Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam, ilmu kesehatan mengalami masa kejayaan pada
masa Bani Abbasiyah. Perkembangan keilmuan pada masa ini melahirkan tokoh-tokoh
kedokteran muslim yang memberikan pengaruh besar pada zaman sekarang, seperti Al-
Razi, al-Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu Rushd, dan lain-lain. Eksistensi ilmu farmasi tidak
terlepas dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pada setiap fase
perkembangan ilmu farmasi muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik setiap
masanya.
Perkembangan teknologi farmasi mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Berbagai jenis sediaan obat dan pengobatan dikembangkan. Metode dan teknik
pembuatan obat serta bentuk penghantaran obat diformulasi dan dimodifikasi
sedemikian rupa untuk menghasilkan obat-obat yang memiliki stabilitas yang baik,
mudah digunakan, dapat diterima oleh seluruh konsumen, mudah dalam penyimpanan,
serta memiliki tingkat keberhasilan terapi yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1. Siapakah tokoh muslim yang berjasa dalam dunia farmasi?
2. Bagaimana sejarah penemuan (drug discovery) obat Morfin?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan poin berikut:
1. Tokoh muslim yang berjasa dalam dunia farmasi
2. Sejarah penemuan (drug discovery) obat yaitu Morfin
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Tokoh Islam dalam Dunia Farmasi

Menurut Abu Al-Wafar Abdul Akhir, sejarah farmasi Islam terbagi

dalam empat fase, yakni fase pertama adalah hasil kerja keras pakar Kimia

muslim, sekaligus perintis Ilmu Farmasi Jabir bin Ibnu Hayyan (720 M-815

M). Fase kedua dikembangkan oleh Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857M), Al

Kindi (809-873M), Sabur Ibnu Sahl (Wafat 869 M), Abu Hasan Ali bin Shal

Rabani At-Tabari (838-870 M), dan Zakariya Ar-Razi (864-930M). Fase

ketiga, ilmu kedokteran dan farmasi melalui tangan Al-Zahrawi (936-1013),

Ibnu Sina (980-1037 M), Abu Raihan Muhammad Al-Biruni (973-1050 M),

Ibnu Aldan Abu Ja’far Al-Ghafiqi (Wafat 1165 M). Fase keempat memperluas

studi mereka dan mendapatkan hasil akhir berupa obat-obatan. Empat dari

mereka adalah Ibnu Zuhr (1091-1131 M), Ibnu Thufayl (1112-1186 M), Ibnu

Rusyd (1128-1198 M), dan Ibnu Al-Baythar (1197-1248 M). Yang akan

dibahas lebih lanjut adalah Zakariya Ar-Razi.

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi.

Dilahirkan di Iran pada 854 dan wafat pada tahun 923 M. Dia seorang dokter,

filsuf, dan ahli kimia setelah dasar-dasarnya dirumuskan oleh Jabir bin Ibnu

Hayyan. Ia menguasai kedokteran Arab, Yunani, dan India. Selain itu ia

sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga memiliki keterampilan

khusus dibanding dokter dan ilmuan lainnya.


Adapun karya-karyanya di bidang farmasi antara lain:

a. Kitab Al-Hawi; yakni berupa buku ensiklopedia kedokteran yang meliputi

semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, dan India. Apa yang

dituliskan dalam buku ini adalah hasil rangkuman ilmu kedokteran yang telah

dibaca, dicatat, hingga diuji melalui eksperimen. Ar-Razi dianggap

menyempurnakan klasifikasi karya Ibnu Hayyan dan membedakan antara zat

yang ada secara alami dan diciptakan lewat riset karena ia yang menekankan

pentingnya pembuktian dengan melakukan eksperimen dengan cara

memperbaiki proses penyulingan, penguapan, dan penyaringan yang masih

mentah. Ia meramu bahan kimia secara teliti dan hati-hati, kemudian diracik

untuk membuat obat-obatan. Ilmuan ini pun memperkenalkan penggunaan

bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan.

b. Kitab Al-Asrar (Rahasia-rahasia), yakni buku yang berisi tentang obat-

obatan secara medis dan cara pencampurannya. Dalam kitab ini turut

digambarkan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan, yang

digunakan sampai abad ke-19.

c. Kitab Al-Kimya menjadi salah satu acuan penting dalam ilmu kimia.

Karena kehebatannya, ia hanya dapat ditandingi oleh Ibnu Sina. Ar-Razi

merupakan ilmuwan pertama yang berhasil mengklasifikasikan berbagai zat

kimia menjadi 3 hal yaitu mineral, hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Pengelompokan ini didasari oleh pendapat bahwa hewan dan tumbuhan juga

tersusun dari unsur kimia. Konsepsi Ar-Razi golongan logam dibagi menjadi

jiwa, tubuh, batu, vitriol, borax, dan garam. Begitupun dengan pembagian

terhadap benda yang mudah menguap (volatil) dan yang sulit menguap (non-
volatil). Ar-Razi merupakan seorang yang terampil melakukan proses kimia

seperti distilasi, kristalisasi, iltrasi, sublimasi, kalsinasi, sintesis, dan analisis

lainnya.

2. Sejarah Penemuan Obat Morfin

Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan

agen aktif utama yang ditemukan pada tumbuhan Papaver somniverum /

Opium. Morfin diketahui telah digunakan dari tahun 2000 SM oleh bangsa

Sumeria di Iran dengan nama ‘Hul Gill’ atau Happy Medicine. Pada saat itu,

serbuk sari dari bunga Papaver somniverum digunakan sebagai sedatif/obat

tidur dan pereda rasa nyeri dengan cara dihirup. Kemudian pada tahun 1620,

Thomas Sydenham (1624-1689) membuat ‘Sydenham’s Laudanum’, yaitu

sebuah metode penggunaan Opium dengan cara dicampur bersama

Anggur/Wine atau herba. Di tahun yang sama, pihak Belanda mengumumkan

bahwa Opium dapat pula dimanfaatkan dengan cara dimasukkan kedalam

Cangklong atau Pipa Tembakau, sebelum akhirnya pada oleh Dr. Alexander

Wood (1817-1884) menemukan Injeksi Hipodermik.


Pada tahun 1803-1805, seorang ilmuwan bernama Friedrich Serturner

(1783-1841) mengisolasi serbuk bunga Opium yang menghasilkan sebuah

catatan kecil yang ia rilis pada tahun 1805, namun masyarakat umum masih

belum begitu memahami isinya sampai ia mengeluarkan catatan lebih

panjang dengan judul ‘Annalen der Physik’ pada tahun 1817. Isolasi ini

dianggap sebagai isolat pertama yang masuk dalam kategori bahan aktif dari

tanaman. Hal ini pun dilirik oleh Heinrich Emanuel Merck (1794-1855),

pemilik dari pabrik farmasi Merck, yang kemudian memproduksi massal dan

mengkomersilkan isolat Opium tersebut pada tahun 1827.

Gambar 1 Sediaan Morfin yang diproduksi oleh Merck

Karena efeknya yang sangat tinggi hingga membuat ketergantungan

pada penggunanya, yang kebanyakan merupakan tentara aktif pada masa

Perang Dunia II, seorang ilmuan bernama C.R Wright (1844-1894)

melakukan sintesis terhadap sediaan Morfin yang ada, dengan cara


dipanaskan. Dari hasil penelitiannya, ditemukanlah turunan Morfin dengan

efek yang lebih rendah yaitu Heroin.

Dengan semakin majunya ilmu dan teknologi, sediaan dan turunan

Morfin pun semakin banyak dibuat setelahnya. Hingga saat ini sudah tak

terhitung berapa banyak senyawa turunan morfin.

Gambar 2 Turunan-turunan Morfin


Gambar 3 Sediaan Morfin saat ini

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sejarah penemu dari Tokoh Muslim tidak dapat dilepaskan dari masa

sekarang. Contohnya Ar-Razi yang menemukan beberapa kitab yang menjadi

acuan dalam perkembangan ilmu Kimia Farmasi hingga sekarang, salah satunya

adalah Kitab Al-Kimya.

Morfin dalam masa awal penemuannya banyak disalahgunakan karena

kurangnya ilmu. Setelah beberapa ilmuwan mencoba mendalami dan memahami

fungsi Morfin, seperti Friedrich Serturner yang mengisolasi serbuk sari Opium,

kemudian oleh C.R Wright disintesis agar dapat mengurang efek Morfin yang

begitu kuat hingga mampu menghasilkan beberapa turunan Morfin yang kita

kenal dan pelajari hingga sekarang.


2. Saran

Agar kedepannya lebih banyak pendalaman ilmu dan materi yang berkaitan

dengan tokoh Muslim dan penemuan obat baik yang berasal dari alam maupun

yang semi-sintetis.

DAFTAR PUSTAKA

Courtwright, David T. 2009. Forces of Habit: Drugs & The Making of the Modern World.
Harvard University Press.

5 Desember 2019. “Perjalanan Narkoba di Dunia dan Indonesia”.


https://blitarkab.bnn.go.id/perjalanan-narkoba-di-dunia-dan-indonesia , diakses
tanggal 11 Mei 2022.

Sudewi, Sri. 2017. Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-tokohnya. Jurnal
Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 2(1):57-71.

Anda mungkin juga menyukai