Anda di halaman 1dari 142

PEDIATRIC

Jekson Martiar Siahaan, MD


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
DIARE
Diare adalah defekasi encer > 3 x
sehari dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja.
Diare akut adalah diare yang terjadi
sec. Mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.
ETIOLOGI
1. Infeksi
Enteral :
Virus (Rotavirus 50-60 % penyebab diare pada anak, adenovirus,
norwalk)
Bakteri (Shigella, salmonella, E. Coli, Vibrio cholera)
Protozoa (Entamoeba histolica, balntidium coli, giardia lambdia)
Jamur (candida albicans)
Parasit (Ascaris, trichuris, Oxyuris)
Parenteral :
OMA
Sepsis
Ensefalitis
Bronchopneumonia
PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena
terdapat gangguan transport terhadap air
dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme
gangguan tersebut ada 5 kemungkinan :
Diare Osmotik
Diare sekretorik
Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare Eksudatif
Diare Osmotik
Intoleransi makanan
Waktu pengosongan lambung yang cepat
Defisiensi enzim mis : Laktase
Laksan osmotik : Magnesium Sulfat (Garam
inggris)
Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan
elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu :
diare sekretorik aktif
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari
lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke
lumen. Sperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga
mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi
terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari
pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif
Disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada
ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian
tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan
proses peradangan.
Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare jenis ini terdapat pada penyakit
celiac (gluten enteropathy) dan pada
penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini
menimbulkan diare karena adanya
kerusakan di atas vili mukosa usus,
sehingga terjadi gangguan absorpsi
elektrolit dan air
Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)

Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon


iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan
hipertiroidisme. Sindrom karsinoid
sebagian juga disebabkan oleh
hiperperistaltik.
Diare eksudatif

Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit


Crohn, amebiasis, shigellosis,
kampilobacter, yersinia dan infeksi yang
mengenai mukosa menimbulkan
peradangan dan eksudasi cairan serta
mukus.
Berdasarkan ketonusan cairan
Dehidrasi Isotonis
Kehilangan air dan Na dalam proporsi yang sama (Na :
130 150 mEq/L)
Merupakan dehidrasi yang terjadi karena diare
Tanda sangat cepat, haus ekstremitas dingin dan
berkeringat, kesadaran menurun dan muncul gejala
syok hipovolemik
Dehidrasi Hipertonis
Terdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi
kehilangan air lebih banyak (Na >150 mmol/L)
Tanda anak sangat haus,iritabel
Dehidrasi Hipotonis
Terdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi
kehilangan Na lebih banyak (Na < 130 mmol/L)
Tanda anak letargi, kejang
Penilaian dehiidrasi menurut WHO
Penilaian A B C

1. Ku Baik, sadar Gelisa,rewel Lesu,lunglai, tidak


sadar
2. Mata Normal Cekung Sangat cekung
3. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
4. Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
5. Rasa haus Minum biasa,tidak Sangat haus Malas minum,tidak
6. % kehilangan haus 5 10 % bisa minum
BB 24% 10%
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat*
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat


dehidrasi sedang
* > 2 detik
Pembacaan dilakukan dari kanan ke kiri
Disebut dehidrasi berat, dehidrasi ringan
sedang atau tidak ada dehidrasi bila
dikolom masing masing terdapat 2 tanda
atau lebih
Bayi dengan frekuensi B.A.B 5 - 6 x sehari
tetapi konsistensi tinjanya baik, bukan
diare
Penilaian secara klinik derajat dehidrasi
Tanpa Dehidrasi (Text book lain :Dehidrasi
ringan) : Kekurangan cairan 2 4 % dari BB
(kg).
Dehidrasi Ringan Sedang (Dehidrasi
sedang) : Kekurangan cairan 5 10% dari
berat badan (kg) = 75 cc
Dehidrasi Berat : Kekurangan cairan > 10%
dari berat badan (kg) = 100 cc/kg
Jenis dan Cara Pemberian air dan Elektrolit

Fase Rehidrasi
Fase Pemeliharaan
Gembung krn hipokalemi
Fase Rehidrasi
Bertujuan mengganti air dan elektrolit yang
telah hilang atau dengan perkataan lain
memberantas diare
Cairan yang dapat diberikan : Oral (Oralit, ASI,
Cairan rumah tangga seperti larutan garam gula,
air tajin, dll) Intravena (pilihan utama :RL , kalau
tdk ada diberikan Nacl 0.9% RL dengan Dekstrose
5% )
Jumlah air dan elektrolit yang diberi pada fase
rehidrasi bisa ditentukan berdasarkan :
Selisih berat badan sebelum diare dan sewaktu
diare/masuk rumah sakit
Penilaian secara klinik (tergantung derajat dehidrasi)
Fase Pemeliharaan
Mencegah penderita yang telah mengalami rehidrasi,
jangan jatuh kembali ke dalam dehidrasi
Jumlah cairan yang diberikan pada fase pemeliharaan
adalah jumlah cairan yang terus hilang selama diare
masih berlangsung (contunuing loss) ditambah dengan
kebutuhan normal harian (normal loss)
Continuing loss adalah jumlah cairan yang terus hilang
selama mencret masih berlangsung. Paling baik diuukur
dengan menampung tinja (cholera cot)
Dapat memakai pedoman WHO yaitu :
Usia < 2 tahun : 50 100 cc/kali b.a.b atau 500 cc/hari
Usia 2 10 tahun : 100 200 cc/kali b.a.b atau 1000 cc/hari
Jumlah cairan normal dapat dihitung dengan Holliday -
Segar
Holiday segar/24 jam
< 10 kg : 100 cc/kgbb
10 20 : 1000cc + 50 cc x (BB-10)
> 20 kg : 1500 cc + 20 cc x (BB 20 )
Rencana Terapi A
Digunakan untuk tanpa dehidrasi
Tujuan : mencegah jangan timbul dehidrasi
Tindakan yang dilakukan :
Beri bayi lebih banyak minum dari biasa
Beri bayi makanan yang cukup, untuk mencegah malnutrisi
Berikan Zinc 10 20 mg/hari selama 10 14 hari
Usia < 6 bulan = 10 mg sedangkan diatas 6 bulan 20 mg. Gunanya
untuk mengurangi lama, berat dan episode diare
Bayi dikirim ke rumah sakit bila :
Tidak sembuh dalam 3 hari
Diare bertambah
Sering muntah
Kelihatan sangat haus
Menjadi demam
Ada darah dalam tinja
Tidak mau minum atau makan
Plan A
Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB

< 12 bulan 50-100 ml

1 4 tahun 100 200 ml

5 tahun 200 300 ml

Dewasa 300 400 ml

Umur Jumlah oralit yang diberikan


tiap bab
< 2 tahun 50 100 cc/kali b.a.b

> 2 tahun 100 200 cc/kali b.a.b


Rencana Terapi B
Tujuan mengobati dehidrasi ringan sedang
Tindakan yang dilakukan:
Rehidrasi dengan oralit sebanyak 50 100
cc/kgBB ( 75cc/kgBB) dalam masa 4 jam
Pemberian dengan sendok atau pipet jangan
dengan botol susu
CthI tiap 1 2 menit
Bila bayi muntah, tunggu 10 menit dan beri
oralit lebih lambat 2 3 menit
Setelah dehidrasi hilang pindah ke plan
A untuk mencegah dehidrasi
Lanjutan Rencana Terapi B
Tindakan lanjutan :
Bila ada sembab mata, oralit distop dan diganti
dengan ASI atau air putih
Bila setelah 4 jam timbul tanda tanda
dehidrasi berat, bayi harus dihidrasi secara iv
Bila setelah 4 jam, masih ada tanda tanda
dehidrasi ringan sedang ulangi pemberian
oralit seperti di atas.
Rencana Terapi C
Tujuan : mengobati dehidrasi berat
Rehidrasi dengan RL IV = 100 cc/kgBB/3-6
jam.
< 1 tahun : 30 cc/kgBB/1 jam + 70 cc/kgbb/5 jam
> 1 tahun : 30 cc/kgBB/30 menit + 70 cc/kgBB/2
jam
Setelah 3 6 jam nilai kembali :
Tidak dehidrasi Plan A
DRS Plan B
Dehidrasi Berat C
Antimikroba yang Dianjurkan
Diberi utk kolera, disentri basiler, amubiasis dan
giardiasis ataupun ada penyakit penyerta (Sepsis,
pneumonia dll)
Kolera
Tetrasiklin 12.5 mg/kg, 4 x sehari selama 3 hari
Disentri Basiler
Ciprofloksasin 15 mg/kgbb, 2x sehari selama 3 hari
WHO menganjurkan cipro krn byk daerah yang sudah
resisiten dgn terapi standar seperti Kotri, amok, kloram, dll
Tdk boleh diberikan pada anak < 12 tahun dan bumil
Amubiasis
Metro 10 mg/kgbb, 3x sehari selama 5 hari (10 hari kalau penyakit
berat)
Giardiasis
Metro 5 mg/kgbb, 3 x sehari selama 5 hari
Giardiasis
E/ : Gardia Lamblia
Siklus hidupnya terdiri dari 2 bentuk :
Trofozoit
Tampak dari depan Seperti buah pir (pear Shaped)
Dari samping menyerupai sendok
Mempunyai nukleus berpasangan dengan kromosom
sentral di tengahnya, sehingga tampak seperti kacamata
(Spectacled apperance) dan mempunyai 4 pasang flagel

Kista
Bentuk yang paling sering di tinja, bentuk oval, lebih kecil
daripada tropozoid
Manifestasi klinik
Asimtomatis
Diare Akut
Diare, berbau, mual, distensi abdomen,
flatulen, tidak demam, tidak ada darah dalam
tinja
Diare Kronik
Nyeri dan distensi abdomen, tinja berlendir
dan berbau, penurunan berat badan
Bertambahnya ekskresi lemak pada feses,
penurunan karoten serum, absorpsi xilose
yang abnormal dan gambaran malabsorpsi
pada pemeriksaan radiologik sering tidak
spesifik untuk menegakkan diagnosis
Intoleransi karbohidrat terjadi karena
defisiensi laktase
Giardiasis kronik dapat timbul malabsorpsi
lemak, karbohidrat, vitamin B12, Asam folat
dan vitamin A
Diagnosis
Diagnosis Pasti dengan pemeriksaan feses pada
sediaan basah, ditemukannya Trofozoit dalam
feses yang cair
Entero test yakni metode pengambilan sampel
mukus duodenum yang dapat memberikan jawaban
tersangka kuat Giardiasis, mempunyai sensitivitas
lebih besar dibandingkan dengan pemeriksaan
feses namun penatalaksannanya belum
terstandarisasi
Biopsi Jejenum dengan cara endoskopi atau kapsul
Crosby kugler merupakan diagnostik yang paling
sensitif tetapi yang paling mahal dan jarang
tersedia
Pengobatan
DOC : Metro dengan alternatif Furazolidon dan
quinakrin
Metro (Nitronidazol) 10 15 mg/KgBB/hari (maks 75)
per oral, dibagi 3 dosis, selama 5 10 hari
Furazolidon 5 8 mg/kgBB/hari (maksimum 400 mg)
per oral, dibagi 4 dosis, selama 10 hari. Jangan
diberikan pada bayi < 1 bulan karena dapat
menyebabkan anemia hemolitik. Terdapat dalam
bentuk suspensi 50 mg/15 ml dan tab 100 mg
Inakrin : 6 mg/kgBB/hari (maksimal 300 mg)
diberikan per oral, dibagi 3 dosis selama 7 10 hari
Disentri
Membedakan disentri amuba dengan
disentri basiler (Shigelosis) secara klinis
pada amubiasis gejala umum sering tidak
ada, sering tidak ditemukan demam
Amubiasis
Terjadi dalam 2 minggu infeksi atau tertunda
selama beberapa bulan
Timbulnya penyakit perlahan lahan denga rasa
nyeri (kolik) pada abdomen dan pergerakan usus
yang sering (6-8 pergerakan/24 jam)
Sering disertai tenesmus
Fese berdarah dan mukos dengan beberapa
leukosit
Pada 1/3 kasus menyerupai disentri basiler
ditandai dengan demam tinggi, mengigil dan diare
berat
Diagnosis
Diagnosis pasti ditentukan dengan adanya
trofozoit atau kista di dalam feses atau
trofozoit di dalam pus hasil aspirasi atau
dalam sedimen jaringan. TRPMED hl 442
Pengobatan
Infeksi Usus Asimtomatis
Diloksanid furoat (furamid) 7 10 mg/kgbb/hr
selama 3 dosis atau iodokuinol (diiodohidroksi
kuinin) 10 mg/kgbb 3 dosis selama 7 10 hr
Infeksi Usus Ringan Sampai Sedang
Metro 15 mg/kgbb dalm 3 dosis, selama 10 hari
Infeksi Usus Berat dan Abses Amuba Hati
Metro 50 mg/kgbb/hr dalam 3 dosis, per oral
atau iv, selama 10 hr, atau dehidroemetin 0.5
1 mg/kgbb/hr dlm 2 dosis im selama 5 hari,
mak 90 mg/hr
Shigelosis
Khas adalah nyeri abdomen berat, demam tinggi,
muntah, anoreksia, toksisitas menyeluruh,
mendadak ingin buang air besar, dan terjadi nyeri
defekasi
Diare berair dan banyak mulanya, berkembang
menjadi sering sedikit - sedikit, tinja lendir dan
darah
Tanda2 neurologis : kejang, nyeri kepala, lesu,
bigung, kaku kuduk, atau halusinasi mungkin ada
sebelum atau sesudah diare
PF : Kembung, nyeri, suara usus hiperaktif, dan
nyeri rektum pada pemeiksaan digital. Nelson 974
-5
Diagnosis
Adanya leukosit di tinja dan adanya
leukositosis darah perifer dengan
pergeseran ke kiri (netrophil pita lbh byk
dari segmen)
Pemeriksaan tinja didapatkan basil atau
biakan
Bauer membuat diagnosis denga
pemeriksaan tinja yang diwarnai eosin,
bila ditemukan leukosit serta eritrosit >
5/LPB maka ini sangat menyokong dx
Daftar Pustaka Diare
Sinuhaji, Atan Baas. Prof. dr. SpA(K).
(2010).All About Pediatric dan Obgyn. IDI
Medan
Suraatmaja, Sudaryat. Prof. dr. SpA(K).
Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta : Sagung Seto
TROPMED ANAK UI
Terapi Malaria pada anak
Untuk pemakaian obat golongan artemisin
harus dibuktikan malaria positif,
sedangkan bila hanya klinis malaria
digunakan obat non ACT
Pengobatan malaria dibagi atas malaria
ringan (tanpa komplikasi) dan malaria
berat disertai Komplikasi
Malaria Ringan
Klorokuin basa diberikan total 25 mg/kgbb selama 3 hr.
Hr I : 10 mg/kgbb (maksimal 600 mg basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10
mg/kgbb (mak 600 mg basa) dan 5 mg/kgbb pada 24 jam (mak 300 mg) atau
Hr I dan II 10 mg/kgbb dan hr ke III 5 mg/kgbb
Pada malaria tropikana ditambahkan primakuin 0.75 mg/kgbb, 1 hari. Pada
malaria tersiana ditambahkan primakuin 0.25 mg/kgbb, 14 hr
Bila dengan terapi diatas, pada hr ke IV masih demam atau hr VIII masih
dijumpai parasit dalam darah diberikan :
Kina Sulfat 30 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis, selama 7 hari atau
Fansidar atau suldox dengan dasar piritamin 1 1.5 mg/kgbb atau
sulfadoksin 20 30 mg/kgbb single dose (usia diatas 6 bulan). Obat ini tidak
digunakan pada malaria tertiana
Bila dengan pengobatan diatas pada hari ke IV masih demam atau hari
ke VIII masih dijumpai parasit diberikan :
Tetrasiklin HCL 50 mg/kgbb/x, sehari 4 x selama 7 hr + fansidar/suldox bila
sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2a
Tetrasikin HCL+ Kina sulfat bila sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2b.
Dosis kina dan Fansidar/Suldox sesuai butir 2a dan 2b (tera diberi hanya pada umur 8
thn atau lebih)
Artemisin Based Combination
Therapy (ACT)
Yang tersedia di Indonesia adalah
kombinasi Artesunat + Amodiakuin dengan
nama dagang Artesdiaquine atau
Artesumoon
Dosis Artesdiaquine merupakan gabungan
artesunat 2 mg/kgbb sekali sehari selama
3 hari, utk hr I diberi 2 dosis dan
Amodiakuin Hr I dan II 10 mg/kgbb dan Hr III
5 mg/kgbb
Malaria Berat
Kina (Koina Hcl/ Kinin Antipirin)
Dosis 10 mg/kgbb/x dilarutkan dalam 100 200 ml infus Nacl
fis, atau cairan 2a atau dex 5% dan diberikan selama 4 jam, 3
kali sehari selama pasien belum sadar (mak 3 hr), bila pasien
telah sadar (walupun blm 3 hr) kina dilanjutkan per oral hingga
total iv + oral selama 7 hr. Kl tak dapat diberikan secara iv,
maka dapat diberikan secara im berupa kina HCL atau kina
antipirin dengan pengenceran 4x lipat pada paha kiri dan
kanan

Kinidin
Diberikan bila tidak tersedia kina, dengan cara pemberian
sama dengan kina tetapi dosisnya adalah 7.5 mg basa/kgbb/x
Derivat Artemisin
Artesunat
Diberikan iv atau im dengan dosis 2.4 mg/kgbb/x selama 3 hari. Hr I 2
dosis, selanjutnya diberi oral 2 mg/kgbb/hari sekali sehari sampai
total 7 hari utk seluruh pengobatan.
Dapat dikombinasikan denagn tetrasiklin/doksisiklin selama 7 hari
untuk anak > 7 tahun atau dengan klindamisin 5 mg/kgbb selama 7
hari

Artemeter
Artemeter dalam larutan minyak diberi im. Dosis 1.6
mg/kgbb sehari selama 6 hari, untuk hari pertama
diberi 2 dosis
Kejang Demam
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 0C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium
KD terjadi pada 2 4% anak berumur 6 5 tahun
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain, misalnya Infeksi SSP, atau Epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam
Kejang disertai demam pada bayi kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam
Klasifikasi

Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)


Kejang < 15 menit
Kejang umum tonik dan atau klonik
Kejang tidak berulang dalam 24 jam
KDS merupakan 80% di antara seluruh kejang demam
Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang lama > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari1 kali dalam 24 jam
Lab
Tidak rutin dilakukan
Hanya utk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain
misalna gsatroenteritis dehidrasi disertai
demam
Cek Darah perifer, Elektrolit, gula darah
Faktor Resiko Berulangnya KD
Riwayat KD dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Faktor Resiko terjadinya Epilepsi
Kelainan neurologis atau perkembangan
yang jelas sebelum kejang demam
pertama
KDK
Riwayat Epilepsi pada orangtua atau
saudara kandung
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat
dicegah dengan pemberian obat rumatan pada
KD
Konsensus Penatalaksanaan KD
Pemberian Obat saat Demam
Antipiretik
PCT 10 15 mg/x sampai 4 x tidak boleh lebih 5
kali
Ibuprofen 5 10 mg/kg/x, 3 4 x sehari
Antikonvulsan
Diazepam oral dosis 0.3 mg/kg setiap 8 jam
Atau Diazepam rektal 0.5 mg/kg setiap 8 jam
pada suhu < 38.5 oC. Dosis tsb dapat
menyebabkan ataksia, iritabel atau sedasi
Pemberian Pengobatan Rumatan
Kejang lama > 15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd,
Cerebral Palsy, retardasi Mental, Hidrosefalus
Kejang fokal
Obat pilihan Valproat acid 15 40 mg/kg/hari dalam 2
3 dosis. Fenobarbital 3 4 mg/kg per hari dalam 1 2
dosis
Lama Pengobatan1 tahun sampai bebas kejang,
kemudian dihentikan bertahap selama 1 2 bulan
APGAR SCORE
Klinis 0 1 2
Detak Jantung Tidak ada < 100/menit 100/menit

Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Tangis kuat

Refleks waktu jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


napas dibersihkan

Tonus Tidak ada Fleksi Fleksi kuat gerak


ekstremitas aktif
(lemas)

Warna Kulit Tidak ada Tubuh merah Merah seluruh


ekstremitas biru tubuh
Interpretasi
0 3 Asfiksia berat
4 7 Asfiksia sedang
7 10 Normal
Bila skor APGAR 5 menit masih kurang dari
7, penilaian dilanjutkan setiap 5 menit,
sampai skor mencapai 7
Refluks Gastro Esofageal (RGE)
Adalah suatu keadaan dimana terjadi disfungsi
sfinger esofagus bagian bawah sehingga
menyebabkan regurgitasi isi lambung kedalam
esofagus.
Gejala klinis:
Muntah tidak proyektil(bila bayi ditidurkan setelah diberi makan)
Inf. Paru berulang tanpa adanya gejala muntah yang menonjol
Bila pH isi almbung < 4 sering terjadi esofagitis, kemudian
menimbulkan striktura dengan gejala disfagia, atau perdarahan
pada esofagus (muntahan berisi darah)
Gagal tumbuh kembang(failure to thrive)
Perdarahan pada mukosa esofagus bagian distal terjadi karena
asam lambung
Pada RGE berat sering terjadi gerakan mengangguk (head cocking),
anemia def. Fe (sindroma sandifer)
Kriteria Untuk Menguatkan Hubungan RGE Dengan Penyakit Paru

Adanya serangan apnea


Pneumonia berulang
Batuk pada malam hari
Wheezing berulang
Muntah sering pada malam hari
Pemeriksaan Penunjang

Flouroskopi
Memeriksa pH esofagus
Radio Nuclide Gastro Esofagosgrafi
Biopsi esofagus
Keterlambatan waktu pengosongan
lambung
DD
Hiatus Hernia
Akhalasia
Stenosis Pilorus Hipertrofi Kongenital
Obstruksi/Atresia Duodenum
Mekonium Ileus
Penanganan
Non Farmakologi:
ASI dan Susu Formula
Cara memberinya :
Bayi hanya menetek pada satu payudara sampai habis
Biarkan bayi terus mengisap (Walo payudara telah kosong) sampai bayi
tertidur. Selama bayi menghisap, gerakan lidah merupakan trigger untuk
kontraksi lambung sehingga reflux tdk terjadi
Setelah menyusui, bayi jangan langsung ditidurkan. Bayi baru ditidurkan
dengan posisi kepala lebih tinggi dan miring ke sebelah kiri, paling cepat jam
setelah menyusu
Farmakologi
Umur 6 minggu 6 bulan : Ranitidin 5 mg/kgbb, 2 x sehari diberi 2 jam setelah
makan karena makanan dapat mensupresi asam diatas 4 selama 2 jam
6 bulan 13 tahun 8 mg/kg/hari
PPI : Omeprasol 0.7 3.5 mg/kg/hari selama 8 minggu, Lanso 1.3 1.5
mg/kgbb/hr selama 12 minggu
Hiatus Hernia
Adalah suatu kelainan yang terjadi sejak masa janin,
dimana terjadi insufisiensi kardia(inkompotensi kardia)
Gejala :
Muntah bercampur lendir keputihan, kadang bercampur darah
Muntah tidak eksplosif walopun dapat terjadi muntah terus
menerus
Tidak ditemukan pemebsaran perut, dan pola defekasi normal
Dx pasti: secara radiologis yi memasukkan kontras dari esofagus
ke dalam gaster
Terapi :konservatif;
Menjaga posisi bayi selalu dalam keadaan setengah duduk
Pemberian antasida dan juga pemberian makanan padat
Bila konservatif gagal dan ditemukan gangguan tum-bang->
op.(gastrospeksi dan fundoplikasi)
Akhalasia
Adalah suatu keadaan dimana relaksasi
sfingter esofagus bagian bawah (terminal)
pada waktu menelan berkurang,
mengakibatkan obstruksi relatif yang akan
diperburuk dengan berkurangnya
gelombang gelombang peristaltik di dalam
esofagus
Etiol : blm diketahui. Pada dewasa
diperkirakan karena trauma dan psikis
Gejala Klinis
Kesulitan menelan
Muntah susu setelah minum
Batuk batuk akibat aspirasi cairan ke trakea
Pneumonia aspirasi
Gagal tumbuh
Anak lebih besar mengeluhkan adanya nyeri dada
dan rasa panas
Swenson menjelaskan adanya partikel makanan
pada bantal anak anak pada pagi hari bisa
memberi petunjuk adanya akhalasia
Dx
Anamnesa
Barium per oral
Adanya dilatasi esofagus bagian atas dan pengecilan esofagus
bagian bawah berupa garis sebelum menembus diafragma
Foto thoraks
Dilatasi esofagus dengan adanya batas udara - cairan
Endoskopi
Bermanfaat untuk menyingkirkan keganasan yang mendasari,
tetapi hanya terbatas memberi informasi ttg motilitas esofagus
Manometri esofageal (Cara terbaik)
Gagal relaksasi spinkter esofagus bagian bawah dan peningkatan
spinkter oleh karena tidak adanya peristaltik esofagus
Penatalaksanaan
Pada anak tidak dianjurkan dilatasi
pneumatik karena perlu dikerjakan
berulang ulang dalam narkose umum dan
sering terjadi perforasi total.
Kardiomiotomi cara Heller
Stenosis Piloris Hipertropi kongenital

Adalah hipertropi dari otot sirkuler pilorus yang


menyebabkan obstruksi kanalis pilorus
Muntah proyekti seperti kopi tanpa ada garam empedu
Setelah muntah biasanya lapar dan mau makan lagi
Dehidrasi (+)
Patognomonis adalah teraba masa yang mobil di pilorus
seperti buah zaitun pada saat ada peristaltik lambung
dari kiri atas abdomen ke arah kanan atas, yang biasanya
terjadi segera setelah pemberian makanan atau tepat
sebelum muntah terjadi
Dx
Anamnesa
USG untuk melihat penebalan (> 4 mm) dan pemanjangan
> 19 mm dari otot pilorus
Barium per oral dengan temuan karakteristik berupa
pemanjangan dan penyempitan kanalis pilorus serta blok
parsial kanalis oleh penebalan mukosa, atau tampak
kontras tipis melalui kanalis pilorus membentuk
gambaran seperti buntut tikus, atau string sign
ditambah gambaran seperti payung akibat lengkungan
kontras di duodenum dengan masa otot di pilorus
Penatalaksanaan
Piloromiotomi secara Fredert Ramstedt
bila status hidrasi baik, tanpa gangguan
metabolik dan elektrolit
Bila operasi tidak mungkin dilakukan,
penderita diberi makan sedikit sedikit
tapi sering serta dikentalkan dengan padi
padian, posisi duduk selama 1 jam
setelah makan, sedatif, antikolinergik dan
cairan parenteral sesuai kebutuhan
Trisomi 21 (Sindrom Down)
Fisura palpebra miring ke atas (upslanting palpebral
fissure)
Hidung pesek
Hipotonia
Kulit leher longgar
Oksiput datar (brakisefalia)
Garis simian
Kelingking bengkok (Klinodaktil)
Jarak yang lebar antara jari kaki 1 dan 2
Retardasi mental merupakan komplikasi yang serius, IQ
biasanya kurang < 50%
Penderita laki laki jarang mendapatkan keturunan
namun penderita wanita (+) dengan kejadian ulang 50%
DOWN SYNDROME
Trisomi 18 (Sindrom Edward)
Lebih banyak bayi perempuan karena abortus
lebih banyak pada bayi laki laki
BBLR
Oksiput Prominen
Dagu kecil
Telinga abnormal dan letak rendah
Tangan mengepal dengan ibu jari menumpang
pada jari ketiga dan kelingking menumpang pada
jari ke 4 (clenched hands)
Rockerbottom feet
Sternum pendek
Trisomi 18
Trisomi 13 (Sindrome patau)
Hipotelorisme
Holoprosensefali
Mikroftalmia
Celah bibir Dan langit langit
Telin ga abnormal
Defek pada kulit kepala
Kulit longgar pada tengkuk
Clenched hand
Garis Simian
Polidaktil
Tumit prominen
Patau Sindrome
Sindrome Turner (45,x)

Gambaran kulit berlebih pada leher


Limfedema perifer
Tubuh pendek
Amenoroe primer
Dada lebar dengan kesan jarak antara
putting susu lebar
Sindrom Turner
sindrom klinefelter
Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada
laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan
kromosom.
Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa
XY, namun penderita sindrom klinefelter
umumnya memiliki kromosom seks XXY.
Penderita sindrom klinefelter akan
mengalami infertilitas, keterbelakangan mental,
dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang
diantaranya berupa Ginekomastia
Gejala Klinis
cenderung memiliki kecerdasan
intelektual IQ di bawah rata-rata anak
normal
kepribadian yang kikuk, pemalu,
kepercayaan diri yang rendah, ataupun
aktivitas yang dilakukan dibawah level
rata-rata (hipoaktivitas). Pada sebagian
penderita sindrom ini juga terjadi autisme.
Testis yang kecil dan aspermatogenesis
(kegagalan memproduksi sperma)
Klinifelter Syndrome
Termoregulasi
Kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas
dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh
dalam keadaan normal, kemampuan ini sangatlah terbatas
pada BBL
Suhu normal BBL 36.0 36.5 0 C. Suhu basal tubuh (rektal)
antara 36.5 37.5 o C Suhu aksilar bisa 0.5 1.0 o C lebih
rendah dari suhu rektal. Suhu tubuh normal terjadi jika ada
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas
Hipotermia pada BBL adalah suhu dibawah 36.5 oC :
Hipotermia Ringan (Cold Stress) yaitu suhu antara 36 36.5 o C
Hipotermia sedang yaitu suhu antara 32 36 o C
Hipotermia Berat yaitu suhu < 32 o C
Hipertermia : > 37.5 o C, hal ini akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi, peningkatan rata rata metabolisme tubuh
dan peningkatan kehilangan cairan tubuh
Asfiksia dan Resusitasi BBL
APGAR SKORE
Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100/i >100/i

Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Tangis kuat

Refleks waktu jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


napas diberikan

Tonus Lunglai Fleksi Fleksi kuat gerak


ekstemitas(lemas) aktif
Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah,ekst. Merah seluruh
Biru tubuh

0-3 asfiksia berat. 4 7 asfiksia sedang. 7 10 normal


Kompresi Dada
Indikasi :
Bila HR < 60 x/I walaupun sudah dilakukan
ventilasi positif yang efektif dengan
oksingen tambahan selama 30 detik
Kompresi dada dan ventilasi harus
dilakukan secara sinkron dengan ratio 3 : 1
yaitu 90 kompresi dan inflasi untuk
mencapai 120 kegiatan tiap satu menit
Kwashiorkor
Energi cukup namun kekurangan protein Ingat Kuah
Penampilan seperti anak yang gemuk (suger baby)
Edema kata kunci (tu pd dorsum pedis)
Atrofi otot
Ggn. Sistem gastrointestinal
Perubahan rambutsigna de bendera
Perubahan kulitcrazy pavement dermatosis(bercak
muda yang meluas dan berubah warnacoklat
kehitaman dan terkelupas
Pembesaran hati
Anemia
Marasmus
Penampakan wajah spt org lanjut usia (Old man face)
Perubahan mental
Kulit kering, dingin dan mengendur
Rambut kering, tipis dan mudah rontok
Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit
berkurang
Otot mengalami atrofi sehingga tlg terlihat jelas (tlg
terbungkus kulit)
Sering diare atau konstipasi
Kadang tdp bradikari
Tekanan darah <<< dibanding anak sebaya
Kdng frek. Pernapasan menurun
Perut cekung
Maramus kwashiorkor
Gejala menunjukan kombinasi campuran
dari jenis marasmik dan kwashiorkor
10 langkah penting yaitu
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Kebutuhan Gizi Menurut fase Pemberian Makanan

Zat gizi Stabilisasi Fase transisi rehabilitas

1. Energi 100 kkal/kgbb/hr 150kkal/kgbb/ 150-200


hr kkal/kgbb/hr

2. Protein 1-1.5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g /kgbb/hr

3. Cairan 130 ML/kgbb/hr 150 150-


Atau 100 ml/kgbb/hr 200ml/kgbb/hr
ML/kgbbbila edema
Dosis dan Cara Pemberian kapsul Vit. A dosis tunggal

Kel. Dosis Pemberia Ket.


Sasaran n (x/thn)

Anak 200.000 2 Februari


balita S1 dan
agustus
Ibu nifas 200.000 1
S1
Morbili
Sinonim : Campak, Measles dan Rubeola
Etiologi : Virus campak
Gambaran patologi yang karekteristik ialah
distribusi yang luas dari multinucleated
giant cell akibat fusi sel sel
Termasuk penyakit self limiting disease
Manifestasi Klinik
3 stadium :
Stadium Kataral (Prodormal)
Berlangsung 4 -5 hr. Gejala menyerupai influenza. Gejala khas (patognomonik); bercak
koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam setelah sebelum timbul enantema.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi o/ eritema dan
berlokasi di mukosa bukalis berhadapan dgn molar bawah
Stadium erupsi
Ruam eritematosa berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu
Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Ruam mencapai anggota bawah pd hr ketiga dan
menghilang sesuai ururtan terjadinya
Pembesaran KGB mandibula dan leher bagian belakang, spelomegali, diare dan muntah
Variasi lain adalah black measles, yi morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut,
hidung dan traktus disgestivus.
Std konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lbh tua (hiperpigmentasi)yang
lama kelamaan akan hilang sendiri
Patognomonik : bekas hiperpigmentasi dan bersisik
Suhu me sampai normal kec. Bila ada komplikasi
Pengobatan
Merupakan suatu penyakit self limiting sehingga
pengobatannya hanya bersifat simtomatis, yaitu :
Memperbaiki KU
Antipiretika bila suhu tubuh tinggi (PCT 10 -15 mg/kgbb)
Sedativum
Obat batuk
Vitamin A :
< 6 bulan : 50.000 IU/hari 2 hari
6 11 bulan : 100.000 IU/hari 2 hari
> 12 bulan : 200.000 IU/hari 2 hari
Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder
K.S dosis tinggi bila mengalami ensefalitis, berikan
hidrokortison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari dan
prednisolon 2 mg/kgbb selama 1 minggu
Indikasi Masuk Rumah Sakit yang Dianjurkan

Bercak/eksantema merah kehitaman yang


menimbulkan deskuamasi dengan skuama
yang lebar dan tebal
Suara parau, terutama disertai tanda
penyumbatan seperti laringitis dan
pneumonia
Dehidrasi berat
Kejang dengan kesadaran menurun
PEM berat
Pencegahan
Imunisasi pasif diberi umur 9 bulan tetapi ada ahli yang
berpendapat memberikan booster pada usia 15 bulan (MMR),
cakupan imunitas > 90%
Vaksin campak tidak boleh diberikan bila :
Menderita infeksi saluran napas akut atau infeksi akut lainnya yang
disertai dengan demam > 38 o C
Riwayat kejang demam
Defisiensi imunologik
Sedang mendapat pengobatan KS dan imunosupresif
E. S Imunisasi :
Hiperpireksi
Gejala Infeksi saluran pernapasan bagian atas
Morbili form rash
Kejang demam
Ensefalitis
Demam
Rubella (German Measles)
Etiologi RNA virus, genus Rubivirus.
Transmisi melalui droplet
Manifestasi klinis :
M.I : 14 21 hari
Masa Prodormal
Pada anak Erupsi biasanya timbul tanpa ada gejala prodormal
Forschheimer spot yaitu makula atau petekia pada palatum molle, bisa
saling merengkuh sampai seluruh permukaan faucia
Pembesaran KGB bisa timbul 5 7 hari sebelum timbul eksantema, khas
mengenai kelenjar suboksipital, postaurikuler dan servikal, dan disertai nyeri
tekan
Masa Eksantema
Eksantema mulai retroaurikluer atau pada muka dengan cepat meluas secara
kraniokaudal ke bagian tubuh yang lain dari tubuh
Hr kedua eksantema di wajah hilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke- 4
di anggota gerak
Eksantema Subitum
Sinonim : Roseola infantum, Sixth disease, the
rose rash of infants dan pseudorubella
Etiologi HHV 6 (human herpesvirus 6)
Manifetasi kllinik :
Demam tinggi sampai 39.4 o C 41.2 o C
Limfadenopati servikal tetapi yang apling
utama adalah munculnya limfadenopatib di
oksipital posterior pada 3 hari pertama
infeksi, disertai eksantema (Nagayanas
spots) pada palatum molle dan uvula
Dx
Demam menurun pada hari ke 3 4, saat
temperatur kembali normal, timbul erupsi
makula dan makulopapular di seluruh tubuh
Ruam dimulai dari dada yang menyebar ke
lengan dan leher serta sedikit mengenai
muka dan kaki
Lab : Leukositosis
Terapi : simtomatis
Varisela Anak
Asiklovir 80 mg/kgbb/hari per oral, terbagi
dalam 5 dosis selama 5 hari atau 500
mg/m2 IV tiap 8 jam selama 7 hari
Dan vidarabin 10 mg/kgbb selama 5 hari
Anak yang mendapat terapi asiklovir
disarankan harus mendapat cukup hidrasi
karena asiklovir dapat mengkristal pada
tubulus renal bila diberikan pada individu
yang dehidrasi
Parotitis Epidemika
Sinonim : (GONDONG, MUMPS)
Peningkatan enzim amilase serum
DEF :
Peny. Akut, menular dengan gejala khas pembesaran kel. Ludah
terutama kel. Parotis
Etiologi :
Paromyxovirus
Penyebaran virus dgn kontak lgs, percikan ludah, bahan muntah,
mungkin dengan urin
Gx klinis ;
Gejala prodormal 1 2 hr berupa demam, anoreksia, sakit kepala,
muntah dan nyeri ototpembengkakan nyeri spontan maupun pada
perabaan, terlebih bila ,makan atau minum asamkhas
Di daerah parotis, kulit tampak merah kecoklatan, nyeri pada
tekanan, bagian bawah daun telinga terangkat ke atas.
Kadang-kadang ada trimus dan disfagia, kel submandibularis dan
sublingualis dpt teraba
Penatalaksanaan
Terapi :
Simtomatik :
Kompres demam atau dingin
Analgetik
Diet makan cair atau lunak tergantung kemampuan
menelan
K. steroid 2 4 hr
Gamma glubolin bila ada orkitis
PERMEN KARET
Demam Tifoid
Etiologi : Salmonella typhi
Bakteri gram (-), flagel (+), tidak membentuk spora,
fakultatif anaerob
Mempunyai antigen somatik (O), Flagelar antigen (H) dan
envelope antigen (K/Vi)
Diagnosa pasti ditegakkan melalui isolasi S. typhi dari
darah
Kultur Darah (+) pada hari minggu pertama perjalanan
penyakit
Biakan feses dan urine (+) biasanya pada minggu kedua
dan ketiga.
Sumsum tulang paling baik karena tidak dipengaruhi
waktu pengambilan ataupun pemberian antibiotika
sebelumnya
Widal Test
Titer O agllutinin sekali periksa 1/200
atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4
x maka diagnosa tifoid adapat diregakkan
Aglutinin H banyak dikaitkan ddengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau
Vi antigen dipakai untuk mendeteksi carier
Penatalaksanaan
DOC Chloramfenicol 100mg/kgbb/hari dalam 4 x
pemberian selama 10 14 hari atau sampai 5 7
hari setelah demam turun
Bila disertai malnutrisi diperpanjang sampai 21
hari, 4 6 minggu untuk osteomielitis akut, dan 4
minggu untuk meningitis
Ampisilin 200 mg/kgbb/hari dalam 4 hari IV
Amok 100 mg/Kgbb dibagi dalam 4 kali per oral
Tifoid berat (delirium, obtundasi, stupor, koma
dan shock) dexa iv 3 mg/kg diberikan dalam 30
menit untuk dosis awal, dilanjutkan dengan 1
mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam
Tatalaksana DBD ANAK
Etiologi : Virus dengue termasuk group B arthropo borne virus (arbovirus),
genus flavivirus dan mempunyai 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan
DEN 4.
Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis.
Patogenesis :
Hipotesis infeksi sekender
Hipotesis virulensi virus
Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut terjadi :
1. Aktivasi sitem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktoksin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan
plasma dari ruang intravaskulee ke ekstravaskuler (plasma leakage)
2. Agregasi trombosit sehingga jumlah trombosit menurun
3. Kerusakan sel endotel pembuluh adrah yang merangsang/mengaktivasi faktor
pembekuan
Ketiga faktor tersebut menyebabkan :
Peningkatan permeabiliats kapiler sehingga mengakibatkan perembesan
plasma, hipovolemia dan syok
Kelainan hemostasis sehingga menyebabkan perdarahan hebat
Spektrum
Klinis Manifestasi Klinis
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
DD Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri
perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, hematuri.
Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
DBD Hari ke 4-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
Akral dingin, capillary refill turun.
SSD Diuresis turun, hingga anuria.
Keterangan tabel:
Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan
terutama perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi,
hipovolemia dan syok.
Uji torniquet positif : terdapat 10 20 atau lebih petekiae
dalam diameter 2,8 cm (1 inchi persegi) di lengan bawah
bagian depan (volar) dan pada lipatan siku (fossa cubiti).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah :
Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit.
Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam,
trombosit, AGD, kadar elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT,
protein serum, PT dan APTT.
DIAGNOSIS
Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang sesuai tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda
perembesan plasma (hemokonsentrasi, hipovolemia, dan syok).
Sedangkan diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO
sebagai berikut:
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.
Hepatomegali.
Syok
Kriteri laboratoris
Trombositopenia (trombosit =100.000 mm3)
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit =20% menurut standar umur dan
jenis kelamin)
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria klinis
pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Derajat DBD
Derajat Penyakit Kriteria
Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
DBD derajat I manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau
DBD derajat II perdarahan lain.

Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan


nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar
DBD derajat III mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.

Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan


DBD derajat IV tekanan darah tidak dapat diukur.
KOMPLIKASI DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat
namun anak dapat mengeluh lemah/lelah
(fatigue) saat fase pemulihan.
Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD
yaitu ensefalopati dengue, gagal ginjal
akut, atau udem paru akut.
PENATALAKSANAAN
Demam Dengue
Medikamentosa:
Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 15 mg/kg BB/kali,
3 kali/hari. Tidak dianjurkan pemberian asam
asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Edukasi orang tua:
Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.
Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus
buah, atau sup. Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.
Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari
saat suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD
dan DBD, sehingga orang tua perlu waspada.
Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah
terus menerus, tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul
perdarahan.
Kriteria Rawat Inap Dan Memulangkan
Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien
Ada kedaruratan:
Syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kesadaran turun Tidak demam selama 24 jam tanpa
Muntah darah antipiretik
Berak hitam Nafsu makan membaik
Hematokrit cenderung meningkat Secara klinis tampak perbaikan
setelah 2 kali pemeriksaan berturut- Hematokrit stabil
turut Tiga hari setelah syok teratasi
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = Trombosit > 50.000/uL
20%) Tidak dijumpai distres pernafasan
BRONKIOLITIS
Terjadi < 2 Tahun Dgn Insidensi Tertinggi 6 bulan
Etiologi : RSV (Respiratory Sintitial virus)
Gx klinis ;
Didahului ISPA dgn batuk pilek
Tanpa demam atau hanya subfesis
Ekspirasi memanjang, mengi
Terapi :
O2 1-2 L/i
IVFD
Bronkiolitis community base
Ampi 100 mg/kgbb/hr dlm 4x pemberian
Kloramferikal 75 mg/kgbb/hr dalam 4 x pemberian
Bronkiolitis hospital base
Sefo 100 mg/kgbb/hr 1x pemberian
Ami 10-15 mg/hr2x pembrian
PNEUMONIA
TRIAS :
Demam
Sesak (PCH)
Ronchi basah
Kriteria WHO : Retraksi dan napas cepat (Kapsel 467)
Terapi :
O2 1-2 L/i
Untuk kasus pneumonia community base;
Ampi 100 mg/kgbb/hr 4 x pemberian
Kloramfenikel 75 mg/kgbb/hr dlm 4 x pemberian
Utk kasus pneumonia hospital base
Sefotaksim 100 mg/kgbb/hr dlm 2x pemberian
Amikasin 10-15 mg/kgbb/hr dlm 2x pemberian
TUBERKULOSIS
Tanda /GX :
GX umum/non spesifik TB anak adalah:
BB turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan
gizi
Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik sec. Adekuat(failure to
thrive)
Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malariaa atau inf
sal. Nafas akut, dapat disertai keringat malam)
Pembesaran kel. Limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
Batuk lama lebih dari 30 hari
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrufuloderma;TB
tulang dan sendi(gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis
dengan gejala Iritabel, kaku kuduk, muntah, dan kesadaran menurun;
TB mata(conjungtivitis fliktenularis, tuberkel, karoid,dll)
Uji tuberkulin
Pembacaan setelah 48-72 jam
+ > 10 mm
Meragukan 5 9 mm
< 5 mm

BCG
(+) bila indurasi > 15 mm
Kontak erat dengan Pend. TB aktif-> 5 mm-> +
Anergi k/ keadaan inf. Berat, pemberian
imunosupresan, peny. Keganasan(leukimia),
dapat pula o/ gibur, morbili, varisela dan peny. Inf.
Lain
Sistem Scoring Tb
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)
keluarga (BTA
negatif atau
tidak jelas)
Uji tuberkulin Negatif Positif (10 mm,
atau = 5 mm
pada keadaan
imunosupresi
Berat BB/TB < 90% Klinis gizi buruk
badan/keadaan atau BB/U < atau BB/TB <
gizi 80% 70% atau BB/U <
60%
Demam tanpa 2 minggu
sebab jelas
Batuk 3 minggu
Pembesaran 1 cm, jumlah >
kelenjar limfe 1, tidak nyeri
koli, aksila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
tulang
Foto toraks Normal/kelaina Gambaran
n tidak jelas sugestif TB *
Dx
DidiagnosisTB bila jumlah skor >6 (skor
maksimal 14
Kemoprofilaksis

Primer : Uji tuberkulin (-) ,tetapi kontak


dengan TB aktif. INH 5 10 mg/kgbb/hari
selama 2 3 bulan
Sekunder : Uji tuberkulin +, tanpa gx . klinis,
Ro normal, tetapi memiliki resiko menjadi
tB aktif. Mis ; k/ pengobatan K.steroid atau
Imunosupresan, keganasan, virus HIV,
Morbili, gibur, masa akil balik, inf. baru TB->
INH 5 - 10 mg/kgbb/hari selama 6 12 bulan
Terapi
TB Paru : 2 RHZ + 4 RH
TB ekstra Pulmoner dan Milier : 2 RHZE + 10
RH
Jenis dan Dosis OAT
Jenis Dosis (mg/kgBB/hari) Dosis Maksimum (per
hari)
INH 5 10 300 mg
Rifampisin 10 15 600 mg
Pirazinamid 25 35 2 gram
Streptomisin 15 30 750 mg
Etambutol 15 20 2.5 gram
Asma
GINA mendefenisikan Asma sebagai
gangguan inflamasi kronis saluran napas
dengan banyak sel yang berperan, antara
lain : sel mast, eosinofil, dan limfosist T
Faktor pencetus :alergen, inf (tu sal. Napas
bagian atas), iritan, cuaca, kegiatan
jasmani, refleks gastroesofagus dan psikis
Klasifikasi Asma
1. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma
Konsensus Internasional
Penanggulangna Asma Anak membagi
asma berdasarkan keadaan klinis dan
keperluan obat menjadi 3 golongan, yaitu
asma episodik jarang, persisten sering,
dan persisten berat
2. Klasifikasi Derajat Serangan Asma
Dibagi menjadi derangan ringan, sedang,
berat
Penilaian Derajat Serangan Asma
Parameter Klinis, Ringan Sedang Berat AncamanHenti
Fungsi paru, Napas
Laboratorium
Aktivitas Berajalan, Bayi Berbicara, Bayi Istirahat, bayi
menangis keras tangis pendek dan berhenti makan
lemah
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata kata
Kesadaran Mungkin teragitasi Biasanya teragitasi Biasanya teragitasi Kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, hanya pada Nyaring, sepanjang Sangat nyaring, Sulit/tidak terdengar
akhir ekspirasi eks+ins terdengar tanpa
stetoskop
Otot bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradox
torakoabdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, ditambah Dalam, ditambah Dangkal/hilang
interkostal retraksi suprasternal nafas cuping hidung
Laju napas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Laju nadi
Pulsus paradoksus
PEFR atau FEV1(%
nilai dugaan) 60% 40 60% < 40%
Pra bronkilator 80% 60 80% < 60%
Pascabronkilator
SaO2% >95% 91 95% < 90%
PaO2 Normal 60 mmHg < 60 mmHg
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg 45 mmHg
Alur Tatalaksana Serangan Asma Pada Anak di klinik/IGD

Pasien asma yang datang dalam keadaan


serangan, langsung dinilai derajat
serangannya
Tatalaksana awal adalah pemberian
agonis secara nebulisasi, dapat
ditambahkan Nacl 0.9% dan/atau mukolitik
Nebulisasi serupa dapat diulang selang 20
menit dan pada pemeberian kedua dapat
ditambahkan prednison oral 1 mg/kg/kali
dan 02
Serangan Ringan
Nebuliser 1 3 kali
Prednison Oral bila sebelumnya minum/tid ak
ada kemajuan
Boleh pulang :
Bekali obat agonis (hirupan/oral)
Jika sudah ada obat pengendali, teruskan
Dapat diberikan kortikosteroid
Serangan Berat
Nebuliser 2 agonis
O2
Prednison Oral
Ruang Rawat sehari
O2
Berikan sterois oral
Nebulisasi tiap 2 jam
Bila dalam 8 12 jam perbaikan klinis stabil
Boleh pulang
Jika dalam 12 jam klinis tetap belum membaik,
alih rawat ke ruang rawat inap
Gagal Nafas
Intubasi + Ventilator
02 100%
Nebuliser 2 agonis
K.steroid iv
Ruang Rawat Inap
O2 diteruskan
Atasi dehidrasi dan asidosis jika
Steroid IV tiap 6 8 jam
Nebulisasi tiap 1 2 jam
Aminofilin IV awal, alnjutkan dengan rumatan
Jika membaik dalam 4 6x nebulisasi, interval jadi 4 6 jam
Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik,
bahkan timbul ancaman henti nafas, alih rawat ke ruang rawat
intensif
Jika menurut serangannya sedang/berat,
nebulisasi dengan agonis + Prednison +
02
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat
diganti dengan adrenalin subkutan 0.01
ml/kgbb maksimal 0.3/kali
Untuk serangan sedang dan terutama
berat, o2 2 4 L/I diberikan sejak awal,
termasuk saat nebulisasi
Penggolongan Derajat Asma
Parameter Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
(asma ringan) (asma sedang) (asma berat)

Frek. Serangan < 1 x / bulan >1 x /bulan Sering


Lama serangan < 1 minggu 1 minggu Hampir sepanjang
tahun tidak ada
remisi
Intensitas serangan Ringan Biasany sedang Berat
Diantara serangan Tanpa gx Sering ada gx Gejala Siang dan
malam
Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis di Normal (tidak Mungkin terganggu Tidak pernah normal
luar serangan ditemukan kelainan) (ditemukan kelainan)

Obat pengendali Tidak perlu Perlu,nonsteroid Perlu,streoid


(anti intlamasi)
Faal diparu diluar PEF/FEV,> 80% PEF/FEV, 60 80 % PEF/FEV, <
serangan 60%variabelitas < 60%

Faal paru pada saat Variabilitas < 20 % Variabilitas 20 - 30% Variabilitas > 30%
ada gx/serangan
Dosis Aminofilin
Pemberian aminofilin Iv pada serangan
berat/status asmatikus dipertimbangkan.
Bila dengan obat obat standar belum ada
perbaikan berikan loading dose 4 5
mg/kgbb, diencerkan dengan Nacl 0.9%
dan diberikan perlahan lahan dalam
waktu 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
rumatan 0.7 0.9 mg/kgbb/jam atau 5 6
mg/kgbb/8 jam
Ikterus neonatorum

-Pewarnaan kuning pada sklera dan kulit yang


disebabkan oleh penumpukan bilirubin
-Terlihat pada kulit bila kadar >5 mg/dl
-Terlihat pada >50% neonatus
- Pada bayi prematur > bayi cukup bulan
Penilaian klinis ikterus
Daerah tubuh Kadar bilirubin mg/dl

Muka 4 -8
Dada/punggung 5 -12
Perut dan paha 8 -16
Tangan dan kaki 11-18
Telapal tangan/kaki >15
Tatalaksana ikterus neonatorum

Tujuan :
Mencegah keracunan oleh bilirubin
Cara
1. Pencegahan hiperbilirubinemia
- Pemberian makan dini
- Hidrasi adekwat
2. Penurunan kadar bilirubin
- Terapi sinar
- Transfusi tukar
Indikasi terapi sinar
Kadar bil mg/dl Berat lahir Usia

5-9 semua < 24 jam

10-14 < 2500 g >24 jam


> 2500 g (observasi)
15-19 > 2500 g >48 jam
Transfusi tukar
Indikasi :
kadar bil Berat lahir Usia
10-14 mg/dl <2500 g <24 jam
15- 19 semua <48 jam
>20 semua >72 jam
hiperbilirubinemia neonatorum

5-9 10-14 15-19 >20

<2500 >2500 <48J >48J

<24J <24J <24J <24J

Sinar Transf Sinar Obs Transf Sinar Transf


Hialine Membrane Disease (HMD),
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(RDS)
Penyebab tersering gawat napas pada
neonatus yang ditemukan pada bayi
prematur, bayi dengan ibu diabetik atau
kelahiran bedah caesar
Ro :
Air bronchogram dan batas jantung dan
mediastinum tidak jelas
Ground glass app
Berat : White lung
Imunisasi dasar
Segera lahir : BCG, Polio 0, Hep. BI
1 Bulan : Hep B2
2 bulan : Polio I, DTP I
4 Bulan : polio 2, DTP 2
6 bulan : Hep B3, Polio 3, DTP 3
9 Bulan : Campak
18 24 bulan : Polio 4, DTP 4
5 tahun : Polio 5, DTP 5
Keracunan
Keracunan Jengkol
Minum banyak dengan air soda/natrium bikarbonat 4
x 1 2 gr
Keracunan Singkong
Na Tiosulfat dalam konsentrasi 10% diberikan
pelan2 dengan dosis sekitar 0.5 ml/kgbb/x (sekitar
10 50 ml) dan natrium nitrit 3% ml, iv pelan2. Bila
tidak ada Na nitrit, Na tiosulfat sudah cukup
Keracunan Botolismus
Antitoksin botulisme iv 10 50 ml setelah skin test
Kuanidin hidroklorid utk melawan blokade
neuromuskular dengan dosis 15 35/kgBB dibagi 3
dosis
Keracunan Organopospat
Dosis awal pada anak 0.05 mg/kgbb,
disusul dosis pemeliharaan 0.02 0.05
mg/kgBB tiap 10 30 menit secara iv
sampai atropinisasi
Atropinisasi : pupil melebar, mukosa mulut
mengering, kulit menjadi hangat, merah
dan kering
Sindrom Nefrotik
Penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia,
Etiologi autoimun,
Gejalanya berupa edema terkadang sampai edem
anasarka, tedapat proteinuria terutama albumin (85
95%) sebanyak 10 15 gram/hari, selama edema masih
masih banyak biasanya produksi urin berkurang, berat
jenis urin meninggi. Sediman dapat normal atau berupa
torak hialin, granula, lipoid, terdapat pula sel darah putih
dalam urin, double reftractile bodies.
Lipid pada urin terlihat sferis, translusen, dan berwarna
kuning dalam macam-macam bentuk. Mereka dapat
bebas (isolated) atau berada dalam sitoplasma sel epitel
tubulus atau makrofag, disebut Oval Fat Bodies. Bila
dengan silinder, lipid membentuk silinder lemak. Lipid
dapat terlihat sebagai kristal kolesterol.
Lipid drops mengandung esterkolesterol dan kolesterol
bebas, dan di bawah sinar polarisasi akan terlihat
Maltase Croses Lipid dalam urin disebabkan beberapa
penyakit antara lain sindrom nefrotik, atau
spingolipidosis (Penyakit Fabry)
Perbedaan SN dan GNA
Pada GNA mulainya mendadak dari hemturia makroskopis, edema,
hipertensi, dan insufisiensi ginjal sedangkan SN ditandai dengan
proteinuria, hipoproteinemia, edema
Pada GNA merupakan proses kompleks imun, yang menyertai infeksi
tenggorokan atau kulit oleh strain nefritogenik dari streptokokus
beta - hemolitikus grup A tertentu. Selama cuaca dingin
glomerunefritis streptokokus biasanya menyertai faringitis,
sedangkan selama cuaca panas glomerulonefritis biasanya
menyertai infeksi kulit atau pioderma streptokokus sedangkan SN
oleh karena autoimun
Laboratorium GNA : LED meninggi
TUHAN YESUS MEMBERKATI
Kasih sayang itu titi, Kasih sayang
penghubung hati
Kasih sayang itu tali, Kasih sayang
pengikat diri
Berilah sentuhan kasih sayang
buat insan yang kita sayangi.
Agar ia makin mekar di sanubari
kita semua.

TERIMAHKASIH
ATAS PERHATIANNYA!

Anda mungkin juga menyukai