INJECTION
Kelompok 3:
1. Anisha Putri
4. Muhammad Ansar
5. Nurul Khotimah
6. Suci Ramadhani
*FORMULA
N Nama Bahan Konsentra Jumlah Fungsi
o si bahan bahan
1 Clindamycin 150 mg/ml 3 gram Bahan aktif
Phosphate
2 Disodium 0.004 % 8 mg Chelating
edetate Agent
3 NaCl Pengisotonis
(FI IV:234)
*CLINDAMYCIN
* Farmakodinamik: klindamisin dapat bekerja sebagai
bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi
obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi.
*DEXTROSE
* Pemerian: serbuk kristal putih, dengan sedikit rasa asam.
* Kelarutan: praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,
sedikit larut dalam etanol 95%, larut dalam 11 bagian air.
* Kegunaan: pengkelat
*DISODIUM
EDETATE
* Kestabilan: sedikit stabil dalam bentuk padat, lebih stabil
dalam bentuk basa bebas, mengalami dekarboksilasi jika
dipanaskan di atas suhu 150C. Kristalisasi ketika dipanaskan
pada suhu 120C dan sedikit higroskopis.
*WATER FOR
INJECTION
* Pemerian : cairan tidak bewarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian air asap
dan bau hilang.
* Kelarutan: mudah larut dengan air, larut dalam dietil
eter, etanol 95% dan metanol
* Stabilitas: bersifat korosif
* Penyimpanan: dalam wadah bertutup rapat
* Inkompatibilitas: bereaksi kuat dengan alkali dan juga
bereaksi dengan logam membebaskan hidrogen
* Kegunaan: campuran dapar
* pH : Konsentrasi yang biasa digunakan 0,1 N dan efektif
pada pH 1-2, pH 0,1 (10% v/v larutan encer)
(FI IV:49)
*HCl
* Pemerian: bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping, kering,
* Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% p
* Stabilitas dan kondisi penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
* Inkompatibel : senyawa yang mudah mengalami hidrolisis dan
larutan air
* (HOPE:649)
*NaOH
* ALASAN PENGGUNAAN
BAHAN
1.Dextrose :Penambahan dextrose dimaksudkan karena formula yang akan dibuat
yaitu injeksi klindomisin dalam 5% dextrosa, oleh karena itu digunakan dextrosa
anhydrous sebagai pengatur tonisitas/ Pengisotonis, sebab untuk penyuntikan
(secara parenteral) sebaiknya larutannya dalam keadaan isotonis (jika suatu
larutan konsentrasinya sama dengan konsentrasi dalam sel darah merah)
3.HCl : Asam klorida digunakan untuk mengatur pH sediaan. Jika pH sediaan terlalu
tinggi maka dapat ditambahkan asam klorida untuk menurunkan pH.
Dicek pH
digunakan HCl 0.1
Dimasukkan Dilarutkan dextrose
N (HCl
Dicampur disodium edetat 8 1 gram dalam 1 mL
menurunkan pH) Di tambah WFI
erlenmeyer 1 dan 2 mg pada WFI di erlenmeyer
dan NaOH 0.1 N
erlenmeyer 1 2
(NaOH menaikkan
pH)
Larutan disaring ke
dalam gelas ukur Diambil 4 mL
25 mL yang telah Ditambahkan sisa sediaan dengan dimasukkan dalam
Dikemas
disiapkan melalui WFI @ 20 mL spoit penyaring vial ukuran 5mL
corong dengan bakteri
kertas saring
Dievaluasi Disterilkan
* EVALUASI
1.Uji pH
2.Evaluasi kejernihan
3.Keseragaman bobot
4.Keseragaman kandungan
5.keseragaman volume
6.uji sterilitas
7.uji pirogenitas
Uji kejernihan
dilakukan dengan cara pemeriksaan secara visual yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa
wadah bersih dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya
sesuai. kemudian ditimbang seksama tiap vial kosong dan hitung bobot netto dari tip isi vial dengan cara
uji pH
sebelum digunakan, dicek pH meter terlebih dahulu dan dilakukan kalibrasi pH meter, lalu dilakukan
uji pirogenitas
dilakukan berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci
yang telah disuntikkan dengan larutan 10 mg/kg BB
dalam vena auricularis, kemudian dicek suhu badan
kelinci. dikatakan memenuhi syarat apabila tidak ada
seekor kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5
atau lebih.
* KEMASAN
* TERIMA KASIH