Anda di halaman 1dari 2

Apotek Pertama

Kata farmasi berasal dari kata Pharmacon yang merupakan bahasa Yunani yang berarti racun
atau obat. Farmasi merupakan profesi kesehatan yang meliputi kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat serta distribusi obat (Ihsan, 2019).
Tugas utama dalam kajian dunia farmasi adalah bertanggung jawab dalam memastikan efektivitas dan
keamanan penggunaan obat. Namun di era globalisasi ini, banyak orang yang menganggap bahwa
kemajuan ilmu farmasi berasal dari Barat atau Eropa. Padahal kemajuan yang dicapai oleh Barat tidak
bisa dilepaskan dari peranan zaman sebelumnya yaitu kejayaan peradaban Islam dalam berbagai bidang
termasuk dalam bidang farmasi (Nur, 2018).

Apotek pertama yang ada Ilustrasi apotek


di dunia pertama
berdiri di Baghdad.
di kota Baghdad(Sumber: pharmacist.com)
pada tahun 754 M, dimana pada waktu itu
Baghdad menjadi pusat pemerintahan dinasti Abbasiyah sekaligus pusat peradaban dunia. Hal ini
menepis anggapan bahwa apotek dan ilmu farmasi berasal dari Barat, tetapi kenyataannya apotek di
barat baru ada sekitar tahun 1400 M atau akhir abad ke-14 M. Berbagai ilmuwan yang turut berperan
dalam mendirikan apotek pertama antara lain Jabin ibn Hayyan, Ali bin Sahl Rabban al-Tabari, Yakoob
ibn Ishaq Al-Kindi, Muhammad ibn Zakaria al-Razi, dan Muhammad ibn Ahmad al-Maqdasi. Apotek-
apotek pertama tersebut diperiksa dan diawasi oleh para Mohtasibs (inspektur) yang bertanggung
jawab untuk memeriksa sterilitas wadah, persiapan obat-obatan terlarang, dan pengeluaran obat ke
masyarakat. Selain itu, para apoteker dan dokter harus lulus pemeriksaan terlebih dahulu untuk
mendapatkan lisensi dari semacam departemen perizinan sebelum melayani obat-obatan kepada
masyarakat. Apotek Islam pada saat itu sudah memperkenalkan lebih dari 2000 zat baru termasuk adas
manis, kayu manis, cengkeh, senna, kamper, kayu cendana, musk, mur, cassia, asam jawa, pala,
ambergris, dan merkuri. Selain itu, apoteker Muslim saat itu telah mengenal komposisi, dosis, kegunaan,
dan efek terapeutik dari obat (Agung, 2017).
Dengan majunya bidang farmasi pada masa kejayaan Islam, toko obat-obatan atau apotek mulai
menjamur seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Toko obat tidak hanya menjamur di kota
Baghdad yang menjadi kota metropolis dunia, tetapi juga di kota-kota Islam lainnya. Bahkan para ahli
farmasi pada waktu itu sudah mempunyai apotek sendiri-sendiri. Mereka memanfaatkan keahliannya
untuk meracik berbagai obat-obatan dan kemudian menyimpannya di toko obat miliknya.

Masa perkembangan farmasi pada kejayaan Islam ini melahirkan tokoh-tokoh muslim yang berperan
penting dalam ilmu kedokteran dan farmasi. Hal ini tergambar dalam kitab-kitab yang dihasilkan oleh
para ilmuwan muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan yang mengarang kitab yang berjudul al-Khama’ir
(Fermentasi), al-Khawash al-Kabir (buku besar tentang sifat kimiawi).

Banyak tokoh-tokoh besar Islam, yang mempunyai andil besar dalam kemajuan bidang farmasi.
Diantaranya adalah Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi yang mengembangkan obat-obatan, Abu al-Qosim
al-Zahrawi yang merintis tentang distiliasi dan sublimasi, al-Biruni yang menulis buku tentang
farmakhologi yang bernama al-Saydalah (kitab tentang obat-obatan) dan berbagai ilmuwan muslim
lainnya yang menekuni bidang farmasi.

Islam dan peradabannya mendominasi bidang farmasi sampai abad ke-17 M. setelah era kejayaan Islam
memudar, ilmu meracik dan membuat obat-obatan di kuasai oleh dunia Barat yang telah bangkit dari
masa kegelapannya. Kebangkitan barat berhasil menguasai berbagai bidang diantaranya adalah farmasi,
mereka menerjemahkan kitab-kitab berbahasa arab karya para ilmuwan muslim, ke dalam bahasa-
bahasa yang ada di Eropa (Nur, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Ihsan, 2019, Sejarah Farmasi, https://afi.ac.id/info/1246, (diakses pada 29 Agustus 2019)

Hasan, Nur, 2018, Apotek dan Sejarah Farmasi dalam Peradaban Islam, https://islami.co/apotek-dan-
sejarah-farmasi-dalam-peradaban-islam/ , (diakses pada 29 Agustus 2019)

Agung, 2017, Apotek Pertama di Baghdad, https://tirto.id/hikayat-apotek-dari-bagdad-cqEk


(diakses pada 29 Agustus 2019)

Anda mungkin juga menyukai