Anda di halaman 1dari 22

Kajian Aktual:

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DANA DESA


Studi Kasus:
Di Kab. Semarang, Kab. Kendal dan Kab. Demak

Disampaikan pada acara:


SOSIALISASI PERMENDAGRI NO. 81 TAHUN 2015
26 Februari 2016

Oleh: Subiyono

Mercure Convention Centre Ancol


Jl. Pantai Indah Ancol Jakarta Baycity, Jakarta Utara

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


ADMINISTRASI KEWILAYAHAN, PEMERINTAHAN DESA DAN KEPENDUDUKAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, mulai tahun
2015 pemerintah meluncurkan dana desa (DD) dari APBN
mencapai Rp 20,7 triliun.

Dana desa segera menjadi pendapatan dominan desa-desa


di seluruh Indonesia (74.093 desa) dan menjadi isu central,
aktual dan strategis secara nasional.

Bagaimana mengawal program strategis pemerintah tersebut


dan bagaimana pula mencegah serta memberantas dari
tindak pidana korupsi.

SKB Mendagri, Menkeu dan Mendes No.900/5356/SJ, No.


959/KMK.07/2015 dan No. 49 Th. 2015 tentang Percepatan
dan Penggunaan Dana Desa Th. 2015.
Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam pengelolaan dana desa;

Bagaimana implikasi yang ditimbulkan dan apa


faktor penyebab terjadinya permasalahan tersebut?

Bagaimana solusinya untuk efektivitas pengelolaan


dana desa?
Ruang lingkup difokuskan pada implementasi dalam pengelolaan dana
desa, yaitu pada penyaluran, penyerapan dan penggunaan dana desa;

Menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Secara purposive


sampling method, tiga (3) kab. di prov. Jateng dipilih, yaitu: kab.
Semarang, Kendal dan Demak. Dari tiga (3) kab. tersebut, di masing-
masing kab, dipilih satu kec, baru kemudian secara random dipilih tiga (3)
desa untuk menjadi lokus kajian;

Kajian ini dilaksanakan antara bulan Nopember s.d Desember 2015.


Menggunakan kuestionair terstruktur, wawancara dilakukan oleh Tim
Peneliti Puslitbang Administrasi Kewilayahan, Pemerintahan Desa dan
Kependudukan Badan Litbang Kemendagri kepada key informan aparat di
lokasi kajian, yaitu para pejabat atau pelaksana yang menangani langsung
dana desa di (SKPD) terkait di prov. dan kab, serta desa;

Melalui studi kepustakaan dan observasi lapangan, disamping tujuan


kajian tsb diatas, kajian ini juga berharap dapat menemukan berbagai
proses sekaligus inovasi untuk memperlancar penyaluran, penyerapan,
dan penggunaan dana desa.
KERANGKA PEMIKIRAN KAJIAN
PENGELOLAAN DANA DESA

DANA DESA
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
(BPPD & SKPD terkait): 1. PERATUAN (PERDA/PERBUP)
Pejabat Yang Menangani Dana Desa 2. PENYALURAN DANA DESA
3. PENGGUNAAN DANA DESA
4. PENGELOLAAN DAN PENYERAPAN DANA DESA
5. PEMBINAAN /PENDAMPINGAN

PEMERINTAH DESA DANA DESA


- Kepala Desa / Aparat Desa 1. PERATUAN (PERDES/PERKEPDES)
Yang Menangani Dana Desa 2. PENYALURAN DANA DESA
- Tokoh Masyarakat 3. PENGGUNAAN DANA DESA
4. PENGELOLAAN DAN PENYERAPAN DANA DESA
5. PEMBINAAN /PENDAMPINGAN
HASIL TEMUAN KAJIAN
1. Ketersediaan peraturan bupati maupun peraturan desa terkait
dana desa, baik di kab. maupun di desa sudah ada dan tidak
mengalami kesulitan dalam penyusunannya, dikarenakan desa
telah melengkapi dokumen dimaksud sejak ada program PNPM
Pedesaan.
2. Besaran atau jumlah penyaluran dana desa yang diberikan pada
setiap tahapan sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan, tapi
sebagian besar penerimaannya tidak tepat waktu atau mengalami
keterlambatan (tahap I antara bulan Juli s.d Sept. 2015 dan tahap II
bulan Okt s.d Nop 2015).
3. Ketidak-tepatan waktu penerimaan dana desa tersebut
dikarenakan peraturan bupati (Perbup) yang dibuat oleh masing2
kab. maupun peraturan desa (Perdes) yang dibuat oleh masing2
desa selesainya tidak sama. Disamping juga dikarenakan masalah
lain, seperti: kemampuan SDM aparatur pengelola, akses layanan
perbankan dan geografi.
LANJUTAN-HASIL TEMUAN KAJIAN
4. Penggunaan dana desa: sebagian besar menggunakan jenis
belanja barang dan jasa / belanja modal untuk
pembangunan desa (infrastruktur), pemberdayaan
masyarakat dan pembinaan kemasyarakatan Desa.
5. Penyerapan dana desa:
Tahap I di Kab. Semarang, Kendal dan Demak, realisasinya 100%;
Tahap II hanya Kab. Semarang dan Kab. Demak 100%, Kab. Kendal
masih 50%. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kondisi
geografis/topografi daerah di Kab. Kendal (daerah pegunungan dan
pesisir).
Tahap III tidak ada penyerapan dana desa, karena dana desa tahap III
belum disalurkan oleh Kemenkeu kepada pemerintah kabupaten.
6. Untuk pengeloaan dana desa: semua desa menggunakan
buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank.
LANJUTAN- HASIL TEMUAN KAJIAN
7. Laporan pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana desa
Pada tahap I: belum semua desa melaporkan pertanggungjawaban realisasi penggunaan
dana desanya. Hal ini disebabkan:
bukti-bukti pertanggung-jawaban yang perlu lengkap dan detail belum selesai, sementara
kemampuan SDM aparatur pelaksana di desa masih lemah.
Persoalan iklim yang telah memasuki musim hujan, menyebabkan pembangunan
infrastruktur/sarana-prasarana fisik desa segera diselesaikan, sementara penyaluran tahap II belum
turun.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa desa melakukan percepatan pembangunan
dengan menggunakan dana talangan/hutang ataupun modal kerjasama dengan pemilik barang
dan jasa dengan perjanjian pelunasan akan diselesaikan setelah ada penyaluran/pencairan dana
desa.

8. Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan kepada aparatur pelaksana


pengelolaan dana desa, meliputi:
Kemendagri: Pelatihan dan Bintek Pengelolaan Keuangan Desa, Peningkatan Kapasitas Aparatur
Desa dan Sosialisasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014;
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten: Pelatihan Pengelolaan Keuangan
Desa, Bintek Penyusunan RPJMDesa, RKPDesa dan APBDesa, LPJ laporan pertanggungjawaban).
LANJUTAN-HASIL TEMUAN KAJIAN

10. Pendampingan Pengelolaan Dana Desa:


Kab. Semarang belum dilaksanakan, baru akan dilaksanakan
bulan Desember 2015, shg tdk ada tenaga pendamping dana
desa, implikasinya penyusunan lap pertanggung-jawaban
tahap I tertlambat dan berdampak kepada penyaluran dana
desa tahap II.
Kab. Demak, pendampingan baru disosialisasikan pada
penyaluran tahap II. (Cat: Program pendampingan dana desa
belum ada kejelasan dari Pemerintah Pusat /Provinsi, termasuk
pemberdayaan kembali tenaga pendamping PNPM-MD).
Kab. Kendal menggunakan mantan fasilitator PNPM
kecamatan, meskipun belum sepenuhnya menyesuaikan
ketentuan dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, sehingga
utk mengatasi masalah tsb. diperlukan petunjuk pelaksanaan,
dan pembekalan singkat kepada mantan fasilitator kab. dan
fasilitator kec. Prog. PNPM-MD untuk dapat menjadi pendamping
kegiatan pengelolaan dana desa.
1. Masalah utama berupa ketiadaan akun transfer dari pemerintah kabupaten kepada
desa dan kesulitan pelaporan pertanggung-jawaban realisasi penggunaan dana
desa.
a. Dana desa dari Kemenkeu kpd Pemkab mengalir lewat keran transfer daerah.
Sayangnya pemerintah pusat alpa mengatur prosedur aliran dana desa dari Pemkab ke
Pemdes. Tepatnya ada beragam akun pemda untuk menggunakan dana, tetapi sama
sekali tidak ada akun transfer pemda kpd desa secara khusus. Akun transfer dana,
seperti yang dipraktekkan Kemenkeu, memang hanya butuh laporan penerimaan dana.
Itulah yang dikira pemerintah pusat juga berlaku dari kab. ke desa. Jika itu terjadi
memang pelaporan gampang hanya secarik kertas dilampiri bukti tabungan
bendaharawan desa. Kenyataannya keran transfer desa tidak tersedia di kab.
Pemerintah pusat hanya membolehkan satu akun yang relevan dibuka, yaitu bantuan
pemerintah daerah kepada desa. Pada titik inilah kerumitan laporan dimulai. Berbeda
dari kemudahan transfer, realitas pelaporan pertanggung-jawaban realisasi
penggunaan dana desa yang mengalir melalui akun bantuan pemerintah daerah harus
dilampiri bukti-bukti penggunaannya sampai dana tersebut habis. Setelah itu, baru
desa berhak mengajukan permintaan dana tahap berikutnya.
b. Implikasinya, melalui akun bantuan pemerintah kab. tersebut, pemdes harus
menyampaikan lap. pertanggungjawaban dana desa berikut bukti-bukti
penggunaannya, sebelum menyampaikan permohonan pencairan tahap berikutnya.
Akibatnya, kesulitan pelaporan pertanggung-jawaban realisasi penggunaan dana desa
pada tahap I dan II telah memperlambat proses pencairan tahap selanjutnya (ketiga
atau terakhir). Seandainya terdapat akun transfer dana desa secara khusus, pemerintah
desa cukup melaporkan penerimaan dana desa untuk mencairkan dana tahap
berikutnya, sehingga dana desa mengalir lebih lancar dari pusat ke desa.
2. Substansi Perbup sebagai syarat transfer dana desa dari pemerintah pusat, berupa
penghitungan baru untuk setiap desa. Ini sesuai dengan perubahan dari PP No. 60
Tahun 2014 menjadi PP No. 47 Tahun 2015 yang baru terbit pada bulan Juli 2015.
Padahal seharusnya dana desa sudah diluncurkan mulai bulan April 2015. Akibatnya,
penyaluran dana desa tahap 1 baru tersalurkan antara bulan Juli s.d September 2015,
sedangkan tahap 2 bulan Oktober s.d November 2015. Sebagai implikasinya
implementasi pengelolaan dana desa tahap 1 dan 2 terlambat dan tidak sesuai jadwal.
3. Banyaknya SKPD yang mempunyai kewenangan dalam menangani dana desa sering
menimbulkan kesulitan dalam implementasi pengelolaan dana desa.
Secara vertikal, ada peraturan atau pedoman yang diberikan oleh pusat kepada daerah
dan desa membingungkan para pelaksana di desa. Kebingungan tersebut, seperti
bagaimana menterjemahkan Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pembangunan
Desa dan Permendes No. 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa.
Secara horizontal, selama ini terkait dengan pemberdayaan masyarakat dan
pemerintah desa ditangani oleh Bapermas dan Pemdes. Namun terkait dengan dana
desa, ada rasa keengganan dan kebingungan dari masing-masing SKPD (Bag.
Pemerintahan Setda Pemkab, Bapermas dan Pemdes dan Badan Pengeloaan Keuangan
dan Aset Daerah), yaitu siapa berbuat apa terkait dengan pengelolaan dana desa
kurang jelas.
UNTUK MEMPERLANCAR PENYERAPAN DANA DESA,
INOVASI YANG DILAKUKAN PEMERINTAH KABUPATEN
MENCAKUP:
1. Mempercepat Penerbitan Perbup sesuai dengan PP 47/2015
pada bulan Juli dan Agustus 2015.
2. Di Demak ditetapkan aturan bahwa berkas
pertanggungjawaban penggunaan dana desa dapat
disampaikan pada tahap pelaporan terakhir pada Desember
2015 atau selambat-lambatnya Januari 2016.
3. Hasil yang dicapai berupa pencairan dana desa tahap I
sebesar 100 persen. Dana Desa tahap 2 di kab. Semarang
dan Demak juga sudah dicairkan 100 persen.
4. Pada Saat pengambilan data lapangan berlangsung, dana
desa tahap 3 belum disalurkan oleh Kementerian Keuangan
kepada Pemerintah Kabupaten.
1. Kesiapan dokumen2 prasyarat pencairan dana desa,
berupa RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa. Desa-desa
tersebut berpengalaman dalam membuat dokumen
perencanaan program dan anggaran sesuai dengan arahan
pendamping PNPM Mandiri Perdesaan.
2. Aparatur pemerintah desa juga berpengalaman dalam
mengumpulkan berkas-berkas pertanggungjawaban
penggunaan dana desa. Mereka melakukannya
sebagaimana proses pertanggungjawaban proyek-proyek
di desa di masa lalu.
3. Aparatur pemerintah desa juga telah terbiasa
mengelola akuntansi pemerintahan sesuai dengan buku-
buku administrasi yang diwajibkan kepada pemerintah
desa. Ketertiban administrasi desa mempermudah proses
pelaporan pertanggungjawaban dana desa.
1. Pada desa-desa terpencil seperti di pegunungan, muncul masalah:
Prasarana transportasi dari desa ke bank untuk pencairan dana buruk.
Informasi pencairan dari bank kepada aparatur pemerintah desa tidak lancar
2. Pada desa yang belum terbiasa dengan proyek pembangunan dan pemberdayaan,
muncul kesulitan:
dalam penyusunan dokumen RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa
dalam mengumpulkan berkas bukti-bukti penggunaan dana desa.
Tidak terdapat bekas pendamping PNPM yang membantu proses pencairan,
penggunaan dan pelaporan dana desa
3. Sebagian desa dalam proses transisi menuju pemilihan kepala desa baru, sehingga
pejabat sementara (PLT) kepala desa tidak memiliki kewenangan untuk menyusun
peraturan desa tentang RKP Desa dan APB Desa.

4. Dana desa diterima lebih lambat daripada rencana sesuai PP 47/2015, sehingga
harus segera digunakan terutama untuk pembangunan infrastruktur desa, sesuai
arahan Permendes PDTT No. 5 Th. 2015. Akan tetapi pada September 2015 sudah
memasuki musim hujan, sehingga pembangunan fisik prasarana terganggu.

5. Skema pengelolaan kegiatan secara swakelola membutuhkan dana awal yang saat
ini masih sulit disediakan oleh pemerintah desa.
1. Mengadaptasi dokumen RPJM Desa, RKP Desa, dan APB
Desa yang semula diarahkan oleh PNPM Mandiri
Perdesaan menjadi sesuai arahan UU 6/2014 tentang
desa serta Permendagri 114/2014 tentang penyusunan
RPJM Desa dan RKP Desa. Adaptasi terutama
diarahkan untuk mengubah sumber pembiayaan dari
PNPM Mandiri Perdesaan menjadi dana desa.

2. Pemdes bekerja sama dengan swasta lokal untuk


menalangi material untuk pembangunan infrastruktur.

3. Pemdes bekerja sama dengan pendamping PNPM


Mandiri Perdesaan yang masih berdiam di kecamatan.
Sesuai dengan masalah,
keunggulan, dan inovasi
di tingkat kabupaten
dan desa tersebut, maka
direkomendasikan
point-point sbb:
a. Penyediaan akun transfer dari pemerintah
kabupaten kepada pemerintah desa.
b. Skema pengelolaan program, kegiatan dan
anggaran desa.
c. Kerja sama pemerintah desa dengan pihak
ketiga atau desa lain.
d. Arahan APBD Kabupaten untuk
menganggarkan pembinaan oleh aparatur
kabupaten atau kecamatan kepada pemerintah
desa
a. Tata cara pengelolaan dana desa.
b. Tata cara penambahan modal untuk
Badan Usaha Milik Desa.
c. Tata cara kerja sama desa.
a. Waktu pelatihan yang paling strategis ialah setiap kali
pemilihan kepala desa dan penunjukan perangkat desa
telah selesai dilaksanakan.
b. Pelatihan tentang praktik pengumpulan berkas
pertanggungjawaban keuangan desa, termasuk dana desa.
c. Pelatihan tentang praktik skema swakelola atau kontrak.
d. Pelatihan pelaporan keuangan desa, termasuk pelaporan
dana desa.
4. Kerja sama Kemendagri dan
Kementerian PU dan PR, untuk
membangun infrastruktur
transportasi yang menghubungkan
desa-desa terpencil dengan pusat
pemerintahan atau pusat
perekonomian di tingkat kab.
5. Kerja sama Kemendagri dan Pemkab dengan
bank yang memiliki cabang di tingkat kec.
atau desa, agar:
Memberikan fasilitas pemberian informasi
kepada pemerintah desa ketika dana desa
sudah bisa dicairkan.
Memberikan edukasi phone banking
kepada bendahara desa agar informasi
perubahan rekening desa lebih cepat
diketahui.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai