Anda di halaman 1dari 35

DEFENISI

Angina pectoris berasal dari bahasa Yunani


yang berarti cekikan di dada yaitu gangguan
yang sering terjadi karena atherosclerotic
hearth disease. Terjadinya serangan angina
menunjukkan adanya iskemia. Iskemia yang
terjadi pada angina terbatas pada durasi
serangan dan tidak menyebabkan kerusakan
permanen jaringan miokard. Namun, angina
merupakan hal yang mengancam kehidupan
dan dapat menyebabkan disritmia atau
berkembang menjadi infark miokard.
JENIS ANGINA
Angina diklasifikasikan dalam tiga tipe yaitu Stable
(Stable Exertional) angina, Unstable (Crescendo/Pre-
infarction) angina dan Variant (Prinzmetals) angina.
1. Stableangina menggambarkan nyeri
dada yang timbul saat peningkatan
aktifitas fisik maupun stress emosional.
Dengan tanda-tanda khas yaitu serangan
merupakan gejala baru dan stabil, durasi
dan intensitas gejala stabil.
JENIS ANGINA
2. Unstable angina berkaitan
dengan nyeri dada yang timbul
karena aktifitas dengan derajat
yang sulit diramalkan dengan
tanda khas yaitu peningkatan
frekuensi serangan dan intensitas
nyerinya.
JENIS ANGINA
3. Variant angina digambarkan
sebagai nyeri dada yang biasanya
terjadi selama istirahat atau tidur
daripada selama aktifitas. Variant
angina terutama disebabkan oleh
spasme arteri koroner. Klien
dengan variant angina mungkin
tidak menunjukkan tanda
aterosklerotik pada arteri koroner.
ETIOLOGI
Penyebab paling umum CAD adalah
aterosklerosis. Aterosklerosis digolongkan
sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak
dan jaringan konektif di sekitar lapisan
intima arteri. Suatu plak (plaque) fibrous
adalah lesi khas dari aterosklerosis. Lesi ini
dapat bervariasi ukurannya dalam dinding
pembuluh darah, yang dapat
mengakibatkan obstruksi aliran darah
parsial maupun komplet.
ETIOLOGI
Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut
terdiri atas plak fibrous dengan deposit
kalsium disertai oleh pembentukan
thrombus. Obstruksi pada lumen mengurangi
atau menghentikan aliran darah kepada
jaringan disekitarnya.
Penyebab lain dari CAD adalah spasme arteri
koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh
darah terjadi bila serat otot halus dalam
dinding pembuluh darah berkontraksi
(vasokontriksi).
ETIOLOGI
Spasme arteri koroner dapat menggiring
terjadinya iskemik actual atau perluasan dari
infark miokard. Penyebab lain di luar
aterosklerosis yang dapat mempengaruhi
diameter lumen pembuluh darah koroner
dapat berhubungan dengan abnormalitas
sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi,
anemia, hipovolemik, polisitemia dan
masalah-masalah atau gangguan katup
jantung.
PATOFISIOLOGI
Saat istirahat jantung mempergunakan
oksigen dalam jumlah yang cukup besar
(75%) dari aliran darah koroner, lebih
besar dari beberapa organ utama yang
lain dalam tubuh. Saat metabolism ,
beban kerja otot jantung dan konsumsi
oksigen meningkat sehingga kebutuhan
akan oksigen meningkat berlipat ganda.
PATOFISIOLOGI
Oksigen tambahan disuplai oleh
peningkatan aliran darah arteri koroner.
Bila aliran darah koroner tidak dapat
menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen
yang diperlukan oleh otot jantung, maka
terjadi ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan. Kecuali bila rasio dari
suplai dan kebutuhan menjadi
seimbang, jaringan otot jantung menjadi
iskemia dan infark.
PATOFISIOLOGI
Di sekitar area infark ada dua zona yang
disebut sebagai injury zone dan iskemik zone.
Area infark akan terus berkembang bila suplai
darah tetap membahayakan atau kurang dari
kebutuhan miokard. Luas nyata area infark
tergantung pada tiga factor yaitu sirkulasi
kolateral, metabolism anaerobic dan
peningkatan beban kerja jantung. Seringkali
iskemik dan infark berkembang dari
endokardium ke epikardium.
GEJALA DAN TANDA
Stable angina.
Nyeri dada timbul setelah melakukan kegiatan atau
mengalami stress psikis atau emosi tinggi
Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil
frekuensi, lama serangan, factor pencetus menetap
dalam 30 hari terakhir)
Pola EKG normal pada fase istirahat dan segmen ST
depresi diikuti gelombang T inverse pada exercise test
EKG (Treadmill test)
Laboratorium : kadar kardiak iso enzim normal
Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan
mendapat obat nitrogliserin (vasodilator).
GEJALA DAN TANDA
Unstable angina
Nyeri dada timbul saat istirahat dan melakukan
aktifitas
Nyeri dada hebat dan frekuensi serangan lebih sering
Serangan berlangsung sampai dengan 30 menit atau
lebih
Saat serangan timbul biasanya disertai dengan
tanda-tanda sesak napas, mual, muntah dan
diaphoresis
Pola EKG : segmen ST depresi saat serangan dan
setelah serangan (muncul sebagian)
Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat
terapi nitrogliserin, narkotik (pethidin/morphin),
bedrest total dan bantuan oksigenasi.
GEJALA DAN TANDA
Variant atau Prinzmetal angina
Nyeri dada timbul saat istirahat maupun melakukan
aktifitas
Dapat terjadi tanpa aterosklerosis koroner
Kadang-kadang disertai disritmia,
Pola EKG : segmen ST elevasi saat serangan namun
normal bila serangan hilang,
Tanda-tanda lain hampir sama dengan unstable angina,
Serangan nyeri dada hilang bila klien mendapat terapi
nitrogliserin dan obat anti spasme arteri.
PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
Keluhan nyeri dada di anterior, prekordial, substernal
yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung
dan epigastrium. Nyeri dada seperti tertekan beban
berat, terasa berat dan seperti diremas yang timbul
mendadak. Nyeri dada yang timbul berhubungan
dengan aktifitas fisik atau emosi yang hebat (marah dan
rangsangan seksual). Durasi serangan nyeri bervariasi
tergantung diameter arteri koroner yang tersumbat dan
luasnya area iskemik miokard. Nyeri dada dapat disertai
dengan gejala mual, muntah, diaphoresis dan sesak
napas. Bila nyeri timbul saat klien istirahat atau tidur,
maka prognosisnya buruk (kemungkinan telah menjadi
infark miokard).
PENGKAJIAN
Gambaran nyeri dapat merupakan gejala
yang baru timbul atau sering hilang timbul.
Penyebab yang mempercepat timbulnya
nyeri (provokatif) dan hal-hal yang
mengurangi nyeri (paliatif) perlu dikaji
guna membedakan dengan penyakit lain
yang mempunyai gejala nyeri dada.
Perlu dicatat tentang jenis pekerjaan klien
serta adanya stress fisik dan psikis yang
dapat meningkatkan beban kerja jantung.
PENGKAJIAN
Hobi menunjukkan gaya hidup klien, cara
mengatasi ketegangan dan pengurangan
aktifitas yang mendadak.
Kaji factor resiko penyakit jantung seperti
adanya riwayat DM, hipertensi, penyakit
vascular, anemia dan lain.lain. kaji adanya
peningkatan kadar kolesterol (LDL dan
HDL), trigliserida, hipertiroid, kebiasaan
merokok, konsumsi minuman beralkohol,
asupan makanan tinggi gula, lemak, garam,
kafein, asupan cairan dan berat badan.
PENGKAJIAN
Kaji toleransi terhadap obat-obat dan terapi
yang didapat saat timbul serangan.
Riwayat gangguan saluran pencernaan
seperti dyspepsia, gastritis, peptic ulcer dan
penyakit lain yang menimbulkan keluhan
nyeri epigastrium.
Riwayat kesehatan keluarga : penyakit
jantung dan pembuluh darah (arteri
koroner) dalam keluarga merupakan factor
resiko bagi klien.
PENGKAJIAN
2. Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiografi
Normal saat klien istirahat,
Segmen ST elevasi atau depresi,
gelombang T inverse selama serangan
berlangsung atau timbul saat tes
treadmill (gambaran iskemia miokard).
Disritmia (takikardi abnormal, AV blok,
atrial flutter atau atrial fibrilasi) bila ada
harus dicatat.
PENGKAJIAN
Laboratorium darah
Complete blood cell count : anemia dan hematokrit
menurun. Lekositosis mengindikasikan adanya penyakit
infeksi yang menimbulkan kerusakan katup jantung dan
menimbulkan keluhan angina.
Fraksi lemak terutama kolesterol (LDL) dan trigliserida
yang merupakan factor resiko terjadinya CAD.
Serum tiroid menilai keadaan hipotiroid atau
hipertiroid.
Cardiac iso enzim a; normal (CPK-Creatinin
Phospokinase, CK-MB-Creatinin Kinase-MB, SGOT-
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase dan LDH-
Lactate Dehidrogenase) dan troponin.
PENGKAJIAN
Radiologi
Thorax rontgen melihat gambaran kardiomegali seperti
hipertrofi ventrikel atau CTR lebih dari 50%.
Echocardiogram : melihat adanya penyimpangan gerakan
katup dan dilatasi ruang jantung. Gerakan katup abnormal
dapat menimbulkan keluhan angina.
Scanning jantung : melihat luas daerah iskemik pada
miokard.
Ventrikulografi sinistra : menilai kemampuan kontraksi
miokard dan pemompaan darah yang kecil akibat kelainan
katup atau septum jantung.
Kateterisasi jantung (bila diperlukan) : melihat kepatenan
arteri koroner, lokasi sumbatan dengan tepat dan memastikan
kekuatan miokard.
PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik
Mengkaji gejala lain guna mengesampingkan
keluhan angina non kardiak seperti esofagitis,
peptic ulcer, ketegangan otot dan penyakit
kantung empedu.
Kaji semua status yang berhubungan dengan
jantung, berat badan dan tinggi badan, kelelahan
(fatique), warna kulit dan suhu kulit, pola
respirasi, toleransi aktifitas, denyut nadi perifer,
tekanan darah, suhu, edema, bunyi jantung serta
irama dan frekuensi denyut jantung.
Kaji pola tidur dan istirahat, tipe kepribadian
serta kecemasan atau kegelisahan.
1. Nyeri dada akut b.d. iskemia miokard sekunder
terhadap ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard.
Data penunjang :
Subjektif : nyeri dada seperti diremas, ditekan beban
berat, sesak napas, mual, muntah, berkeringat
dingin, pusing.
Objektif : diaforesis, reaksi non verbal (grimace,
menekan dada kiri), EKG ST depresi atau elevasi,
gelombang T inversi, peningkatan kadar kardiak iso
enzim, hasil pemeriksaan status jantung.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang dan iskemia tidak
berkembang
Kriteria hasil :
Subjektif : nyeri berkurang atau hilang,
pola napas eupnea, mual dan muntah
hilang, reaksi non verbal baik.
Objektif : diaforesis hilang, EKG segmen
ST isoelektris, gelombang T positif,
gelombang Q patologis tidak muncul di
lead yang bersangkutan, kadar kardiak iso
enzim normal (CPK < 50 u/L, CK-MB < 10
u/L, LDH < 240 u/L, SGOT < 18 u/L,
troponin negatif).
1. Kurangi/batasi aktifitas fisik saat serangan
2. Posisi tidur supine semi fowler
3. Pelihara ketenangan, lingkungan yang nyaman, batasi
jumlah pengunjung
4. Monitor TTV segera setelah pemberian obat anti nyeri
dan setiap 5 menit selama 20 menit atau lebih secara
teratur bila keadaan belum stabil
5. Monitor TTV, bunyi jantung setiap 2 jam bila keadaan
sudah stabil dan catat tiap perubahan penting yang
timbul.
6. Observasi timbulnya nyeri dengan melihat isyarat
verbal dan non verbal.
7. Rawat dan pertahankan IV line atau infus bila ada.
8.Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian
diet jantung
9. Diskusikan dengan klien tentang faktor yang
mempercepat timbulnya serangan nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
vasodilator : NTG seperti ISDN, analgetik
(omeprazol) atau narkotik (morphin atau
pethidin) bila ada indikasi, betabloker,
antidisritmia, antihipertensi, diuretik,
antioksidan dan antilipemik, antiplatelet dan
antikoagulan.
Kecemasan b.d. ancaman integritas biologis yang
dirasakan sekunder terhadap serangan jantung.
Data penunjang :
Subjektif : klien mengatakan merasa tidak berdaya,
takut mati, gelisah, menanyakan perkembangan
penyakitnya.
Objektif : emosi, cemas, sedih, marah, menolak
diagnosis, menangis, gelisah.
Fisiologis : peningkatan nadi, TD, respirasi, intonasi
suara tinggi, kelemahan, keletihan, palpitasi, gemetas
dan diaforesis.
Tujuan : koping individu efektif.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan
perasaannya secara wajar dan
mendiskusikan pengaruh penyakit
terhadap gaya hidupnya bagi perawat.
Klien merasa optimis bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan
Klien optimis menghadapi masalah
kesehatannya setelah sembuh
Intervensi
Observasi tanda-tanda kecemasan
Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya
kepada orang terdekat
Atasi perilaku klien dan berikan bantuan dalam
perubahan konsep diri atau citra diri (bila perlu)
Kaji pengaruh sakit terhadap kebutuhan seksual klien
dan berikan informasi/konsultasi secara pribadi bila
perlu)
Observasi perubahan TTV
Perawatan lebih lanjut terhadap stres (gali faktor
penyebab dan temukan alternatif pemecahan
masalah).
Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan
aturan terapeutik b.d. kurang pengetahuan tentang diet,
program terapi, program aktifitas serta tanda dan gejala
komplikasi.
Data penunjang :
Subjektif : klien bertanya tentang keadaan penyakit,
penyebab, diet, faktor pencetus, pengobatan dan hal
yang harus dilakukan setelah sembuh.
Objektif : tingkat pendidikan klien dan pemahaman
klien tentang kondisinya.
Tujuan : klien memahami tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
Kriteria hasil :
Klien mampu menjelaskan pengertian,
penyebab dan faktor pencetus
penyakitnya
Klien mampu menjelaskan manfaat dari
diet yang diberikan
Klien mampu melaksanakan tindakan
yang harus dilakukan setelah sembuh
dan pulang ke rumah.
Intervensi
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
pengertian yang mendasari proses penyakit, tujuan
pengaturan gaya hidup, penyebab dan faktor pencetus
timbulnya serangan, gejala yang timbul dan
konsultasikan dengan tim dokter.
Jelaskan tujuan pemberian obat, reaksi dan efek
samping serta penggunaan obat profilaksis.
Diskusikan efek vasokontriksi akibat kebiasaan
merokok
Diskusikan jenis makanan yang harus dibatasi dan
berikan contoh menu yang sesuai dengan dietnya.
Diskusikan perubahan pola aktifitas.

Anda mungkin juga menyukai