Anda di halaman 1dari 7

BAB II (The economist, Februari 1988, diambil dari Format Industri Farmasi Indonesia,

LINTASAN SEJARAH KEFARMASIAN di INDONESIA Amir Hamzah Apne)

Pengaruh Arab dan Islam


PENDAHULUAN
Sejarah kefarmasian di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah tradisi FARMASI Arab ataupun lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah merupakan
pengobatan di dunia. Tradisi ini telah berjalan ribuan tahun bahkan diperkirakan satu bentuk profesi yang agak asing dibanding kedokteran sejak awal abad ke-19
telah bersamaan dengan keberadaan manusia di alam semesta. Pengetahuan tabib lagi. Ini adalah pertama kali dalam sejarah, farmasi laksanakan secara terpisah dari
dan pengobatan berkembang di Yunani, Mesir, Cina, India dan berbagai wilayah profesi kesehatan yang lain. Aspek dan pengaruh Arab ini selalunya tidak
di Asia (1). dinyatakan dalam kebanyakan penulisan barat tentang sejarah kedokteran dan
farmasi. Sedangkan pada hakikatnya pencapaian sains dan budaya dunia Arab
Pada awalnya kemampuan mengobati dan meracik obat dipegang oleh satu orang begitu banyak mempengaruhi profesi serta sumbangan pustaka farmasi di barat
dan praktiknya tidak didasarkan atas pengetahuan anatomi, farmakologi dan ilmu yang wujud sehingga hari ini (4).
farmasi lainnya. Ilmu Pengobatan dijalankan secara spekulatif, dipengaruhi oleh
tahyul dan perdukunan (occultism). Di Yunani pada saat itu, pendeta dianggap Dalam abad yang ke-19 kedai-kedai farmasi mulai dibangun dan jumlahnya mulai
orang yang mampu menjaga kesejahteraan rohani da jasmani rakyat. Lambat laun meningkat di kota-kota seperti Baghdad serta sekitarnya. Kebanyakan kedai ini
peran ini diambil tabib, yang memperoleh ilmu pengobatan secara intuitif dan adalah kepunyaan perseorangan dan banyak pula di antara mereka yang
empiris(1). mempunyai ilmu tentang farmasi baik dari segi mencuci, menyimpan ataupun
mengawetkan obat-obatan. Rumah sakit-rumah sakit di negara ini bukan saja
Pada tahun 400 SM berdiri sekolah kedokteran dengan alumninya yang terkenal, mempunyai farmasinya sendiri, tetapi juga obat-obatan jenis sirup, salep dan
Hippocrates. Hippocrates merasionalisasikan ilmu pengobatan dan meningkatkan bentuk sediaan farmasi lain dapat dihasilkan secara agak besar-besaran. Tempat-
profesi tabib pada taraf etik yang tinggi. Kemuduian muncul tokoh Yuinani lain tempat ini juga sering dikunjungi oleh pegawai-pegawai yang dilantik oleh
bernama Galenus, seorang ahli meracik obat dari sari pati tumbuhan, sehingga kerajaan (Muhtasib) ataupun pembantunya untuk menentukan bahwa obat-obatan
keterampilan meraci obat dari sari pati tumbuhan ini kemudian dikenal dengamn yang dikeluarkan adalah suci, baik dan tepat dari segi kandungan dan ukurannya.
istilah Galenika (1). Ini bertujuan untuk memastikan produk tersebut dapat dicegah dari berbagai
penipuan dan melindungi orang banyak apabila menggunakannya (4).
Pada tahun 1240 Kaisar Frederick II mengeluarkan maklumat untuk memisahkan
ilmu farmasi dan kedokteran, sehingga masing-masing ahli mempunyai kesadaan, Perkembangan yang berlaku pada ketika itu bolehlah dianggap sebagai satu fasa
standar etik, pengetahuan dan keterampilan sendiri. Denagan makluimat ini maka sejarah Islam yang paling kaya dengan perkembangan intelektual. Keadaan ini
keahlian farmasi menjadi profesi resmi yang terpisah dari kedokteran, namun berlarutan hingga empat abad lamanya. Garis panduan tentang meteria medika
tetap mempunyai tujuan yang sama menolong orang sakit dan meningatkan serta arahan untuk farmasi bekerja dan mengurus kedainya berkembang dengan
kesehatan manusia (1). pesat. Ini dapat dilihat dengan adanya beberapa cendiakiawan yang berperanan
membentuk asosiasi farmasi ketika itu.
Sejarah Farmasi modern dimulaii tahun 1897, saat Felix Hoffmann menemukan
cara menambahkan dua atom ekstra carbon dan lima atom ekstra hidrofen ke Beberapa tokoh Farmasi dalam dunia Islam
dalam ekstrak (sari pati) kulit kayu Willow sehingga menghasilkan Acetylsalicylic
acid (astosal) yang selanjutnya dikenal dengan aspirin. Untuk mengembangkan
profuk ini didirikan perusahaan farmasi modern pertama di dunia, yaitu Bayer YUHANNA B. MASAWAYAH (777-857)

9
Cassiodarus. Di dalam satu dari gereja yang didirikannya, pendeta tersebut
Penulisan termasyhur:al-Mushajjar al-Kabir menguraikan
mengkaji dan menyalin manuskrip lama. Disinilah mereka mulai berkenalan
tentang penyakit serta pengobatannya.
dengan penulisan kedokteran terdahulu. Kemudian muncul beberapa gereja yang
Mengenalkan penggunaan tumbuhan untuk meningkatkan turut menjalani aktivitas yang sama, baik dalam bahasa Latin, Yunani maupun
pertahanan tubuh. Arab. Melalui ini, terbitlah kesusteraan dalam bahasa lain seperti Inggeris kuno,
Perancis dan Jerman di samping memberi sumbangan kepada farmasi melalui
Pada zamannya lahir istilah seperti al-Saydanani dan al- penanaman taman-taman herba.
Saydalani yang berkaitan dengan sandalwood.
ABU HASAN ALI B. SAHL RABBAN AL-TABARI (808) Walau bagaimanapun, sikap orang-orang barat tentang farmasi dan terapi obat-
Penulisan termasyhur: Syurga Hikmah- mengupas tentang obatan berubah dengan begitu kentara sekali ketika penulisan-penulisan orang
prilaku manusia, kosmologi, embriologi dan psikoterapi, Arab dan Yunani mulai tersebar luas di Eropa Barat secara menyeluruh.
kebersihan, pemakanan dan penyakit serta pengobatannya.
Di Kota Montpellier, Perancis sekitar tahun 1180 terdapat satu ikrar yang
dikenakan kepada sekumpulan ahli-ahli farmasi pada ketika itu. Ikrarnya
Beliau memperkenalkan terapeutik setiap obat yang
berkaitan dengan aktivitas ahli farmasi dalam mengawasi obat-obatan. Di Itali
digunakan mengikut kasus-kasus tertentu.
juga antara tahun 1231 dan 1240, Kaisar Frederick II mengeluarkan suatu
SABUR B. SAHL maklumat (Contitutiones) yang dikenal sebagai Magna Carta Farmasi. Ini semua
Penulisan termasyhur: al-Agradadhin meliputi resep menampakkan susunan serta aturan yang mulai timbul dalam mengarahkan
kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat, tindakan bidang farmasi pada masa itu.
farmakologi dan dosis-dosis serta cara penggunaannya.
Dalam konstisusi itu juga menetapkan fungsi ahli farmasi, kaitannya dengan ahli
Menulis formula pertama dalam sejarah Islam yang terdapat kedokteran serta tanggungjawab moral mereka. Contitutiones itu akhirnya meliputi
dalam al-Agradadhin di mana hampir 200 tahun formula ini keseluruhan Eropa dalam usaha melindungi orang awam, di mana kedai dan
dijadikan panduan oleh ahli-ahli farmasi di seluruh dunia bidang farmasi dikenakan pengawasan resmi seperti yang dilakukan di dunia
Islam. Arab-Islam. Kedai-kedai farmasi di Eropa pada masa itu telah menampakkan
pengaruh Arab walaupun nama panggilannya berlainan. Bahan-bahan yang dijual
terdiri dari berbagai jenis, tidak tergantung kepada materia medika Yunani,
Roman atau Arab saja. Terdapat juga beberapa jenis racikan lain yang
dikembangkan dari dongeng maupun sihir barat pada zaman itu.
PERKEMBANGAN BIDANG FARMASI DI EROPA
Pada ketika itu, tumbuh juga persatuan-persatuan farmasi di mana ahli
SELEPAS runtuhnya kekaisaran Romawi, perkembangan kedokteran dan farmasi kedokteran dan ahli farmasi bergabung secara bersama. Ada juga kesatuan yang
masih agak gelap. Tidak banyak kemajuan dibandingkan dengan apa yang telah ahli farmasi dengan pedagang rempah. Mereka lebih lebih dikenal dengan nama
dipelajari di dunia Arab dan Islam sebelumnya. Malah Eropa kembali kepada panggilan yang berbeda seperti apothecarius, especiador, especier, speziale, spicer
cara-cara pengobatan lama yang berasaskan kepada tahyul dan kepercayaan kuno. maupun pepper.
Perkembangan sains baru seperti mana yang telah berlaku dalam dunia Arab dan
Islam tidak langsung kentara dan agak terpencil. Namun terdapat satu golongan Di Inggris mereka bergabung dengan penjual lada hitam dan rempah-rempah dan
pendeta yang agak berminat untuk menggali khazanah ilmu lama yang tersimpan dikenali sebnagai "Company of Grocers". Tujuannya adalah supaya masing- masing
dalam gereja-gereja. Salah seorang dalam golongan ini dikenali sebagai dapat mewujudkan monopoli di sebuah bandar sekaligus melindungi perniagaan

10
mereka dari segi pemantauan harga serta mutu barang yang dijual. Ia juga diperluaskan menjadi Luminare majus oleh seorang ahli farmasi bernama Jacobus
bertujuan mengawasi pelatihan serta menetapkan peraturan bagi siapa yang ingin Manliis de Bosco.
melibatkan diri di dalam bidang tersebut. Di Itali misalnya pada pertengahan abad
ke-14, kesatuan farmasi dimonopoli untuk lebih kurang 200 barang termasuk buku Luminare majus ini lebih banyak digunakan dan sekarang lebih dikenal sebagai
dan lilin. Ini menunjukkan betapa sukarnya mencari nafkah melalui urusan `farmakopia,' (Farmakope), kadangkala dipanggil dengan nama dispensatorium
perniagaan obat-obatan. (tetapi ia tidak popular lagi). Ini merupakan hasil kerja baik individu maupun
sekelompok penulis ataupun organisasi farmasi serta kedokteran.
Pada tahun 1617 terbentuklah Persatuan Ahli Apoteker atau Society of Apothecaries.
Dalam dua abad yang kemudian, pemisahan di antara kedokteran dan farmasi Farmakopia pertama adalah Dispensorium pharmacopolarium. Penggunaan
pula berlaku. Serentak dengan itu golongan yang dikenali sebagai druggist dan farmakopia hingga hari ini menjadi suatu yang dibutuhkan dalam bidang farmasi,
chemist mulai berperanan aktif sebagai ahli obat-obatan. Mereka ini kemudiannya khususnya untuk formulasi obat.
menjadi pemborong dan akhirnya pedagang obat-obatan. Pada pertengahan abad
yang ke-18, satu organisasi baru di bawah naungan Pharmaceutical Society pula
Mulai abad ke-19, yang disertai dengan kepesatan pencapaian sains dan teknologi
diwujudkan. Dengan itu wujudlah farmasi sebagai satu disiplin khasnya di Inggris
secara umum, bidang farmasi terus berkembang. Malah berbagai bidang keahlian
dan Eropa.
mulai diperkenalkan seperti bidang kimia farmasi, farmakognosi, farmakologi dan
mikrobiologi. Berikutnya timbulnya revolusi industri di Eropa juga memunculkan
Pemisahan farmasi dengan kedokteran dan menjadikannya satu bidang disiplin bidang baru seperti teknologi farmasi atau farmasi industri.
tersendiri memang telah diduga. Satu-satunya peristiwa yang mangarah kepada
perkembangan tersebut adalah karya seorang yang bernama Paracelsus. Beliau
Bidang-bidang keahlian di atas salaing berkaitan dan bersama-sama dengan
merupakan seorang ahli kedokteran, ahli falsafah, ahli kimia dan ahli nujum Swiss
pengetahuan sains serta kedokteran terus menyokong farmasi sebangai satu
pada abad yang ke-16. Sumbangan terbesarnya adalah mengutarakan beberapa
bidang profesial. Semua bidang keahlian ini hingga sekarang merupakan keahlian
prinsip baru tentang jasad manusia yang jauh lebih tepat dibanding dengan teori
inti yang dikembangkan oleh setiap Perguiruan Tnggi Farmasi, termasuk di
sebelumnya. Paracelsus memberi pengertian baru kepada pemahaman penyakit
Indonesia.
dan terapi menggunakan obat-obatan.

Berbagai racikan mengeni obat mulai berkembang, seperti tingtur dan ekstrak.
Paracelsus juga memperkenalkan logam-logam seperti logam berat: raksa,
plumbum, kuprum emas dan besi sebagai bahan obat melalui pendekatan serta SEJARAH KEFARMASIAN INDONESIA.
teknik ekstraksi yang berlainan. Ia juga mempunyai hubungan yang dekat dengan
Budaya Arab-Islam melalui pendalaman beliau dalam bidang kimia. Untuk mengetahui perkembangan kefarmasian di Indonesia, berikut ini kami
kutip (tanpa edit) artikel dari Mantan Dirjen POM Indonesia, DR. Midian Sirait.
Walaupun Paracelsus telah meninggal dunia (1541 M), namun pengaruhnya tetap
kuat dan menggeser pengaruh Galen(ik). Pengetahuan Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih
"muda" dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan.
Perkembangan lain yang perlu diketahui adalah terbitnya buku panduan farmasi Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupaun
(sekarang dikenal dengan monogram Farmakope). Salah satunya didasarkan atas masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat
hasil tulisan Saladin (Ilmuwan Arab), misalnya Lumen apothercariocum (`Cahaya lambat dan profesi farmasi masih belum dikenal secara luas oleh masyarakat.
Kedai Apoteker') yang dicetak di Itali pada tahun 1492. Buku ini kemudiannya

11
Sampai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tenaga-tenaga farmasi no.50) dan 28 Juni 1934 nomor 45 (Stb 392) dengan nama "Leergang voor de
Indonesia pada umumnya terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah relatif opleiding van apotheker-bedienden onder den naam van apothekers-assistenschool".
sangat sedikit. Tenaga-tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal
dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Peraturan ujian asisten apoteker dan persyaratan izin kerja diatur dalam
surat keputusan Kepala DVG tanggal 16 Maret 1933 nomor 8512/F yang
Disekitar perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang kemudian diubah lagi dengan surat keputusan tanggal 8 September 1936
sangat berarti yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten nomor 27817/F dan tanggal 6 April1939 nomor 11161/F.
pada tahun 1946 dan di Bandung pada tahun 1947. Dalam peraturan tersebut antara lain dinyatakan bahwa persyaratan untuk
menempuh ujian asisten apoteker ialah harus berijazah Mulo Bagian B,
Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang surat keterangan bahwa calon telah melakukan pekerjaan kefarmasian
kemerdekaan ini pada kenyataannya mempunyai andil yang besar bagi secara terus menerus selama 20 bulan dibawah pengawasan seorang
perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa berikutnya. apoteker di Nederland atau di Indonesia yang memimpin sebuah apotek
atau telah mengikuti pendidikan asisten apoteker di Jakarta. Dengan
adanya peraturan itu pula maka ujian hanya diselenggarakan di Jakarta,
Dewasa ini, kefarmasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan tidak lagi di Surabaya dan Semarang. Setelah didirikan Sekolah Asisten
dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan
Apoteker tersebut, lulusan asisten apoteker sedikit meningkat rata-rata 15
dukungan teknologi yang cukup modern, telah mampu memproduksi obat dalam orang setahun bahkan pada tahun 1941 tercatat lulusan asisten apoteker
jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup luas. Sebagian besar
sebanyak 23 orang. Sebelum dibentuk sekolah tersebut setahun rata-rata
(90%) kebutuhan obat nasional, telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi dalam hanya 5 orang yang kesemuanya berasal dari pendidikan praktek di apotek.
negeri. Demikian pula peranan profesi farmasi dalam pelayanan kesehatan telah
semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya.
Disekitar tahun 1930-an ditetapkan beberapa peraturan perundang-
undangan kefarmasian yang cukup penting antara lain :
1. Pada zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan.
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada dasarnya diawali dengan
pendidikan asisten apoteker pada masa pemerintahan Hindia Belanda. 1. Undang Undang Obat Bius tanggal 12 Mei 1927 (ST 1927 No. 278)
Pendidikan asisten apoteker semulai dilakukan ditempat kerjanya yaitu di diubah dengan St 1949 No. 335.
apotek oleh apoteker yang mengelola dan memimpin sebuah apotek. 2. Ordonansi Loodwit tanggal 21 Desember 1931 nomor 28 (Stb. 509).
Setelah calon asisten apoteker telah bekerja dalam jangka waktu tertentu di
apotek dan dianggap memenuhi syarat, maka diadakan ujian pengakuan 3. Ordonansi Pemeriksaan Bahan Bahan Farmasi tanggal 12
yang diselenggarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Desember 1936 No. 19 (Stb No. 660).
Menurut catatan yang ada, asisten apoteker Warga Negara Belanda lulusan
Indonesia yang pertama adalah pada tahun 1906 yang diuji di Surabaya. Pada masa penjajahan Hindia Belanda sampai perang kemerdekaan jumlah
Warga Negara Indonesia asli tercatat sebagai lulusan pertama pada tahun pabrik farmasi maupun apotek sangat sedikit sekali.
1908 yang diuji di Surabaya dan lulusan kedua terjadi pada tahun 1919
yang diuji di Semarang.
Pabrik farmasi yang tercatat pada periode itu antara lain ialah Pabrik Kina
dan Instituut Pasteur yang memproduksi sera dan vaksin, keduanya di
Dari buku Verzameling Voorschriften tahun 1936 yang dikelurkan oleh DVG Bandung serta Pabrik Obat Manggarai di Jakarta. Sedangkan apotek pada
dapat diketahui bahwa Sekolah Asisten Apoteker didirikan dengan Surat umumnya hanya terdapat di Jawa dan beberapa kota besar di Sumatera.
Keputusan Pemerintah tanggal 7 Oktober 1918 nomor 38, yang kemudian Pada tahun 1937 jumlah apotek di seluruh Indonesia tercatat 76 apotek.
diubah dengan surat keputusan tanggal 28 Januari 1923 nomor 15 (Stb.

12
Fungsi apotek pada periode itu disamping melakukan peracikan dan Pada masa perang kemerdekaan ini terutama menjelang penyerahan
penyerahan obat melakukan pula produksi dan distribusi obat. kedaulatan ada beberapa peraturan perundang-undangan kefarmasian
yang penting antara lain ialah:
Pada sekitar perang Dunia Ke II terutama ketika invasi Jepang sudah
mendekati Indonesia, tenaga-tenaga apoteker banyak yang melarikan diri Reglement DVG Stb No. 228 (merupakan perubahan Reglement
ke Australia sehingga mengakibatkan banyak apotek kehilangan pimpinan. DVG Stb 1882 No. 97).
Ordonansi Bahan Bahan Berbahaya tanggal 9 Desember 1949
Adanya kenyataan ini maka pada tahun 1944 Gubernur Jenderal Hindia No. 377.
Belanda mengeluarkan suatu peraturan yang memberikan hak kepada
seorang dokter untuk memimpin sebuah apotek yang ditinggalkan Undang Undang Obat Keras tanggal 22 Desember 1949 (Stb No.
apotekernya, disamping peraturan apotek - dokter yang telah ada yang 419).
memperbolehkan seorang dokter untuk membuka apotek - dokter di
daerah yang belum mempunyai apotek.

Pada zaman pendudukan Jepang mulaii dirintis pendidikan tinggi farmasi


2. Periode setelah perang kemerdekaan sampai dengan tahun 1958.
di Indonesia dan dapat diresmikan pada tanggal 1 April 1943 dengan nama
Yakugaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada tahun 1944
Yakugaku diubah menjadi Yaku Daigaku. Setelah Jepang kalah perang Pada periode ini jumlah tenaga farmasi terutama tenaga asisten apoteker
dengan sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan Negara Republik mulaii bertambah dalam jumlah relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di
Indonesia, pendidikan tinggi farmasi ini bubar dan segenap mahasiswanya Jakarta dibuka SAA Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka waktu
berjuang untuk menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan negara yang pendidikan selama 2 tahun. Lulusan angkatan pertama dari SAA ini tercatat
baru diproklamasikannya. Sementara itu pada tahun 1944, pemerintah sekitar 30 orang. Sementara itu jumlah apoteker juga mengalami
pendudukan Jepang melakukan pendidikan asisten apoteker dengan masa peningkatan baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun
pendidikan selama 8 bulan dan siswa berasal dari lulusan SMP. Sampai lulusan dari dalam negeri. Pada tanggal 5 September 1953 Bagian Farmasi
waktu pemerintahan Jepang jatuh telah dihasilkan dua angkatan dengan Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi UGM untuk pertama
jumlah yang sangat sedikit. kali menghasilkan 2 orang apoteker. Sekitar satu setengah tahun kemudian
Bagian Farmasi Institut Teknologi Bandung menghasilkan apoteker
pertama yakni pada tanggal 2 April 1955.
Disekitar perang kemerdekaan yakni pada tanggal 27 September 1946
dibuka Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten yang kemudian menjadi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang ada dewasa ini. Satu tahun Dikarenakan kekurangan tenaga Apoteker, pada tahun Pmerintah
kemudian yakni pada tanggal 1 Agustus 1947 di Bandung diresmikan mengeluarkan Undang Undang nomor 3 tentang Pembukaan Apotek.
jurusan Farmasi dari Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Sebelum dikeluarkannya Undang Undang nomor 3 tersebut untuk
Indonesia yang kemudian menjadi Departemen Farmasi ITB sekarang ini. membuka apotek boleh dilakukan dimana saja dan tidak diperlukan izin
Kedua Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa dari Pemerintah. Dengan adanya Undang Undang nomor 3 maka
perang kemerdekaan ini dalam perkembangan kefarmasian di Indonesia Pemerintah dapat menutup kota kota tertentu untuk mendirikan apotek
selanjutnya mempunyai peranan yang penting. baru karena jumlahnya sudah dianggap cukup memadai. Izin pembukaan
apotek hanya diberikan untuk daerah-daerah yang belum ada atau belum
memadai jumlah apoteknya. Undang Undang nomor 3 tersebut kemudian
diikuti keluarnya Undang Undang nomor 4 tahun 1953 tentang Apotek

13
Darurat yang membenarkan seorang asisten apoteker untuk memimpin impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan
sebuah apotek. baik maka banyak terjadi kasus kasus bahan baku maupun obat jadi yang
tidak memenuhi persyartan standar.
Undang Undang tentang Apotek Darurat ini sebenarnya harus berakhir
pada tahun 1958 karena ada klausul yang termaktub dalam Undang Di sekitar tahun 1960-1965 beberapa peraturan perundang undangan yang
Undang tersebut yang menyebutkan bahwa Undang Undang tersebut tidak penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh
berlaku lagi 5 tahun setelah apoteker pertama dihasilkan oleh Perguruan Pemerintah antara lain ialah :
Tinggi Farmasi di Indonesia. Tetapi karena lulusan apoteker ternyata sangat
sedikit, Undang Undang Apotek Darurat tersebut diperpanjang sampai 1. Undang Undang nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok Pokok
tahun 1963 dan perpanjangan tersebut berdasarkan surat keputusan Kesehatan.
Menteri Kesehatan tanggal 29 Oktober 1983 nomor 770/Ph/63/b. 2. Undang Undang nomor 10 tahun 1961 tentang Barang.
3. Undang Undang nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
Pada periode ini, terutama sekitar tahun 1955 tercatat beberapa sejarah 4. Undang Undang nomor 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.
kefarmasian yang cukup penting yakni lahirnya Ikatan Apoteker Indonesia 5. Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.
sebagai hail Muktamar ke I yang diselenggarkan pada tanggal 17-18 Juni
1955 di Jakarta. Pada tahun itu pula tepatnya pada tanggal 19-23 Desember Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah
1955 di Kaliurang Yogyakarta diselenggarakan Konferensi Antar kefarmasian di Indonesia yakni berakhirnya Apotek Dokter dan Apotek
Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia yang pertama dan melahirkan Darurat. Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 8 Juni 1962
MAFARSI. Perkembangan lain dalam dunia pendidikan farmasi ialah nomor 33148/Kab/176 antara lain ditetapkan :
berdirinya Jurusan Farmasi UNPAD pada tahun 1957.
a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek dokter.
Menurut data yang ada pada tahun 1955 jumlah apoteker tercatat 108 b. Semua izin Apotek Dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak
orang, asisten apoteker 1218 orang, apotek 131 dan Pabrik Obat sebanyak 7 tanggal 1 Januari 1963.
pabrik, Pada tahun 1958 jumlah tersebut bertambah menjadi : apoteker 132
orang, asisten apoteker 1613 orang, apotek 146 dan pabrik obat sebanyak 18
Sedangkan berakhirnya Apotek Darurat ditetapkan dengan Surat
pabrik.
Keputusan Menteri tgl 29 Oktober 1963 nomor 770/Ph/63/b yang isinya
antara lain:
3. Periode tahun 1958 sampai dengan 1967.
a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan Apotek
Pada periode ini meskipun upaya untuk memproduksi obat telah banyak Darurat.
dirintis, pada kenyataannya industi-industri farmasi menghadapai b. Semua izin Apotek Darurat di ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan
hambatan dan kesulitan yang cukup berat antara lain kekurangan devisa tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Februari 1964.
dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang
dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau
c. Semua izin Apotek Darurat di Ibukota Daerah Tingkat II dan kota
mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini
kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.
terutama antara tahun 1960-1965 karena kesulitan devisa dan keadaan
ekonomi yang suram, industri farmai di dalam negeri hanya dapat
berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang Undang Pokok Kesehatan
penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional (SK Menkes tanggal 11 Juli

14
1963 nomor 39521/Kab/199). farmasi dalam negeri dapat tumbuh dengan peningkatan produksi yang
Dengan demikian pada waktu itu ada dua instansi Pemerintah cukup besar sehingga ketergantungan akan impor dapat dikurangi.
dibidang kefarmasian yakni Direktorat Urusan Farmasi dan LFN.
Direktorat Urusan Farmasi (semula Inspektorat Farmasi) pada tahun
1967 mengalami pemekaran organisasi menjadi Direktorat Jenderal 5. Farmasi di era Reformasi (versi penulis)
Farmasi. Untuk mengetahui kondisi dunia farmasi di era REFORMASI, khususnya
perkembangan di sektor Industri Farmasi, mahasiswa dapat membacanya lebih
Pada periode 1958-1967 tenaga farmasi baik apoteker maupun asisten dalam dalam buku: Format Industri Farmasi Indonesia yang ditulis oleh Amir
apoteker semakin meningkat jumlahnya. Pada periode ini telah Hamzah Pane.
didirikan lagi 5 jurusan / Fakultas Farmasi Negeri dan bebearpa
Fakultas Farmasi Swasta. Pada tahun 1966 setelah pecah Sumber Pustaka:
pemberontakan G.30.S PKI jumlah apoteker diseluruh Indonesia
tercatat 1011 orang, AA sebanyak 5180 orang, apotek 585 dan Industri
1. Amir Hamzah Pane, Format Industri Farmasi
Farmasi 109 pabrik.
Indonesia, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, 2000
2. DR, Midian Sirait, diambil dari Pengantar
4. Periode Orde Baru.
Buku Gema Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang
Pada masa pemerintahan Orde Baru ini Stabilitas politik, ekonomi dan
apotek, Dirjen POM
keamanan yang telah semakin mantap sehingga pembangunan di segala
bidang telah dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan terencana. 3. Kutipan tulisan Prof. Dzulkifli Abdul Razak,
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral pembangunan Nasional, Perkembangan Farmasi di Eropah dan Barat, Pusat Racun
secara bertahap telah dapat ditingkatkan sejak Repelita I hingga Repelita III
ini dengan hasil hasil yang cukup menggembirakan.
Negara, USM, Malaysia

Keberhasilan pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan pada sisi 4. Kutipan tulisan Prof. Dzulkifli Abdul Razak,
lain mempunyai dampak positif terhadap perkembangan kefarmasian di PerkembanganSejarah Awal Farmasi Pengaruh Arab dan
Indonesia. Industri farmasi secara bertahap sejak Repelita I sampai dewasa ini Islam, Pusat Racun Negara, USM, Malaysia
telah dapat tumbuh dan berkembang secara mantap dengan jaringan distibusi
yang cukup luas. Pada periode Orde Baru pula, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan dibidang kefarmasian telah dapat ditata dan dilaksanakan
dengan lebih baik.

Sampai tahun pertama Repelita I, sebagian besar (80%) kebutuhan obat


nasional kita masih sangat tergantung pada impor. Keadaan ini jelas tidak
menguntungkan dan mempunyai dampak negatif terhadaap upaya
peningkatan derajat kesehatan rakyat. Oleh karena itu kebijaksanaan obat
pada pelita I dititikberatkan pada produksi obat jadi dalam negeri dengan
membuka kesempatan investasi, baik modal dalam negeri maupun modal
asing. Dengan adanya kebijaksanaan ini maka pada akhir Repelita I industri

15

Anda mungkin juga menyukai