Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Farmasi

1. Sejarah Farmasi Dunia

Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal
adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang
“Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula
maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M,
Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam
dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa
akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.

Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri obat, sehingga
terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat (=apotek).
Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek.
Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.

Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar mampu
menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum
pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang
keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya. Ilmu farmasi awalnya
berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia
kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara
turun-temurun dari keluarganya. Bila kamu sering nonton film Cina, pasti banyak kalian lihat para tabib
yang mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran “ilmu farmasi” kuno di
Cina. Kalau di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai tabib adalah pendeta. Dalam legenda kuno
Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan menugaskan Hygieia untuk meracik campuran obat yang ia buat.
Nah, oleh masyarakat Yunani dia disebut sebgai apoteker (Inggris : apothecary). Sedangkan di Mesir,
paktek farmasi dibagi dalam dua pekerjaan, yaitu : Yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja di
kuil menyiapkan racikan obat. Buku tentang bahan obat2an pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM,
kemudian sekitar tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani. Salah seorang muridnya adalah
Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran etik yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan
berkembang. Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para ilmuawan Arab
menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai dibedakan peran antara seorang herbalist
dengan kedokteran terjadi pada tahun 1240 ketika Kaisar Frederick II dari Roma melakukan pemisahan
tersebut. Maklumat yang dikeluarkan tentang pemisahan tersebut menyebutkan bahwa masing2 ahli
ilmu mempunyai keinsyafan, standar etik, pengetahuan, dan keterampilan sendiri-sendiri yang berbeda
dengan ilmu lainnya. Dengan keluarnya maklumat kaisar ini, maka mulailah sejarah baru perkembangan
ilmu farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai Inggris, Amerika
Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat
pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science).
Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas2
di universitas.

Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini
banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi
profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The Pharmaceutical Society of Great
Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan nama “American
Pharmaceutical Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan
nama “Federation International Pharmaceutical”.

Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara menambahkan dua
atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit
kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya
perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca
Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara
massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.

Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus berkembang dengan didukung oleh
berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini
hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan ilmu, kalau bolehh kita sebut, memang Amerika
Serikat dan Jerman (karena di sanalah industri obat pertama berdiri).

Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan bidang tersendiri
melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan
kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi
melainkan Sarjana Sain.

Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang menyangkut semua
aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.

Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa:

1. Pharmatcis lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional.
Membanu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat
pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep
dokter.

2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat yang
memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat,
yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.

3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah,
penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa
Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi
obat.

Melihat hal-hal di atas, maka nampak adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi. Dimana
sebenarnya letak farmasi ? di jajaran teknologi, Ilmu murni, Ilmu kedokteran atau berdiri sendiri ?
kebingungan dalam hal posisi farmasi akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi,
kurikulum semacam apa yang harus disajikan ; para mahasiswa bingung menyerap materi yang semakin
hari semakin “segunung” ; dan yang terbingung adalah lulusannya (yang masih “baru”), yang merasa
tidak “menguasai “ apapun.

Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan
farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri
secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward
Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).

Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain memerlukan informasi
obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para
dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan
para dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan dikatakan
bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif dari industri farmasi justru lebih
merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.

Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang membawa para praktisi
maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.

Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu sebagai mitra
dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber
informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau
dimanapun apoteker berada.

Sejarah Farmasi di Indonesia

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk standar
kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan)
bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana
Teknik Farmasi. Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan
bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut
Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sain.

Bagaimana dengan perkembangan farmasi di Indonesia? Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai
ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar
tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-perusahaan
lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Dankos, dan lainnya. Di dunia pendidikan
sendiri, sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga dibuka di berbagai kota.

IV. Perkembangan Ilmu Farmasi /Farmasetika

Umum

Definisi Profesi Farmasi

Profesi farmasi nerupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu dalam hal penyediaan dan
pengolahan bahan sumber alam serta bahan sintetis yang cocok dan menyenangkan untuk
didistribusikan serta digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.

Definisi farmasi

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi,
mengobinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta
pendistribusian dan penggunaannya secara aman.Farmasi dalam bahasa Yunani(Greek) disebut
farmakon yang berarti medika atau obat.

Definisi Apoteker

Apoteker adalah seorang yang ahli dalam bidang farmasi seperti yang disebutpada definisi diatas.

Karir Farmasi

Karir farmasi meliputi

Farmasi komunitas;

Farmasi rumah sakit;

Pedagang besar farmasi;

Farmasi industri;

Pelayanan farmasi;

Pendidikan farmasi;

Farnasi menejemen.

V. Kurikulum Pendidikan farmasi

Kurikulum pendidikan farmasi didasari oleh ilmu-ilmu

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari sejarah; khaiat obat di segala segi termasuk sumber, sifat
kimia, sifat fisik, kgiatan fisiologi/efeknya terhadap fungsi biokimia dan faal, cara keja, absorpsi,
nasib(distribus, biotransformasi), ekskresinya dalam tubuh, serta efek toksitnya; dan penggunaannya
dalam pengobatan. Cabang-cabang farmakologi, yaitu

a) Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber bahan obat dari alam, terutama
dari tumbuh-tumbuhan (bentuk makroskopis dan mikroskopis berbagai tumbuhan serta organime
lainnya yang dapat digunakan dalam pengobatan).

b) Farmakodinamik adalah ilmi yang mempelajari kegiatan obat/cara kerja obat, efek obat terhadap
fungsi berbagai organ serta pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan struktur organ

c) Farmakokinetk adalah ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi),


dan ekskresi obat

d) Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat dalam pengobatan
penyakit.

e) Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang zat-zat racun dengan khasiatnya serta cara-cara
untuk mengenal/mengidentifikasi dan melawan efeknya.

Kimia farmasi (organik dan anorganik) adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kuantitatif dan
kaulitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik (alifatik, aromatik, alisiklik, heterosiklik)
mau pun anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai obat.

Farmasi/farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat.Meliputi


pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan-bahan obat-obatan; seni peracikan
obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat;
serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang
dapat digunakan dan di berikan kepada pasien.

Teknologi farmasi merupakan ilmu yang membahas tentang teknik dan prosedur pembuatan sediaan
farmasi dalam skala industri termasuk prinsip kerja serata perawatan/pemeliharaan alat-alat produksi
dan penunjangnya sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Dispensa farmasi adalah ilmu dan seni meracik obat mnjadi entuk sediaan tertentu hingga siap
digunakan sebagai obat.

Fisika farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa organik
dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisiknya, misalnya spoktrometri massa, spektrometri, dan
kromatografi.Jenis-jenis spektrofotometri yang tercantum dalam Farmakope Indonesia yaitu
spektrofotometri inframerah,spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak, spektrofotometri atom,
spektrofotometri fluoresensi, dll

Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi terhadap aktivitas terapi dan produk
obat.
Farmasi klinik meliputi kegiatan memonitor peggunaan oba, memonitori efek samping obat , dan
kgiatan konseling/informasi obat bagi yang membutuhkan.

Biologi farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar kehidupn organisme; peranan biologi
dalam bidang kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh kehidupan
manusia; sera morfologi, anatomi, dan taksonomi tumbuhan dan hewan

Administrasi farmasi, menejemen farmasi, dan permasalahan adalah ilmu yang mempelajari tentang
administrasi, menejemen dan permasalahan yang brhubungan dengan kewirausahaan farmasi beserta
aspek-aspeknya.

PENUTUP

Kritik dan Saran

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu sangat diharapkan
kritik maupun saran dari pembaca, untuk peyempurnaan pada makalah-makalah berikutnya.

VII. Sumber Pustaka

1. Ansel, H. C., 1985, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, Ed 4, Lea & Febiger, Philadelphia
USA.

2. Herfindal, E. T., 1992, Clinical Pharmacy and Therapeutics, Ed 5, Williams & Wikins, Philadelphia USA.

3. Gennaro, A. R., 1995, Rhemington’s Pharmaceutical Sciences, Ed 19, Mack Publishing Comp, Easton
Pensylvania, USA

4. of Non Prescription Drugs, Ed Feldman, E. G., 1990, Handbook 9, APHA, USA

5. Wade, A., 1980, Pharmaceutical Handbook, Ed 19, The Pharmaceutical Society of Great Britain, The
Pharmaceutical Press, London.

6. Buku farmasetika dasar dan hitungan farmasi (Drs.H.Syamuni, Apt.)


Sejarah Farmasi di Indonesia

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk standar
kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan)
bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana
Teknik Farmasi. Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan
bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut
Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sain.

Bagaimana dengan perkembangan farmasi di Indonesia? Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai
ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar
tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-perusahaan
lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Dankos, dan lainnya. Di dunia pendidikan
sendiri, sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga dibuka di berbagai kota.

Tonggak sejarah munculnya profesi apoteker di Indonesia dimulai dengan didirikannya Perguruan Tinggi
Farmasi di Klaten pada tahun 1946, yang kemudian menjadi Fakultas Farmasi UGM, dan di bandung
tahun 1947.

Demikian beberapa ulasan sejarah farmasi Dunia barat yang semuanya berawal dari Hipocrates yang
dikenal sebagai bapak kedokteran, jika dilihat secara mendalam maka ilmu kefarmasian dan ilmu
kedokteran memiliki sumber yang sama sehingga diharapkan keilmuan ini dapat bekerja sama untuk
mencapai efek terapi yang maksimal bagi pasien.
Apakah sahabat mengetahui bagaimana awal mulanya kefarmasian di Indonesia? Hal ini berpacu pada
jaman dahulu kala. Farmasi ini berasal dari kata Pharma. Farmasi merupakan istilah yang dipakai pada
tahun 1400-1600an. Dalam bahasa inggris Farmasi adalah pharmacy, sedangkan dalam bahasa yunani
adalah pharmacon, yang artinya obat. Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu professional
kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu fisika, dan ilmu kimia. Yang mempunyai
tanggung jawab untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan penggunaan obat. Menurut kamus,
farmasi adalah seni dan ilmu meracik dan menyerahkan atau membagikan obat. Sedangkan farmasis
adalah seseorang yang meracik dan menyerahkan atau membagikan obat. Menurut kamus lainnya
farmasi adalah seni atau praktek penyiapan, pengawetan, peracikan dan penyerahan obat ( Webster’s
New Collegiate Dictionary. SpringField, MA, G. & C. Merriam Co, 1987 ).

Menurut Smith dan Knapp, seorang farmasis adalah seseoarang yang telah lulus dari perguruan tinggi
farmasi. Untuk melakukan praktek farmasi, seorang lulusan harus memperoleh izin/lisensi dari suatu
dewan atau badan negara bagian. Agar supaya mendapat izin/lisensi, lulusan suatu pergurun tinggi
farmasi di seluruh negara bagian atau daerah disyaratkan untuk menyelesaikan persyaratan pengalaman
praktek dan untuk lulus ujian yang diselenggarakan oleh badan farmasi negara.

Berbagai konsep dasar dan teori dalam ilmu fisiologi, patologi, farmakologi, farmakognosi, fitokimia,
kimia analisis, kimia sintesis, kimia medisinal, farmasetika/formulasi obat dapat ditemukan pada tiap
jaman dalam sejarah perkembangan kefarmasian. Mitologi, konsep dan praktek pengobatan,
praktisi/profesi pengobatan, bentuk sediaan obat serta bahan obat di berbagai jaman atau di suatu
kebudayaan tertentu ternyata tidak hanya mendasari dan mempengaruhi perkembangan ilmu
kefarmasian dan ilmu kedokteran saat ini, namun mendasari dan mempengaruhi perkembangan ilmu
pengobatan tradisional di suatu suku bangsa tertentu, bahkan beberapa konsep dasar masih dipakai
dalam sistem pengobatan tersebut.

Ruang lingkup farmasi sangatlah luas termasuk penelitian, pembuatan, peracikan, penyediaan sediaan
obat, pengujian, serta pelayanan informasi obat. Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif
masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman
penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang,
kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh
masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada
umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Awal mulanya muncul kefarmasian, berbagai aspek dan perkembangan ilmu kefarmasian didasarkan
urutan sejarah farmasi yang seharusnya dimulai dari zaman pra sejarah, zaman Babylonia-Assyria,
zaman Mesir kuno, zaman Yunani kuno dan zaman abad pertengahan. Namun kali ini hanya membahas
bagaimana sejarahnya farmasi yang berkembang di Indonesia. Mula – mula dari periode zaman
penjajahan sampai perang kemerdekaan, kemudian setelah perang kemerdekaan sampai tahun 1958
serta pada periode tahun 1958 – 1967.

Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan

Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker
semasa pemerintahan Hindia Belanda.

Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958

Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang
relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang
pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah
asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami
peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.

Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967

Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-
industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa
dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah
industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada
periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang
suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya.
Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor.
Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku
maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa
peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh
pemerintah antara lain :
Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok – pokok Kesehatan

Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang

Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula ada hal penting yang
patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek
darurat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain
ditetapkan :

Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan

Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.

Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain :

Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,

Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1
Februari 1964, dan

Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku
lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah
dibentuk Lembaga Farmasi Nasional.

(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).

Anda mungkin juga menyukai