Dimulai pada abad ke-9, tanah Arab dan Islam berhasil membangun jembatan ilmu yang
menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi modern sekarang ini. Tahap
ilmu yang diperoleh dari Yunani terus ditingkatkan dan usaha ini diteruskan hingga abad ke-13
melalui berbagai karya, Peningkatan ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak
sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai dengan siapnya satu panduan cara meracik
obat pada tahun 1260.
Ibnu Al-Baitar
Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang
Sederhana), beliau turut memberi kontribusi dalam dunia farmasi. Di Dalam kitabnya itu, dia
mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat (sekarang lebih dikenal dengan nama herbal) yang
berhasil dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania. Lebih dari dari seribu tanaman obat
dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13
M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran
bila kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik yang berkaitan dengan
botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar melampaui prestasi Dioscorides.
Kitabnya masih tetap digunakan sampai masa Renaisans di Benua Eropa.
Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973 M 1051 M)
perkembangan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 M setahun sebelum Al-Biruni
tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga
meneguhkan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang farmasis.
Abu Jafar Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)
Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam pengembangan farmasi.
Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, meracik dan
menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab Al-Jami Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Kitab
tersebut memaparkan tentang pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam bidang
farmasi.
Al-Razi
Sarjana Muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut
andil dalam membesarkan bidang farmasi. Al-Razi memperkenalkan penggunaaan bahan kimia
dalam pembuatan obat-obatan seperti pada obat-obatan kimia sekarang.
Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)
Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia (farmakope). Dia
menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya untuk pengembangan farmasi
dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin. dalam kitabnya beliau memberikan resep kedokteran
tentang kaedah dan teknik meracik obat, tindakan farmakologisnya dan dosisnya untuk setiap
penggunaan. formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi selama hampir 200 tahun.
Ibnu Sina
Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke Baghdad, yang pada masa itu
merupakan pusat pendidikan Islam terpenting untuk mengikuti pendidikan dalam perawatan.
Hunayn memainkan peranan yang penting dalam penterjemahan atau penentuan ketepatan
terjemahan yang dilakukan (termasuk penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani lain) di
samping menulis buku-bukunya sendiri. Antara buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek
kebersihan mulut, pecuci dan penggunaan bahan-bahan pergigian. farmatika
mereka adalah para Tokoh Farmasi Islam yang sangat berjasa pada dunia kesehatan khususnya
Ilmu kefarmasian dan kedokteran, hasil penemuan dan buku-buku yang ditulis merupakan cikal
bakal penelitian bidang farmasi setelah zaman mereka sampai sekarang. Semoga
bermanfaat artikel Tokoh Farmasi ini