Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP MANAJEMEN

SINDROM ASHERMAN

Jonathan Kevin Djuanda


Dokter Umum RS Premier, Surabaya, Indonesia
ABTRAK
Tindakan Dilatation-&-Curettage (D&C) dalam obsgin sering dilakukan dan relatif
aman, dilakukan setelah abortus inkomplit.
D&C yang agresif menyebabkan scarring ekstensif di rongga uterus sindrom
Asherman.
Sindrom Asherman menyebabkan infertilitas sekunder, membutuhkan
pemeriksaan dan penanganan tidak mudah.

PENDAHULUAN
Sindrom Asherman : suatu keadaan di dalam rongga uterus terdapat perlekatan-
perlekatan (adhesi) yang menyebabkan distorsi anatomis ruang uterus, akibat
adanya luka (jar. parut) di rongga uterus (endometrium).
Gejala klasik : gangguan menstruasi (amenorrhea atau oligomenorrhea) dan
infertilitas.
Menyulitkan terjadinya fertilitas dan implantasi embrio, sering keguguran (karena
embrio tidak berkembang akibat terhimpit perlekatan tersebut).
Kelainan yang jarang terjadi.
Perlu dibedakan dengan intrauterine adhesions (perlekatan di dalam uterus yang
disebabkan oleh kehamilan).
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Penyebab utama : kerusakan endometrium pembentukan jar. parut (fibrosis),
stroma sebagian besar digantikan oleh epitel cubocolumnar yang tidak aktif, tidak
dapat distimulasi hormon, banyak kalsifikasi dan osifikasi.
Paling sering karena proses kuretase.
Schenker, et al : 1856 pasien dengan perlekatan intrauterin, 67% pernah dikuret.
Penyebab lain : TB genital (banyak di negara berkembang).
Friedler, et al 1993 : resiko sebesar 16% setelah prosedur D&C pertama kali,
meningkat menjadi 32% setelah dilakukan D&C sebanyak 3 x atau lebih.
Jika terjadi kehamilan, sering ditemui placenta accreta.

GEJALA KLINIS
Paling sering gangguan menstruasi, dari 2981 pasien : 1102 (37%) amenorrhea,
924 (31%) oligomenorrhea, 30 (1%) menorrhagia, 179 (5%) normal.
Nyeri area pelvis (karena obstruksi darah dan jaringan menstrual tidak bisa
keluar, terjadi backflow ke tuba fallopi hematosalpynx dan menstrual retrograd)
Gejala sekunder : infertilitas atau sub-fertilitas (karena obstruksi perjalanan
sperma ke dalam serviks dan rongga uterus, atau karena sulitnya migrasi embrio ke
rongga uterus untuk melakukan nidasi).
DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
Anamnesa dan pemeriksaan klinis : gangguan pola menstruasi, nyeri, keguguran
berulang dan infertilitas.
Pemeriksaan lain :

Histeroskopi
Rongga uterus dapat divisualisasi secara langsung, dinilai apakah ada perlekatan.

Histerosalfingografi (HSG)
Umumnya digunakan untuk menilai patensi tuba.
Adanya filling defects berupa ireguleritas kontur curiga sindrom asherman.

USG transvaginal (TVS)


Tidak mahal, non invasif, lebih banyak tersedia untuk menilai perlekatan intrauteri.
Klasifikasi Sindrom Asherman
1. Klasifikasi March et al, berdasarkan hasil histeroskopi.

2. Klasifikasi Valle dan Sciarra, berdasarkan tipe adhesi dan derajat oklusinya.
3. European Society for Hysteroscopy Classification (th 1984, diperbaharui th 1989),
mengkombinasikan hasil HSG dan histeroskopi serta gejala klinis.
MANAJEMEN
Butuh manajemen komprehensif yang melibatkan banyak strategi dengan akronim
PRACTICE (Prevention, Anticipation, Comprehensive therapy, Timely surveillance
of subsequent pregnancy, Investigation and Continuing Education).
Strategi tersebut disederhanakan menjadi beberapa prinsip dasar :

1. Penanganan Adhesi
Tindakan melepaskan adhesi (adhesiolysis) dengan :
a. Histerotomi : sudah jarang digunakan, tindakan histerotomi jika histeroskopi tidak
bisa dilakukan dan hanya boleh oleh seorang ahli.
b. Dilatation & curettage : sudah jarang dilakukan karena tidak efektif menghilangkan
seluruh perlekatan dan resiko perforasi tinggi.
c. Histeroskopi : modalitas utama, dapat diketahui luas perlekatannya sekaligus dapat
dibebaskan (dari bagian bawah ke arah fundus).
Metodenya : cold blade (menurunkan resiko perforasi), jarum Touhy (jarum
tajam), kauterisasi dengan gelombang listrik monopolar, YAG laser.
2. Pencegahan Adhesi Berulang
Angka kejadian adhesi 3,1% - 23,5%.
Pencegahan dengan :
a. IUD / AKDR : berperan dengan memisahkan dinding anterior dan posterior uterus,
menjadi pilihan karena efektivitas dan ketersediaannya, lebih dipilih lippes loop
karena copper T dikhawatirkan menyebabkan inflamasi karena bahan tembaganya
b. Foley catheter
c. Intrauterine balloon stenting
d. Asam hialuronat

3. Restorasi Endometrium ke Kondisi Normal


Prinsip utama : mengembalikan jaringan endometrium basal untuk mempercepat
kembalinya fungsi endometrium normal, mencegah adhesi kembali.
Myers et al, terapi estrogen saja
March et al, kombinasi 2 mg micronized oestradiol 2 x sehari selama 30 60 hari
dengan medroxyprogesterone acetate 10 mg setiap hari selama 5 hari terakhir
terapi estrogen.
Sedang dikembangkan penggunaan :
Stem cell : sel mesenkimal endometrium diperoleh dari proses biopsi atau
kuretase, diisolasi dadn dikembalikan ke dalam endometrium (autologus
transplant).
Bone marrow derived stem cell : menggunakan sumsum tulang sebagai alternatif.

4. Evaluasi Post Operatif


Untuk deteksi dini pembentukkan adhesi kembali, menggunakan histeroskopi (menilai
secara pasti), USG (sering digunakan), HSG.
Valle dan Sciarra mencatat : kasus severe angka rekurensi 50%, kasus moderate angka
rekurensi 21,6%
SIMPULAN
Sindrom Asherman suatu kondisi yang relatif jarang, memiliki peranan penting
dalam fertilitas wanita, juga mempengaruhi kelainan implantasi plasenta.
Gejalanya nyeri, perdarahan atau riwayat menstruasi tidak teratur, infertilitas,
keguguran berulang.
Diagnosis secara klinis dan pemeriksaan penunjang, gold standard : histeroskopi.
Histeroskopi juga sebagai modalitas untuk adhesiolysis.
Prinsip utama penanganan : adhesiolysis, pencegahan adhesi berulang dengan IUD
dikombinasikan terapi hormonal untuk merestorasi endometrium.
Saat ini belum ada panduan dan batasan yang jelas mengenai durasi, tipe IUD
serta perbandingannya dengan metode lain.

Anda mungkin juga menyukai