PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
dan setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan
nasional suatu bangsa. Salah satu komponen kesehatan yang sangat
penting adalah tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
masyarakat.
Hal
itu
disebabkan
karena
obat
digunakan
untuk
menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya. Untuk itu melalui laporan
ini akan dibahas tentang sediaan sirup ambroxol yang sesuai dengan cara
pembuatan obat yang baik.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian sirup ambroxol dan proses
pembuatannya yang sesuai dengan CPOB
2. Mahasiswa dapat mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam
proses
pembuatan sirup ambroxol dan dapat menjelaskan kandungan kimia
dalam formulasi
C. Manfaat
Mendapatkan pengetahuan tentang cara pembuatan formulasi obat
dalam bentuk sirup yang sesuai dengan cara pembuatan obat yang baik
(CPOB).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sirup
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam siru dan warnanya stabil dalam kisaran
pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaancair
terutama tergantung pada warna dan kejernihan.Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisten dengan rasa.
C. Keuntungan dan Kerugian Sirup
Sirup merupakan sediaan yang menyenangkan untuk pemberian suatu
bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Sirup efektif dalam
pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak dan warnanya
yang menarik sehingga akan meningkatkan kepatuhan dalam meminum
obat. Sirup sesuai untuk pasien yang susah menelan tablet dan kapsul
seperti pada pasien usia lanjut, anak-anak, atau pasien penyakit Parkinson.
Sirup juga sesuai untuk zat obat yang bersifat higroskopis (Ansel, 2009).
Sirup juga memiliki kekurangan yaitu tidak semua jenis zat obat dapat
dibuat dalam bentuk sediaan sirup terutama zat aktif yang sukar larut air,
sediaan sirup jarang yang berisi zat tunggal pada umumnya campuran atau
kombinasi beberapa zat berkhasiat yang terkadang sebetulnya tidak
dibutuhkan oleh pasien.
D. Ambroxol
Ambroxol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
mukolitik, yaitu obat yang fungsinya adalah mengencerkan dahak.
Ambroxol umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan pernapasan
akibat produksi dahak yang berlebihan pada kondisi seperti bronkiektasis
dan emfisema. Dengan obat mukolitik, dahak yang diproduksi akan lebih
encer sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tenggorokan saat batuk.
Dengan demikian, pipa saluran pernapasan pun lebih terbuka dan terasa
lega.
BAB III
FORMULASI
A. Uraian Bahan
a. Zat Aktif
1. Ambroxol HCl (BP 2009, Hal. 265-268)
Rumus Molekul
Bobot Molekul
Khasiat
Defenisi
:
:
:
:
C13H18Br2N2O.HCl
414,6
Mukolitik
trans-4-[(2-Amino-3,5
dibromobenzyl)amino]cyclohex
Kadar
anol hydrochloride
99,0 101,0 % (terhadap zat
Pemerian
yang dikeringkan)
Serbuk kristal berwarna putih
atau putih kekuningan, praktis
tidak berbau.
Kelarutan
pH
b. Zat Tambahan
Metilparaben
C8H8O3
152,15
Pengawet
Hablur kecil, tidak berwarna
atau serbuk hablur, putih; tidak
berbau atau berbau khas lemah;
mempunyai
Kelarutan
sedikit
rasa
terbakar.
Sukar larut dalam air, dalam
benzene
dan
dalam
karbon
Jarak lebur
:
Wadah dan penyimpanan :
3. Aspartam
Rumus Molekul
:
Bobot Molekul
:
Kegunaan
:
Pemerian
Kelarutan
Sukrosa
C12H22O11
342,30
Pemanis
Hablur putih
atau
tidak
stabil
Larutannya
Kelarutan
di
netral
udara.
terhadap
lakmus
Sangat mudah larut dalam air;
lebih mudah larut dalam air
mendidih; sukar larut dalam
etanol;
tidak
larut
dalam
cyclohexylsulphamate.
98,5 persen menjadi 101,0
persen (bahan kering).
Pemerian
Kegunaan
(96 persen)
Pemanis
Gliserol
C3H8O3
92,09
Cairan jernih seperti sirup, tidak
berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam
atau tidak enak). Higroskopis:
Kelarutan
Mentholum
5-metil-2-(1-metiletil)
sikloheksanol
C10H20O
Bobot molekul
Kegunaan
Pemerian
:
:
:
156,27
Pemberi aroma
Hablur heksagonal atau serbuk
hablur,tidak berwarna, biasanya
berbentuk jarum, atau massa
yang melebur; bau enak seperti
minyak permen.
Kelarutan:Sukar larut dalam air;
sangat mudah larut dalam etanol,
dalam kloroform, dalam eter,
dan dalam heksana; mudah larut
dalam asam asetat glacial, dalam
minyak
mineral
dan
dalam
minyak
lemak
dan
dalam
minyak atsiri.
Dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya
pada
suhu
kamar
terkendali.
10. Ponceau 4R
Nama kimia
Trisodium-2-hidroksi-1-(4sulfonato-1-naphthylazo)
-6,8-
:
:
:
naphthalenedisulfonate
C20H11N2Na3O10S3 1.5 H2O
631,51
Tidak kurang dari 85%
Pemerian
total pewarna
Serbuk
atau
Kegunaan
Kelarutan
:
:
berwarna kemerahan
Sebagai pewarna
Larut dalam air; sedikit
Rumus kimia
Berat molekul
Uraian
granul
10
warna
nomor
Kemira
Kronos
1171;
anhidrida,
titanii
dioxidum; Tronox.
Karena efek fotokatalis,
titanium dioksida mungkin
berinteraksi dengan zat aktif
tertentu,
misalnya
bahwa
titanium
dioksida
monatonically menurunkan
sifat
mekanis
film
dan
meningkatkan permeabilitas
uap air polivinil coating
alkohol
bila
digunakan
mendorong
11
Kegunaan
Pemerian
walaupun pada
suhu
78o.
Mudah
terbakar.
Bercampur dengan air dan
praktis bercampur dengan
semua pelarut organic.
AQUA DESTILLATA
H2O
18,02
Pembawa
Cairan
jernih;
tidak
berwarna; tidak berbau
12
j.
k.
l.
m.
Ponceau 4R
Titanium oxide
Alkohol 96%
Air murni ad
: 6 mg
: 1,5 mg
: 3 ml
: 60 ml
C. Cara Kerja
a. Siapakan kondisi ruang produksi pada grey area/kelas III. Syarat
jumlah cemaran partikel/m3 0,5 m, maksimal sebanyak 3,5 juta,
cemaran partikel/m3 5 m sebanyak 20 ribu, jumlah cemaran
mikroba/m3 maksimal 500, efisiensi saringan 95%, pertukaran udara>
30 kali/jam, humidif 55% pada 70 F (21,1 C)
b. Siapkan peralatan. Alat sudah dibersihkan dengan aqua typol 0,5%,
etanol 75% dan terakhir aqua kembali. Beri label telah dibersihkan.
Set peralatan sesuai dengan master formula untuk produk yang akan
c.
d.
produksi
Botol dan tutup botol dicuci dengan Na pyrophospat 0.5% dengan
mesin cuci otomatis. Cuci dan bilas dengan aqua demineralisata
keringkan dengan tunnel dryer suhu 600C selama 2 jam. Dinginkan
selama satu jam dalam suhu kamar, bawa ke ruang produksi melalui
e.
13
f.
g.
serta dilabel.
Tiap 15 menit selama proses pengisian operator akan melakukan IPC:
(1)keseragaman volum dengan cara membandingkan dua botol produk
pengisian dengan botol standar kalibrasi, (2)kekencangan tutup botol
l.
retain sample.
m. Bila lulus uji produk tersebut dikirim ke packing sekunder botol,
brosur dan sendok teh yang dimasukkan ke inner botol, lalu masukkan
ke outer box, beri nomor batch register pada outer box. Cek akhir.
n. Kirim ke gudang produk jadi, lakukan serah terima dari bagian
produksi ke bagian logistic
D. Evaluasi Sirup
1. Uji Pemerian
Keadaan yang di amati yaitu :
14
2.
3.
4.
5.
Warna
Rasa
Bau
Kelarutan
Pemerian dikatakan baik jika warna sirup tidak berubah dan bau
tidak hilang.
Pemeriksaan Bobot Jenis
Pemeriksaan Bobot Jenis sirup Ambroxol dilakukan dengan
menggunakan metode piknometer.
Pemeriksaan pH
Lakukan pengukuran pH menggunakan pH meter dengan
mencelupkannya dalam larutan sirup.
Pemeriksaan Viskositas
Mengukur viskositas sirup Ambroxol menggunakan Viskometer
Brookfield. Dalam menentukan viskositas cairan semakin besar nilai
viskositas suatu cairan maka semakin besar pula kekentalan cairan
tersebut.
Penetapan Kadar Zat Aktif dalam Sediaan Sirup
Pemeriksaan kadar sirup ambroxol dilakukan untuk mengetahui
kandungan zat aktif sirup ambroxol dalam sediaan sirup apakan sudah
memenuhi persyaratan kadar sirup ambroxol yang tertera dalam
Farmakope Indonesia Edisi III .
BAB IV
ASPEK CPOB
Berdasarkan Pedoman CPOB, pada Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun
2012 ada 12 aspek yang harus diperhatikan, yaitu manajemen mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit dan persetujuan
pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali
produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi.
15
A. Manajemen Mutu
Dalam pembuatan obat ini, industri farmasi harus menyesuaikan
dengan tujuan penggunaanya, memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan pengguna. Manajemen mutu harus dapat mencapai tujuan
mutu secara konsisten yang didesain secara menyeluruh dan ditetapkan
secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya. Tindakan sistematis dilakukan untuk
mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga
produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.Dalam
aspek manajemen mutu terdapat hal-hal penting, yaitu:
a.
Pemastian Mutu (QA)
Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengukuran yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa sirup ini dihasilkan dengan
b.
c.
pengawasan mutu.
Pengawasan Mutu (QC)
17
1) Bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian yang diperlukan dan relevan
telah dilakukan dan bahan yang belum diluluskan tidak
digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dapat dijual
atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi
syarat. Fungsi pengawasan mutu bersifat independen dari bagian
lain.
2) Pengkajian Mutu Produk
3) Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala terhadap
semua
obat
terdaftar,
temasuk
produk
ekspor
untuk
16
dan
keterampilan
dalam
kepemimpinan
sehingga
mutu
yaitu
dalam
penyusunan
verifikasi
dan
17
dan
mengerti
betul
dengan
persyaratan
CPOB
18
19
yang tepat.
b. Pemasangan dan penempatan
1) Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
2) Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklah
dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama
kegiatan berlangsung.
3) Tiap peralatan utama diberi nomor pengenal yang jelas.
4) Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin diberi
isolasi yang baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya cacat
dan memperkecil kehilangan energi.
5) System-sistem penunjang seperti system pemanasan, ventilasi,
pengatur suhu, udara, air minum, kemurnian air, penyulingan air
20
E. Pemeliharaan
1) Peralatan dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi
dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat
merubah identitas, mutu atau kemurnian produk.
2) Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan dibuat dan
dipatuhi.
3) Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu
peralatan utama dicatat dalam buku catatan harian. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja,
dimasukkan kedalam catatan produksi batch produk tertentu.
F. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tingi diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat.Ruang lingkup santitasi dan hygiene meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, produksi serta wadahnya, setiap
hal
yang
dapat
merupakan
sumber
pencemaran
produk.Sumber
21
mencucui
tangan
sebelum
dan
dibangun
dengan
tepat
untuk
22
rusak
potensinya
petugas
dalam
yang
berwenang.
11) Tersedianya daerah penyerahan yang tersisa untuk mencegah
adanya kontaminasi silang.
12) Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat diberi tanda
silang, disimpan terpisah dan secepatnya dimusnahkan atau
dikembalikan ke pemasok.
b. Validasi proses
1) Semua
proses
produksi
di
validasi
dengan
tepat
dan
23
untuk
membuktikan
kecocokan
dengan
pelaksanaan produksi.
3) Perubahan peralatan atau bahan disertai dengan tindakan
validasi ulang.
4) Proses dan prosedur yang kritis dievaluasi kembali secara rutin.
c.
Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang
dapat merugikan kesehatan atau mengurangi daya terapetik atau
mempengaruhi kualitas suatu produk, tidak dapat diterima.
penanganan,
penimbangan,
perhitungan
dan
diserahkan
diperiksa
ulang
untuk
24
f. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan adalah produk
yang memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditetapkan dan
didokumentasikan dengan cara benar serta direkonsilasi.
g.
Pengolahan
1)
2)
3)
4)
penjelasan.
5) Wadah dan penutup bahan dan produk bersih.
6) Semua wadah dan peralatan yang berisi bahan dan produk diberi
lael yang tepat.
7) Semua produk diberi label yang tepat dan dikarantina sampai
diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.
8) Seluruh pengawasan dalam proses harus dicatat dan diteliti.
9) Hasil sesungguhnya dicatat dan dicocokkan dengan hasil teoritis.
10) Dalam sluruh tahap pengolahan harus diperhatikan masalah
pencemaran silang.
H. Pengawasan mutu
menyusun rencana pengambilan seperti meluluskan atau menolak
bahan-bahan produk, meneliti catatan sebelum produk didistribusikan,
menetapakan
kadar
kadaluarsa,
mengevaluasi
pengujian
ulang,
25
pengambilan
contoh
pengujian
terhadap
bahan
baku,
bersangkutan.
d. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel merupakan kegiatan yang penting dari
system pemastian mutu.Personil yang mengambil sampel harus
memperoleh
pelatihan
awal
dan
pelatihan
secara
26
tanggal
pelulusan
produk
terkait,
bila
stabilitasnya
memungkinkan.
e. Persyaratan pengujian
Pengujian dilakukan terhadap bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan . Pengendalian terhadap lingkungan
dilakukan sebagai berikut: pemantauan terhadap air untuk proses
dilakukan secara berkala, pemantauan terhadap lingkungan produksi
dilakukan secara berkala, pemantauan terhadap lingkungan sekitar
area produksi untuk mendeteksi produk lain yang dapat mencemari
produk yang dilakukan secara berkala, dan pengendalian cemaran
udara.
Semua bahan pengawasan selama proses dilakukan menurut
metode yang disetujui oleh badan pengawasan mutu dan hasilnya
dicatat. Setelah batas waktu penyimpanan untuk bahan awal, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi tersebut habis dilakukan
pengujian ulang.Berdasarkan hasil uji tersebut bahan atau produk
dapat diluluskan kembali untuk digunakan atau ditolak. Bila bahan
disimpan pada kondisi tidak sesuai, bahan tersebut diuji ulang dan
dinyatakan lulus sebelum digunakan selama proses.
Dilakukan pengujian bahan tambahan pada produk jadi hasil
pengolahan ulang.Bagian pengawasan muutu ikut serta dalam
pembuatan prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan
induk.
Studi stabilitas dirancang untukl mengetahui stabilitas dari
produk, dan program ini dipatuhi dan mencakup jumlah, kondisi
penyimpanan, dan metode pengujian. Penelitian stabiliatas dilakukan
terhadap produk baru, kemasan baru, perubahan formula dan batch
yang diluluskan.
27
I.
hasil,
sekali
dalam
penilaian,
setahun.Laporan
kesimpulan
dan
inspeksi
usulan
diri
tindakan
jumlah,
karantina,
penelitian,
pengolahan
kembali,
28
yang
tidak
29
atas
dan
bawah.
Penyelesaikan
formal
KO
30
c. Validasi Perbersihan
Pembersihan dilakukan dengan metode analisis yang tervalidasi
yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residua tau cemaran serta
memiliki batas deteksi yang peka untuk mendeteksi tingkat residu
atau cemaran. Prosedur pembersihan untuk produk dan proses serupa
dilakukan pembersihan pada rentang interval waktu tertentu. Syarat
metode tersebut telah tervalidasi adalah dengan melaksanakan
prosedur 3 kali secara berurutan dengan hasil memenuhi persyaratan.
d. Pengendalian Perubahan
Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data
pendukung cukup untuk menunjukan bahwa proses yang diperbaiki
akan menghasilkan suatu produk yang sesuai mutu yang diinginkan
dan konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Dampak perubahan fasilitas, system dan peralatan terhadap
produk dievaluasi, termasuk analisis resiko, kemudian dikualifikasi
dan validasi ulang dengan berdasarkan kebutuhan dan cakupannya.
e. Validasi Ulang (revalidasi)
Fasilitas, system, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan secara berkala dievaluasi untuk konfirmasi bahwa
validasi yang telah dilakukan masih abash. Jika terjadi perubahan
maka dibutuhkan validasi ulang/revalidasi.
f.
g. Perencanaan Validasi
31
32
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam suatu proses produksi sediaan obat harus memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
3. Sediaan sirup disenangi semua orang terlebih oleh anak-anak karena
rasanya yang manis dan aroma yang harum serta warna yang menarik
serta baik bagi orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan
tablet.
4. Ambroxol diindikasikan sebagai terapi sekretolitik pada penyakit
bronkopulmonalis berhubungan dengan sekresi lendir lendir abnormal
dan transportasi terganggu.
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Ansel HC. 2009. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed:9.Jakarta:UI-Press.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Pendoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Petunjuk
Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB Jilid I). Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia edisi III.
1979. Jakarta.
Karunia F. B., 2013. Food Science and Culinary Education Journal. FSCEJ 2
(2) (2013).
Gunawan, S.G., Setiabudy R., Nafrialdi dan Elysabeth. 2007. Farmakologi
dan Terapi. Edisi ke-5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
34
37
Teknologi
Farmasi.Edisi