Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KASUS

Siti Norhasanah, S. Ked


FAB 117 016

Pembimbing :
dr. Yulinar Nuryagus Siringo, M.Sc.,Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF PSIKIATRI/KESEHATAN JIWA


RSJ KALAWA ATEI
OKTOBER 2017
Identitas Pasien
Nama : Ny. WW
Usia : 34 tahun
Alamat : Jl. Manunggal, Palangka Raya
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta (Penjual Jamu)
Tanggal masuk RS : 25 September 2017
Tanggal anamnesis : 26 September 2017
Riwayat Psikiatri
Keluhan utama:

Pasien dibawa suami dan


tetangganya ke RSJ Kalawa Atei
karena berteriak-teriak, berkata
ada yang mengejar, menarik baju
tetangga sampai robek dan
memukul-mukul suaminya
Riwayat Pskiatri
Riwayat gangguan sekarang:
Pada tanggal 26 September 2017, telah dilakukan
autoanamnesis (pasien) dan alloanamnesis (suami pasien)
di ruang intensif RSJ Kalawa Atei. Kemudian pemeriksa
memperkenalkan diri serta berjabat tangan dengan
pasien dan suami pasien, serta didapatkan informasi.
Riwayat Pskiatri
Alloanamnesis dengan suami pasien didapatkan informasi :

6 TSMRS (awal tahun 2011) pada saat suami dan pasien tinggal dengan
mertua (orangtua dari pihak istri) di Jawa. Pasien mulai mengalami perubahan
perilaku. Perubahan perilaku yang dilihat suami seperti ingin lihat bulan terus,
berkata kalau ada orang mengejar-ngejar dia dan melihat ada pocong. Awal
mulanya istri mulai berperilaku aneh, menurut suami sejak istrinya dipaksa
terus oleh ibu mertua (ibu dari pihak istri) memaksa untuk masuk
pengajian/pesantren, tapi istri tidak mau dipaksa-paksa. Sering terjadi
masalah dikeluarga. Seperti ibu mertua (ibu dari pihak istri) sering menghina-
hina suami pasien. Karena pekerjaan suami hanya jualan mie ayam, dengan
penghasilan yang tidak seberapa serta masih menumpang ditempat mertua.
Suami dan pasien menikah tahun 2003 (14 tahun yll) dan memiliki 2 anak
(anak pertama sekarang usia 14 tahun, anak kedua usia sekarang 11,5 tahun,
anak laki-laki kedua-duanya). Masih menumpang mertua, mertua yang laki-
laki (bapak dari pihak istri) hanya berjualan kayu bakar. Suami tidak
membawa istri berobat, karena menurut suami masih bisa ditenangkan dan
hanya muncul kadang-kadang saja perilaku seperti itu.
Riwayat Pskiatri
5 TSMRS (Agustus 2012) Karena tidak tahan mendengar
cemoohan mertua teru-menerus, suami akhirnya pindah (merantau)
ke Palangkaraya. Suami mengajak istri, tapi istri bingung memilih
ikut suami atau orangtua. Tapi akhirnya si istri memutuskan memilih
orangtua, karena ingin mengurus orangtua. Akhirnya suami
berangkat sendiri merantau ke Palangka Raya. Karena kecewa,
menurut keterangan suami, selama 6 bulan, ia tidak ada memberi
kabar ke istri. Tapi suami sesekali ada menelepon adik ipar (adik
dari pihak istri) untuk menanyakan kabar istrinya. Adik ipar
memberi kabar kalau sang istri sering berantem sama ibu
kandungnya sendiri, hampir setiap hari. Kadang-kadang sampai
pukul-pukul pakai kayu. Penyebab mereka bertengkar karena ibu
dari pasien sering melarang mengambil nasi, kalau memasak pasti
ada bertengkar-bertangkar dulu.
Riwayat Pskiatri
4 TSMRS (Maret 2013) Suami mulai ada telponan
dengan istri, memberitahukan kalau ia ingin
menjemput istri untuk bersama tinggal di
Palangkaraya, istri menyetujui. Ketika suami
menjemput istri ke jawa, ternyata istri tidak ada.
Dicari semalaman tidak ketemu, paginya baru
ketemu. Ternyata istrinya jalan dari siang sampai
paginya lagi, kata pasien lupa arah pulang. Pasien
ditemukan di persawahan. Saat ditanya kemana,
jawab istri cari kerja. Dan istri bercerita kalau ia
dikasih uang seperti pengemis lain saat dijalan.
Riwayat Pskiatri
3 hari setelah ditemukan, ibu bersikap kurang percaya kalau dia memiliki
suami, ibu berteriak-teriak berkata saya jangan dibakar. Dan berkata ada
yang mengikuti serta ada yang mau mencelakai. Melihat seperti itu, tetangga dan
teman-teman sang suami menyarankan untuk dibawa ke RS. Tetapi oleh keluarga
ditangani sendiri dulu pakai ramuan-ramuan.
Hari ke 5 sesudah ditemukan, baru dibawa ke RSJ Surakarta, karena istri
masih teriak-teriak seperti 3 hari setelah ditemukan itu. Kali ini saran dari teman-
teman suami dituruti keluarga untuk dibawa ke RS. Di RSJ Surakarta, sang istri
dirawat disana 2 minggu. Ada 3 macam obat yang diberi, yang berwarna
putih-merah-kapsul. Tapi suami lupa nama obatnya. Kemudian dokter
menyarankan agar bisa dirawat jalan, asal kontrol dan minum obat teratur. Tapi
karena suami kerja, jadi suami tidak tau apakah istri minum obat setiap hari atau
tidak. Suami tidak menanyakan ke mertua, karena hubungan suami dengan
mertua tidak baik. Selama pengobatan tahun 2013, istri kadang-kadang bisa
kambuh, seperti berteriak-teriak dan mengatakan ada yang mengikuti, namun
masih bisa ditenangkan lagi.
Riwayat Pskiatri
Sejak tahun 2014 dan 2015 (2 dan 3 TSMRS) Suami
membawa istri untuk pindah dan bekerja di Palangka
Raya saja, istri mau mengikuti suami. Pengobatan di
stop sendiri, dan tidak kontrol ulang lagi oleh suami.
Karena saran dari teman si suami bisa
ketergantungan obat, lalu obat hanya disimpan.
Menurut suami, istri tidak pernah lagi kambuh,
bahkan istri bisa berjualan jamu berhari-hari.
Riwayat Pskiatri
1 TSMRS (Tahun 2016) Menurut suami, istri mulai kambuh lagi. Seperti
berteriak-teriak, bilang kalau ada bisikan-bisikan, tidur tidak nyenyak, makan
tidak mau. Istri dibawa ke RSJ waktu masih di alamat Palangka Raya. Istri tidak
dirawat, hanya berobat jalan. Suami ada membawa obat yang sisa dari RSJ
Surakarta yang sudah tidak pernah diminum lagi, dari RS diberikan obat bulanan
tapi suami lupa nama obatnya. Suami mengatakan kalau selama pengobatan istri
bisa bekerja berjualan jamu.
Suami mengatakan kalau istrinya memang dibawa kontrol untuk mengambil
obat bulanan, tetapi istri kurang teratur minum obat. Suami mengatakan kalau istri
mulai bosan minum obat setiap hari. Sering juga diberi nasehat oleh petugas,
kalau mau istrinya membaik, harus teratur minum obat. Tapi karena tuntutan
ekonomi, suami harus bekerja keliling berjualan mie ayam dari jam 12 siang
sampai jam 9 malam, kadang-kadang baru pulang tengah malam. Sehingga suami
tidak fokus mengontrol istri untuk minum obat setiap hari.
Riwayat Pskiatri
Sekarang (Tahun 2017) Menurut suami, onset kambuh istrinya dari
tahun 2016-2017 sudah 3 ini. 2 kali masih bisa ditenangi suami.
Gejalanya seperti sering berteriak-teriak dan mengatakan ada yang
mengejar-ngejarnya.
1 kali yang sekarang sampai dibawa rawat inap ke RSJ Kalawa
Atei. Suami mengatakan kalau istri mengamuk terjadi karena suami
baru pulang sekitar pukul 02:00 wib, istri seperti curiga ke suami,
kalau suami ada apa-apa diluar. Padahal menurut suami, dia hanya
main-main ketempat temannya. Saat itu istri bangun pagi bersih-
bersih/mengerjakan pekerjaan rumah, istri bilang ke suami kalau mau
pergi ke pasar. Suami mengatakan kalau ia menyuruh istri tidur saja
dulu, nanti jam 6 aja ke pasar kata suami. Tapi istri malah
mengoceh-ngoceh, teriak-teriak terus sampai mukul-mukul suami pakai
tangan dan berkata ada yang mengejar-ngejar.
Riwayat Pskiatri
Suami mengatakan kalau ia meminta bantuan
tetangga untuk menenangkan dan memegang istri, tapi
istri malah merobek baju tetangga. Menurut suami, istri
sudah semingguan tidak minum obat. Biasanya mau minum
sendiri. Istri berkata merasa sembuh setelah di ruqiyah
dijawa 2 minggu yang lalu. Setelah itu, menurut suami,
istrinya jadi tidak mau minum obat.
1 tahun yll, bapak dari suami meninggal akibat gagal
ginjal. Agustus 2017 bapak dari istri meninggal akibat
lepra.
Riwayat Pskiatri
Autoanamnesis dengan suami pasien didapatkan informasi

Pasien sadar kalau sedang berada di RSJ dan sadar


kalau telah berteriak-teriak dan sampai menarik baju
tetangga hingga robek. Pasien tau dan sadar ketika dibawa
ke RSJ dan berkata kalau dibawa oleh suami dan
tetangganya. Pasien mengatakan kalau kesini naik mobil pada
subuh/pagi-pagi. Pasien mengatakan kalau tau alasan dibawa
ke RSJ karena saya kaya orang kesurupan.
Ketika ditanya kenapa seperti orang kesurupan, pasien
mengatakan pada saat bangun tidur mbah memberi
peringatan kata pasien. Peringatan yang diberi si mbah
adalah kalau bangun harus pagi, jangan malam kemudian
pasien berkata kalau mertua saya itu bangun jam 3-4.
Riwayat Pskiatri
Pasien mengatakan kalau melihat wajah mbah-nya
yang bernama mbah suryo saya melihat wajah mbah
saya, mbah saya namanya suryo, ditelapak kaki mertua
saya, karena surga itu ditelapak kaki ibu.
Ketika ditanyakan apakah saat itu mertuanya ada
disitu, pasien mengatakan mertua saya ada dijawa sana,
sama anak-anak saya. Pasien mengatakan anaknya ada
2, dua-duanya laki-laki semua dan tinggal ditempat
mertua (ibu dari pihak suami) di jawa.
Pasien mengatakan kalau bangun pagi biasanya jam
7-8 pagi. Pasien mengatakan keinginannya untuk bangun
pagi mau saya bangun jam 2 atau 6 pagi.
Riwayat Pskiatri
Selain diberi peringatan, pasien juga melihat ada orang
yang mengejar-ngejar, ketika ditanya melihat ada orangnya,
pasien menjawab ada, orangnya biasa-biasa saja, bawa
celurit. Pasien mengatakan kalau orangnya Cuma satu. Pasien
mengatakan kalau dia takut. Ketika ditanya kenapa takut,
pasien menjawab tidak tau.
Pasien juga berkata, ibu mertua(dari pihak suami) sering
memberi peringatan kalau kamu sayang sama anak saya,
maksudnya suami saya, saya akan sayang sama anak kamu.
Ketika ditanya bagaimana tentang suaminya, pasien
berkata kalau suaminya baik. Sering disuruh manut sama
suami. Pasien mengatakan kalau dia sayang sama suami.
Pasien pernah ditampar suami 2x, lupa tahunnya kata
pasien. Menurut keterangan pasien, ia dan suami sering
bertengkaar karena kerjaan istri belum beres/belum
menyiapkan makanan, padahal suami sudah lapar. Pasien
juga mengatakan pernah ditendang karena tidak menurut
suami, harus bangun pagi-pagi dan pasien mengatakan
kalau pernah selingkuh dan ketahuan suami.
Pasien juga pernah dipaksa ibu kandungnya sendiri
masuk ke MTA karena katanya bagus pengajiannya,
sampai diseret-seret, itu terjadi ketika sudah menikah,
lupa tahunnya, pasien mengatakan kalau ia mau
dipisahkan oleh orangtua dari suaminya.
Timeline
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat gangguan psikiatri:
6 TSMRS = perubahan perilaku seperti ingin melihat
bulan terus, ada yang mengejar dan ada pocong.
5 TSMRS = paasien ditinggal suami merantau, 6 bulan
tidak diberi kabar, sering bertengkar dengan ibu
kandungnya sendiri sampai pukul-pukul pakai kayu.
4 TSMRS = berteriak, ada yang mengikuti, berkata
jangan dibakar, ada yang mau mencelakai. Berobat di
RSJ Surakarta 2 minggu, minum obat tidak teratur.
1 TSMRS = teriak-teriak, ada bisikan, berobat di RS
Palangka, bisa kerja jualan jamu.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Kondisi medik umum:
Riwayat Kejang (-)

Riwayat Demam Tinggi (-)

Riwayat Trauma Kepala (-)

Riwayat Penyakit Medis Lainnya (-)


Riwayat Gangguan Sebelumnya
Penggunaan zat psikoaktif dan alkohol:
Napza (-)

Alkohol (-)

Merokok (-)

Kopi (+)

Teh (+)
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat pernatal:
Lahir pada tanggal, 3 Januari 1983. Pasien anak pertama
dari 3 bersaudara (saudara kedua sudah meninggal sejak
masih kecil).
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat masa kanak-kanak:
Pasien tinggal dirumah mbah-nya. Juga bersama
ibu dan ayahnya.
Diasuh oleh mbah, orangtua sibuk bekerja.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat masa kanak pertengahan:
TK saat usia 6 tahun

SD usia 7 tahun, pernah tidak naik kelas 3x.

Prestasi biasa-biasa saja, masih tinggal dengan


mbah. Sering diejek teman2nya karena orangnya
gak punya apa-apa.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat masa remaja:
SMP tinggal ikut guru, sambil mengasuh anak guru,

prestasi biasa2 saja. Tidak pernah tinggal kelas.


Lulus SMP, tidak melanjutkan sekolah lagi, karena

tidak ada biaya (Ayah seorang penjual kayu


bakar, ibu penjual sayur).
Belum pernah pacaran.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat dewasa muda :
Saat berhenti sekolah, pasien dijodohkan oleh

orangtua (dengan suami yang sekarang)


Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat pendidikan:
TK : usia 6 tahun
SD : usia tahun, 3x tidak naik kelas
SMP : Selalu naik kelas dan lulus
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat pekerjaan:
Penjual jamu

Riwayat pernikahan:
menikah : lupa tanggalnya, hanya ingat pada tahun
2003.
Dijodohkan orangtua, dan mau sama mau
Memiliki 2 orang anak, laki-laki semua
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat kehidupan beragama:
Islam, jarang kemasjid, jarang sholat.

Riwayat psikoseksual: Riwayat menstruasi pertama


kali pada saat kelas 6 SD. Tidak pernah pacaran.

Riwayat pelanggaran hukum: tidak ada


Genogram
Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini dirawat di RSJ Kalawa Atei
Sebelumnya pasien tinggal di jalan manunggal 1
Palangka Raya
Tinggal dibarak berdua saja bersama suami
Kedua anaknya ikut ibu mertua (ibu dari pihak
suami)
Aktivitas mandi, makan dan bekerja tanpa disuruh.
Persepsi Pasien tentang Dirinya dan
Lingkungannya
Pasien sadar dia sakit, dan harus minum obat
Pasien mengatakan kalau penyebab sakitnya

karena pikiran kacau, karena mikirin anak


yang sedang sekolah, ibu mertua dan ibu
kandung bilang pasien gila
Suami pasien dulunya mendukung
pengobatan, sekarang suaminya mengatakan
kalau suaminya capek.
Status Mental
Deskripsi umum
Penampilan

Perilaku dan aktivitas motorik

Pembicaraan

Sikap terhadap pemeriksa


....Status Mental
Penampilan :
Seorang wanita berusia 34 tahun, duduk
dihadapan pemeriksa. Roman wajah sesuai usia.
Rambut panjang, tidak tersisir tapi terikat,
berwarna hitam. Baju biru lengan pendek dan
celana panjang berwarna biru. Tidak bau. Gigi
tidak kotor, kuku jari tangan dan kaki pendek dan
bersih. Tidak memakai alas kaki.
Perilaku dan aktivitas motorik :
Selama wawancara, pasien dapat duduk tenang dan mau
menatap pemeriksa

Pembicaraan:
Menggunakan bhs. Indonesia, intonasi cukup, artikulasi
jelas, volume cukup, kecepatan cukup, perbendaharaan
kata baik dan respon cukup.

Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif


Status Mental
Kesadaran :
kuantitas = Compos mentis, kualitas = berubah
Orientasi

- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : baik
Mood dan afek

-senang, datar = inapropriate


Status Mental
Proses pikir:
Bentuk pikir : non-realistik

Arus pikir : asosiasi longgar

Isi pikir : waham kejaran


Gangguan persepsi = Halusinasi visual
Kemauan = terganggu : perawatan diri kurang
Fungsi Intelektual
Kemampuan berbahasa: kemampuan berbahasa baik
Daya ingat: jangka panjang dan pendek baik, jangka
sedang terganggu
Daya konsentrasi: baik
Kemampuan membaca dan menulis: baik
Visuospasial: baik
Intelegensi dan daya informasi: baik
Pikiran abstrak: baik
Pikiran kreatif: kurang
Kemampuan menolong diri: kurang
Daya Nilai
Daya nilai sosial: baik
Uji daya nilai: baik
Penilaian realita: kurang
Pengendalian impuls: baik
Tilikan: derajat 4
Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
Pemeriksaan Diagnosis Lebih Lanjut
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 88x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,50C

Pemeriksaan status internus: normal


Pemeriksaan status neorologikus: normal
Formulasi Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan riwayat:
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa
saja = halusinasi visual
Gejala negatif seperti menurunnya kerja sosial dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar
Onset >1bulan

Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam


aspek perilaku pribadi
Maka pasien ini memenuhi kriteria F20 Skizofrenia
menurut PPDGJ III
Pada pasien ini didapatkan gejala yang memenuhi
kriteria umum skizofrenia.
Halusinasi visual

Waham kejaran

Maka berdasarkan PPDGJ III, gejala pada pasien ini


memenuhi kriteria F20.0 Skizofrenia paranoid
Diagnosis Banding
Skizofrenia paranoid (F20.0)
Skizofrenia hebefrenik (F20.1)
Skizofrenia katatonik (F20.2)
Skizofrenia tak terinci (F20.3)
Skizofrenia residual (F20.5)
Evaluasi Multi Aksial
Aksis I:
- F20.0 Skizofrenia paranoid

- Z91.1 ketidak-patuhan terhadap pengobatan

Aksis II: Z03.2 tidak ada diagnosis

Aksis III: Tidak ada

Aksis IV:

- Masalah primary support group (keluarga)

- Masalah pendidikan

- Masalah ekonomi

Aksis V:

GAF High Level Past Year: 90-81


GAF saat ini: 80-71
Formulasi etiologi
Psikologi:
Faktro predisposisi (kecenderungan)
- Kecil diasuh mbah, orangtua sibuk bekerja
- Ayah penjual kayu bakar, ibu penjual sayur

Faktor presipitasi (mempercepat)


- Gejala awal muncul setelah ibu kandung pasien memaksa masuk
pengajian dan ingin memisahkannya dari suami.

Faktor perpetuasi (membuat selalu ada)


- Masalah ekonomi
- Selalu ada saja pertengkaran di dalam keluarga
Prognosis
Yang memperingan :
1. onset lambat (usia 28 tahun)
2. Tidak ada keluarga menderita serupa (+)
3. Respon terapi baik
Yang memperberat : 1. perempuan usia produktif
2. pendidikan rendah
3. pasien tidak patuh minum obat
4. pernah 2 tahun putus obat
5. hubungan antar keluarga kurang harmonis
6. dukungan keluarga kurang
7. masalah ekonomi
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Penatalaksanaan
Farmakologi
Risperidon 2mg (1-0-1)

Non-Farmakoterapi
Edukasi ada pasien :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya

- Harus rutin kontrol berobat setiap bulan

- Minum obat sesuai aturan dokter

- Memotivasi dan memberi semangat supaya tidak putus asa

- Jika keluhan kembali, segera temi dokter


Edukasi pada keluarga:
- Mendukung dalam pengobatan pasien
- Mengawasi minum obat, jangan sampai putus obat
lagi
- Diajak bersosialisasi
Terima Kasih
Diskusi Terapi
Haloperidol 5 mg (1-0-1)
Clozapine 25 mg (0-0-1)
Risperidon 2mg (1-0-1)
Risperidone antipsikotik, antagonis reseptor
serotonin tipe 2(5-HT2), dan pada reseptor
dopamine tipe 2 (D2). Ini merupakan obat pertama
dalam pengobatan skizofrenia.
Clozapine antagonis lemah reseptor D2.
antipsikotik dengan antisedatif untuk mengatasi
keluhan tidur pasien.
Haloperidol obat antipsikosis tipikal.
Memblokade dopamine pada dopamine d2
reseptor. Efektif untuk gejala positif.
Indikasi Pemberian Obat Anti-
Psikosis
1. Adanya hendaya berat dalam RTA (Reality Testing
Ability/kemampuan daya menilai realitas). Dengan adanya
ganguan RTA tersebut, maka akan bermanifestasi berupa
kesadaran diri (awareness) terganggu, daya nilai norma sosial
(judgement) terganggu, dan daya tilikan (insight) terganggu.
2. Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, yang akan
bermanifestasi berupa adanya Gejala Positif dan Gejala
Negatif. Gejala Positif berupa : gangguan asosiasi pikiran
(inkoherensi), isi Pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan
persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan
situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali.Gejala Negatif
berupa : gangguan perasaan (afek tumpul, respon minimal),
gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gannguan
proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan
tidak ada inisiatif, perilaku yangsangant terbatas dan cenderung
menyendiri (abulia)
3. Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari, bermanifestasi seperti tidak mau bekerja,
menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan
rutin
Sindrom Psikosis terbagi menjadi dua bagian,
yaitu sindrom psikosis fungsional dan sindrom
psikosis organik

Sindrom Psikosis Fungsional = skizofrenia, Psikosis


Paranoid, Psikosis afektif, Psikosis reaktif singkat, dll

Sindrom Psikosis Organik = Sindrom delirium,


Dementia, Intoksikasi Alkohol, dll
Pada dasarnya obat anti-psikosis ini dibagi ke
dalam dua golongan besar, yaitu anti-psikosis
tipikal dan anti-psikosis atipikal.
Obat anti psikosis ini dibedakan menjadi dua
golongan, karena terjadi perbedaan mekanisme
kerja yang terjadi pada kedua obat ini. Obat
tipikal hanya bekerja sebagai Dopamine D2
receptor antagonis yaitu mem-blokade Dopamine
pada reseptor pasca-sinaptik neuron di Otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem
Ekstrapiramidal ). Sedanglan Obat yang atipikal,
pada Dopamine D2 Receptor dan Serotonin 5 HT2
Receptor.
Perbedaan yang terjadi tersebut menyebabkan jika
Obat Anti-Psikosis Tipikal lebih efektif untuk
mengobati Gejala Positif saja dan Anti-Psikosis
Atipikal efektif mengobati Gejala Positif dan Negatif,
karena pada atipikal selain bekerja pada
Dopamin D2 Receptor juga bekerja pada Serotonin
5 HT Receptor.
Anti Psikosis Tipikal dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu :
Golongan Phenothiazine yang dibagi 3 golongan -->
1. Rantai Aliphatic : Clorpomazine (largactil), 2. Rantai
Piperazine : Perphenazine (stelazine), Trifluophenazine
(anatensol), 3. Rantai Piperidine : Thioridazine
Golongan Butyrophenone : Haloperidol (haldol,

serenace, dll)
Golongan Diphenyl-butyl-piperidine :Pimozide (Orap)
Anti Psikosis Atipikal dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :
Golongan Benzamide : Supiride (dogmatil)

Golongan Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril),


Olanzapine (zyprexa) Quentiapine (seroquel),
Zotepine (ludopin)

Golongna Benzioxazole : Risperidone (risperidal),


Apiprazole (abilify)
Efek Samping
Efek samping obat anti-psikosis sangat penting kita ketahui, mengingat
pengguanaan oabat ini kemungkinan diberikan dalam jangka
panjang. efek samping dapat berupa :
Sedasi dan Inhibisi Psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun)
Gangguan Otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik
:mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intreokuler yang tinggi, gangguan irama jantung)
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom
parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas)
Gangguan Endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia) metabolik
(jaundice), hematologik (agranulositosis), biasanya pada pemakaian
panjang.
Dalam obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah "optimal
respone with minimal side effects
Efek samping yang terjadi pada setiap pasien biasanya berbeda-
beda, ada pasien yang dapat mentolelir dengan cepat, ada juga
yang lambat dan ada juga pasien yang membutuhkan obat
simtomatis untuk meringan kan penderitaan pasien
Efek samping dapat juga yang "irreversible" : tardive dyskinesia
(gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang,
anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut
menghilang). biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang
(terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping
ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis (non dose
related)
Bila terjadi gejala tersebut : obat anti-psikosis perlahan-laha
dihentikan, bisa dicoba pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h
(dopamine depleting agent), pemberian obat anti parkinson atau I-
dopa dapat memperburuk keadaan. Obat pengganti anti-psikosis
yang paling baik adala Clozapine 50-100 mg/h
Pada pengguanaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara
periodik harus dilakukan pemeriksaan laboratorium : darah rutin,
urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk deteksi dini perubahan
akibat efek samping obat.
Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian
sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri. namun demikian
untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan sebaiknya
dilakukan "lavage lambung" bila obat belum lama dimakan.
Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

1. Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu


2. Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

3. waktu paruh : 12-14 jam (pemberian obat 1-2 x per hari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping obat (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
menggangu kualits hidup

Pemberian dosis pada obat anti psikosis ini dengan cara ;


Mulai dengan "dosis awal" sesuai dengan dosis anjuran yang dinaikan setiap 2-3
hari --> pemberian tersebut dinaikan hingga mencapai "dosis efektif" (mulai timbul
peredaran sindrom psikosis) --> dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan
--> "dosis optimal" --> dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) -->
diturunkan setiap 2 minggu --> "dosis maintenance" --> dipertahankan 6 bulan -
2 tahun (diselingi "drug holiday" 1-2 hari/minggu) --> tapering off (dosis
diturunkan tiap 2-4 minggu) --> stop

Anda mungkin juga menyukai