5% (sirup) 4-6
agonis)

Antikolinergik Ipatropium bromide 20,40(MDI) 0,25-0,5 6-8

Methylxanthines Aminophylline 200-600mg (pil) 240mg 24

Kombinasi adrenergik & Fenoterol/Ipatropium 200/80 (MDI) 1,25/0,5 6-8


antikolinergik

Inhalasi
Glukortikosteroid 50-
Beclomethasone 400(MDI&DPI) 0,2-0,4
Kombinasi 2 kerja
panjang plus
glukortikosteroid dala 4,5/160; 9/320
m satu inhaler Formoterol/Budenoside (DPI)
Sistemik
Glukortikosteroid
Prednisone 5-60 mg(Pil)

Keterangan: MDI =Metered Dose Inhaler; DPI =Dose Per Inhaler


TERAPI II
Golongan Obat Inhaler (g) Larutan Oral Vial Durasi
Nebulizer injeksi (jam)
(mg/ml) (mg)
Adrenergik (2- Terbutaline 400,500 (DPI) 2,5 ; 5 (pil) 0,2; 0,25 4-6
agonis)

Antikolinergik Oxitropium bromide 100 (MDI) 1,5 7-9

Methylxanthines Theophylline 100-600mg 24


(pil)
Kombinasi adrenergik & Salbutamol/Ipatropium 75/15 (MDI) 0,75/4,5 6-8
antikolinergik

Inhalasi
Glukortikosteroid
0,20, 0,25,
Budenosid 100,200,400(DPI) 0,5
Kombinasi 2 kerja
panjang plus
glukortikosteroid dala Salmoterol/Fluticasone
m satu inhaler 50/100,250,500(DPI)
25/50,125,250(MDI)
Sistemik
Glukortikosteroid
4, 8 , 16 mg
Methy-Prednisone (Pil)
Keterangan: MDI =Metered Dose Inhaler; DPI =Dose Per Inhaler
Golongan
TERAPI III
Obat Inhaler (g) Larutan Oral Vial Durasi
Nebulizer injeksi (jam)
(mg/ml) (mg)
Adrenergik (2- Formoterol/ 4,5-12 MDI&DPI 12+
agonis) Salmeterol 25-50 MDI&DPI 12+

Antikolinergik Tiotropium 18(DPI) 24+

Methylxanthines Aminophylline/ 200-600mg (pil) 240mg 24


Theophylline 100-600mg (pil) 24
Kombinasi adrenergik & Fenoterol/Ipatropium 200/80 (MDI) 1,25/0,5 6-8
antikolinergik

Inhalasi
Glukortikosteroid
Futicason 50-500(MDI &DPI)
Kombinasi 2 kerja
panjang plus
Salmoterol/Fluticasone
glukortikosteroid dala 50/100,250,500(DPI)
m satu inhaler 25/50,125,250(MDI)
Sistemik
Glukortikosteroid
4, 8 , 16 mg
Methy-Prednisone (Pil)

Keterangan: MDI =Metered Dose Inhaler; DPI =Dose Per Inhaler


Kesimpulan
Obat yang dipakai untuk studi kasus yaitu :
Anti kolinergik ipratropium
Diberikan kombinasi adrenergik dan antikolinergik antara
fenoterol dengan ipatropium
Digunakan obat dari golongan metil xantin yaitu aminopilin
Diberikan obat kortikosteroid yaitu beclometason
Digunakan terapi antimikroba menggunakan azitromisin
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2011). PPOK,
http://arya-saputra.blogspot.co.id/2011/05/penyakit-paru-obstruksi-kronis-ppok.html,
diakses tanggal 12 Maret 2017
Kirana, R. Tan Hoan, T. (2007). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-efek
Sampingnya, Elex Media Komputindo, Jakarta
Sukandar, Y, E. Dkk, (2009). Iso Farmakoterapi, ISFI, Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai