Anda di halaman 1dari 11

Disusun oleh:

Rahma Anisa
17/419645/PTK/11755
Lidar kependekan dari : Light Detection And Ranging, yang diartikan
sebagai pengenalan obyek dari udara menggunakan sinar (laser) dan
pengukuran jarak dari sensor terhadap obyek yang akan dikenali. Sinar
Laser adalah sinar yang mempunyai gelombang tidak tampak Infrared
yang mempunyai panjang gelombang sekitar 1000 nanometer, karena
spesifikasinya tersebut, maka laser bisa menembus celah dedaunan untuk
mencapai permukaan tanah dan dipantulkan kembali untuk ditangkap
oleh sensor laser, yang dilengkapi oleh pengukur waktu untuk dicatat
beda waktu yang digunakan mulai keluar dari sensor sampai kembali
ditangkap sensor.
Terdapat 4 Komponen Lidar yaitu:

1. Sensor LiDAR
2. GPS (Global Positioning System)
3. IMU (Inertial Measuring Unit)
4. Kamera Digital
1. Sensor LiDAR berfungsi sebagai pemancar sinar laser ke objek dan
merekam kembali gelombang pantulannya setelah mengenai objek
target. Jenis gelombang yang dipancarkan oleh sensor laser adalah
gelombang hijau dan gelombang near infrared/infra merah.

2. GPS merupakan sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang


didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan 3 dimensi serta
informasi mengenai waktu secara kontinyu tanpa bergantung pada
waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan (Abidin, 2006).
Dalam LiDAR GPS Berfungsi untuk menentukan wahana pesawat
terbang/ koordinat laser secara 3 dimensi (XYZ) terhadap suatu sistem
referensi tertentu.
3. IMU pada LiDAR berfungsi sebagai instrumen yang dapat mendeteksi
pergeseran rotasi wahana pesawat terbang terhadap sumbu-sumbu sistem sumbu
terbang. Hal ini dikarenakan ketika proses pengambilan data menggunakan
wahana pesawat terbang akan sulit bagi wahana untuk tetap berada di posisi
idealnya pada jalur terbang. Selain itu IMU mampu mendeteksi perubahan
percepatan pada wahana pesawat udara.

4. Kamera Digital digunakan untuk menghasilkan citra dari area pengukuran


LiDAR. Citra tersebut dapat di-overlay dengan data X,Y,Z hasil pengukuran
LiDAR. Foto digital pada LiDAR juga berguna untuk kontrol kualitas data
LiDAR dan sebagai media untuk penggambaran unsur-unsur planimetrik secara
monoskopik maupun secara stereoskopik 3D seperti jalan, tutupan lahan, sungai
dll.
Airbone LiDAR menggunakan pesawat terbang sebagai wahana
pengumpulan data dari udara. Kemudian Sensor laser pada sistem
LiDAR memancarkan pulsa laser dengan frekuensi tertentu dan akan
menerima kembali pantulannya pada selang waktu tertentu. Ketika
sensor tersebut memancarkan pulsa laser, jarak antar sensor transmitter di
dalam pesawat dan suatu objek di permukaan tanah (berupa titik, gedung,
atau pohon) dapat ditentukan dengan akurat. Jarak antara transmitter dan
target tersebut ditentukan berdasarkan time of travel (tot) yaitu waktu
tempuh sinar laser kembali ke sensor (Fauzi, 2009). Berikut ilustrasi time
of travel:
Sistem LiDAR diintegrasikan dengan 3 komponen utama yaitu: Sensor, IMU, dan GPS
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Pada jalur terbang sensor laser melakukan penyiaman (scanning), sensor tersebut akan
memancarkan sinar laser kepada target kemudian akan dipantulkan kembali ke sensor, saat
penyiaman Digital Camera akan melakukan pemotretan dengan petampalan (overlap) ke
depan searah jalur terbang sebesar 60 % dan ke samping sebesar 30 % tidak boleh terjadi
gap antar foto maupun anatr jalur terbang. Kemudian GPS akan merekam posisi terbang
pada interval waktu tertentu sedangkan orientasinya menggunakan IMU.
LiDAR dapat menghasilkan kerapatan titik (point cloud) 1-9 titik/m2,
hal ini bergantung dari berbagai faktor daintaranya metode akuisisi
(tinggi terbang,jenis konfigurasi sensor dan jenis permukaan), sudut
pandang sensor ke permukaan bumi (field of view). LiDAR dapat
menyajukan keakurasian yang sangat bervariasi akurasi vertikal dalam
range 15-24 cm dan horizontal 30 -64 cm. utnuk mendapatkan
keakurasian tersebut sensor LiDAR diintegrasikan dengan GPS dan IMU
dengan metode tertentu.
Koreksi data GPS diolah secara Post Processing untuk meningkatkan akurasi
data posisi sensor LiDAR. Sedangkan IMU mampu mengukur orientasi
sensor dalam sumbu x,y,z setiap 1/200 detik. Ada beberapa kesalahan
sistematik pada pengukuran LiDAR yang harus dihilangkan yang disebabkan
oleh (BMGS,2006): Kesalahan pengukuran GPS/INS, kesalahan pengukuran
mirror angle laser, kesalahan pengukuran laser range, ketidaksejajaran
sumbu GPS, INS, dan Laser, Kesalahan parameter kalibrasi.

Ketelitian data LiDAR dibedakan menjadi ketelitian horizontal dan vertikal.


Ketelitian vertikal dikuantifikasi dengan melakukan uji ketelitian
menggunakan ground test point. Ground test point berupa titik titik yang
terdistribusi secara acak dietmpat yang datar dan terbuka yang akan disurvei
koordinatnya secara independent menggunakan GPS (RTK) dimana titik
tersebut masuk dalam cakupan wilayah survei LiDAR. Kemudian koordinat
ground test point berdasarkan LiDAR dibandingkan secara statistik dengan
koordinat berdasarkan pengukuran independent. Yang merupakan cara untuk
mengkuantifikasi ketelitian vertikal.
Ketelitian Horizontal dikuantifikasi dengan flight khusus diatas
areal dengan berbagai bangunan yang mempunyai sudut sudut
dan geometri yang jelas seperti: gudang atau pabrik Sehingga,
lokasi titik ujung geometri dari objek tersebut secara horizontal
dapat diidentifikasi dengan jelas dalam point clouds. Posisi
horizontal (x,y) dari sudut bangunan tersebut akan dibandingkan
dengan hasil pengukuran terestris menggunakan software LMS
(LiDAR Mapping Suite).

Ketelitian LiDAR tergantung dari banyak faktor antara lain: faktor


penentuan posisi, yaitu dari GPS base Station di darat, GPS
kinematik di pesawat, serta IMU di alat LiDAR. Semakin besar
point density bukan berarti ketelitian semakin bagus semua
tergantung dari berbagai faktor.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai