Pembimbing : dr Buih Amartiwi Sp.KK DEFINISI Ulkus mole atau chancroid adalah suatu Infeksi Menular Seksual (IMS) akut, biasanya pada genitalia atau anus yang disebabkan oleh infeksi Haemophylus ducreyi (H. Ducreyi), suatu fakultatif anaerobik basil gram-negatif yang memerlukan hemin (faktor x) untuk pertumbuhannya (amirudin, 2004). EPIDEMIOLOGI lebih banyak didiagnosis pada laki-laki dengan rasio laki-laki : perempuan antara 3 : 1 sampai 25 : 1 atau lebih tinggi. Prevalensi chancroid tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah, terutama pada pekerja seks. Diantara pekerja seks, prevalensi ulkus genital antara 5-35% dan H. Ducreyi dapat dikultur dari kira-kira 50% dari ulkus tersebut. ETIOLOGI Haemophylus ducreyi Basil bentuk batang pendek, ramping, ujung bulat. Tidak bergerak, tidak membentuk spora. Gram negatif, anaerob fakultatif PATOFISIOLOGI H. Ducreyi
Kulit
IL6 dan IL8
T cell + IL2 PMN + Makrofag
CD4
HDCDT
Pustul Borok MANIFESTASI KLINIS
Berupa papula, kemudian menjadi vesiko-
pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus. Predileksi pada laki-laki : permukaan mukosa preputium, sulkus koronarius, frenulum penis, dan batang penis. Dapat pula terdapat lesi didalam uretra, skrotum, perineum, atau anus. Pada wanita : labia, klitoris, fourchette, vestibuli, anus, dan serviks Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara, umbilikus dan konjungtiva(Djuanda, 2009). KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan fisik, sebagai penyokong diagnosis juga harus dilakukan adalah : 1. Biakan kuman 2. Teknik imunofloresens untuk menemukan antibodi 3. Biopsi 4. Tes kulit ito-reenstierna 5. Autoinuklasi DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Manifestasi klinis ulkus Keterangan
Sifilis primer Indurasi + tidak nyeri ulkus Disingkirkan dengan
lebih superficial pemeriksaan lapang gelap dan serologis berulang
Herpes genitalis Riwayat vesikel Diagnosis dengan biakan
berkelompok+, sering atau mikroskop elektron rekurens, erosi superficial negative stain
Limfogranuluma Diawali dengan papula DD/ dengan chancroid
venereum lunak, kemerahan, erosi + melalui pemeriksaan tidak nyeri, adenopati complement fixation test inguinal + (hasil negatif, kurang dari 1:16) PENATALAKSANAAN Pengobatan sistemik Center of disease control (CDC) pada tahun 1998 merekomendasikan pengobatan ulkus mole dengan : Azitromisin 1 g per oral dosis tunggal Ceftriakson 250 mg intramuskular dosis tunggal Ciprofloksasin 2 x 500 mg / hari per oral selama 3 hari Eritromisin 4 x 500 mg sehari peroral selama 7 hari (pernah dilaporkan kasus resistensi eritromisin di Cina ) Pengobatan topikal Pengobatan topikal pada kasus ini terdiri atas pemeberian antiseptik seperti povidon iodin, limfadenitis tidak boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk mencegah ruptur spontan. Aspirasi menggunakan jarum besar dan ditusuk dibagian lateral samapi menembus kulit normal. Pada penderita yang mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi terpai topikal dengan kompres dingin untuk mengurangi peradangannya. Pengobatan pasangan seseorang yang memiliki kontak seksual dengan penderita ulkus mole dalam 10 hari sebelum muncul gejala ulserasi di kelamin penderita, maka sebaiknya diberi terapi, meskipun gejala klinisnya belum muncul. Terbukti carier pembawa H.Ducreyi dapat terjadi pada penderita yang asimptomatis. Obat yang diberikan pada pasangan seksual ini sama yang diberikan pada penderita baik jenis maupun dosis obatnya. Jika tidak mungkin dilakukan abstinensia seksual, maka penderita harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama lesi masih ada KOMPLIKASI Adenitis inguinal (bubo inflamatorik) Fimosis atau parafimosis Fistel uretra Fistel rektovagina. Infeksi campuran, misalnya dengan organisme vincent mengakibatkan ulkus makin destruktif dan sulit diobati. Infeksi campuran dengan treponema palidum (ulkus mikstum) Kombinasi juga dapat terjadi bersama dengan infeksi virus herpes simplex atau bersamaan dengan lesi limfogranuloma venereum dan granuloma inguinale. PROGNOSIS Penyakit ini tidak menyebar secara sistemik. Tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal kadang akan menetap selama bertahun- tahun. Infeksi tidak menimbulkan imunitas dan dapat terjadi infeksi ulang. Pada penderita yang tidak disirkumsisi ataupun penderita yang juga terinfeksi HIV, kemungkinan terjadi relaps setelah diterapi dengan antibiotik adalah sebesar 5 %. Namun jika penderita tersebut berstatus HIV seronegatif dan mengalami relaps, maka dengan terpai yang sama dengan terapi yang sebelumnya pernah diberikan masih tetap efektif. Penderita dianjurkan untuk menggunakan kondom untuk menghindari infeksi ulang.