Anda di halaman 1dari 13

Curriculum Vitae

Nama : Ir. Jauhari Arifin, ST., MM., MT., IPM


Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 27 Juni 1969
Riwayat Pendidikan :
- S1 Teknik Industri Universitas Pasundan (1994)
- S2 Teknik Industri Universitas Pasundan (2014) Konsentrasi Supply Chain
Riwayat Pekerjaan :
- 1996 2017 Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang
- 1998 2000 Kaprodi Teknik Industri Universitas Singaperbangsa Karawang
- 2000 2003 Pembantu Dekan 1
- 1995 2008 Production Planning Sinarmas
- 2008 2017 Bekerja di Djarum
DISTRIBUSI DALAM PERSPEKTIF
LOGISTIK NASIONAL Diambil dari berbagai sumber
LOGISTIC PERFORMANCE INDEX GLOBAL RANKING 2016

World Bank Report 2016


Logistic Performance Index (LPI) 2016 versi Bank Dunia yang
sudah dirilis, Skor LPI dilihat dari rata-rata enam komponen
penilaian, yaitu bea cukai, infrastruktur, pengiriman
internasional, kompetensi logistik, pelacakan dan pencatatan,
dan aktualitas waktu.
LPI mengukur efisiensi on-the-ground rantai suplai perdagangan
atau kinerja logistik. Rantai suplai merupakan tulang punggung
perdagangan dan bisnis internasional. Sementara biaya logistik
meliputi biaya transportasi, pergudangan, clearance perbatasan,
sistem pembayaran dan fungsi-fungsi terkait lain
Indikator customs menunjukkan seberapa besar efisiensi
customs (kepabeanan) dan pemeriksaan perbatasan (border
clearance). Indikator infrastruktur menunjukkan kualitas
infrastruktur perdagangan dan transportasi. Indikator
pengangkutan internasional (international shipment) atau
kemudahan dalam melakukan pengangkutan (ease of arranging
shipments) menunjukkan seberapa besar kemudahan dalam
melakukan pengangkutan dengan harga yang bersaing. Indikator
kompetensi logistik atau kualitas jasa logistik menunjukkan
seberapa tinggi kompetensi atau kualitas jasa logistik seperti
pengangkutan menggunakan truk, ekspedisi atau forwarding,
dan perantara kepabeanan (customs brokerage).
Indikator tracking and tracing menunjukkan seberapa besar
kemampuan untuk melacak dan mengikuti barang-barang dalam
pengiriman. Terakhir, indikator timeliness menunjukkan
frekuensi atau seberapa sering pengangkutan dapat sampai
kepada tujuan (consignee) sesuai dengan waktu yang diharapkan
atau dijadwalkan.
Biaya logistik di Indonesia tergolong masih sangat tinggi di ASEAN,
diperkirakan sekitar 24 persen dari total PDB (Produk Domestik
Bruto). Nilai tersebut lebih tinggidibandingkan dengan Negara
Malaysia 13%, Vietnam 20.9%, serta Thailand dan Cambodia yang
masing-masing hanya 15% dan 18%.
Kenapa biaya logistik di Indonesia mahal?

Angkutan
Moda Angkutan Barang (%)
Penumpang (%)
Angkutan Darat 84,13 91,25
Kereta Api 7,32 0,63
Fery Penyeberangan 4,83 0,99
Angkutan Laut 1,76 7,07
Angkutan Udara 1,52 0,05
Angkutan Sungai 0,43 0,01
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa angkutan
penumpang maupun barang masih didominasi oleh moda
angkutan darat dengan share yang sangat signifikanyaitu
angkutan penumpang sebesar 84,13% dan angkutan barang
sebesar 91,25%. Jika ditinjau dari kondisi wilayah Indonesia yang
berupa kepulauan seharusnya moda angkutan laut dan/atau
angkutan udara mempunyai peran yang besar. Namun di
Indonesia ternyata peran kedua moda angkutan tersebut masih
sangat kecil.

Disisi lain moda angkutan darat di Indonesia mempunyai banyak


persoalan. Salah satu dan yang paling utama adalah kondisi lalu
lintas. Sudah bukan rahasia lagi jika kondisi lalu lintas terutama
di kota-kota besar di Indonesia sangat semrawut dan macet luar
biasa. Sebagai perbandingan kondisi angkutan logistik dari
Cikarang ke Tanjung Priok (Indonesia) dibandingkan dengan Pasir
Gudang ke Tanjung Pelepas (Malaysia).
Pasir Gudang ke Tanjung
Cikarang Ke Tanjung Priok
Pelepas
Jarak angkutan : 55,4 Km Jarak angkutan : 56,4 Km
Waktu tempuh : 4-8 jam Waktu tempuh : 1-2 Jam
Biaya logistik : US$ Biaya logistik : US$
600/container 450/container
Jarak yang hampir sama antara Cikarang ke Tanjung Priok
(Indonesia) dengan Pasir Gudang ke Tanjung Pelepas (Malaysia)
ternyata ditempuh dalam waktu yang jauh berbeda. Sebuah truk
kontainer dari Cikarang masuk ke Tanjung Priok ditempuh dalam
waktu 4-8 jam, sedangkan di Malaysia hanya ditempuh dalam
waktu 1-2 jam. Sehingga sangat masuk akal jika biaya logistik per
kontainer di Malaysia jauh lebih murah daripada di Indonesia.
Penentuan biaya angkutan sangat dipengaruhi oleh efektifitas
penggunaan angkutan tersebut. Dari contoh di atas, penggunakan
angkutan di Malaysia sangat jauh lebih efektif daripada di
Indonesia.
SOLUSI DALAM EFISIENSI RANTAI SUPLAI

Pendirian Pusat Distribusi Regional


RI,2013; Analisa Pendirian PDR Bitung dan Makasar)
(Kementrian Perdagangan

Logistics Center untuk Efisiensi Logistik dan


Daya Saing Nasional (Setijadi,2015; Catatan SCI)

Dry Port Solusi Dalam Pemberdayaan Rantai


Suplai yang Efisien (Millar,2015; Global Supply Chain Ecosystem)

Anda mungkin juga menyukai