Fase Rehidrasi
Fase Pemeliharaan
Gembung krn hipokalemi
Fase Rehidrasi
Bertujuan mengganti air dan elektrolit yang
telah hilang atau dengan perkataan lain
memberantas diare
Cairan yang dapat diberikan : Oral (Oralit, ASI,
Cairan rumah tangga seperti larutan garam gula,
air tajin, dll) Intravena (pilihan utama :RL , kalau
tdk ada diberikan Nacl 0.9% RL dengan Dekstrose
5% )
Jumlah air dan elektrolit yang diberi pada fase
rehidrasi bisa ditentukan berdasarkan :
Selisih berat badan sebelum diare dan sewaktu
diare/masuk rumah sakit
Penilaian secara klinik (tergantung derajat dehidrasi)
Fase Pemeliharaan
Mencegah penderita yang telah mengalami rehidrasi,
jangan jatuh kembali ke dalam dehidrasi
Jumlah cairan yang diberikan pada fase pemeliharaan
adalah jumlah cairan yang terus hilang selama diare
masih berlangsung (contunuing loss) ditambah dengan
kebutuhan normal harian (normal loss)
Continuing loss adalah jumlah cairan yang terus hilang
selama mencret masih berlangsung. Paling baik diuukur
dengan menampung tinja (cholera cot)
Dapat memakai pedoman WHO yaitu :
Usia < 2 tahun : 50 100 cc/kali b.a.b atau 500 cc/hari
Usia 2 10 tahun : 100 200 cc/kali b.a.b atau 1000 cc/hari
Jumlah cairan normal dapat dihitung dengan Holliday -
Segar
Holiday segar/24 jam
< 10 kg : 100 cc/kgbb
10 20 : 1000cc + 50 cc x (BB-10)
> 20 kg : 1500 cc + 20 cc x (BB 20 )
Rencana Terapi A
Digunakan untuk tanpa dehidrasi
Tujuan : mencegah jangan timbul dehidrasi
Tindakan yang dilakukan :
Beri bayi lebih banyak minum dari biasa
Beri bayi makanan yang cukup, untuk mencegah malnutrisi
Berikan Zinc 10 20 mg/hari selama 10 14 hari
Usia < 6 bulan = 10 mg sedangkan diatas 6 bulan 20 mg. Gunanya
untuk mengurangi lama, berat dan episode diare
Bayi dikirim ke rumah sakit bila :
Tidak sembuh dalam 3 hari
Diare bertambah
Sering muntah
Kelihatan sangat haus
Menjadi demam
Ada darah dalam tinja
Tidak mau minum atau makan
Plan A
Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB
Kista
Bentuk yang paling sering di tinja, bentuk oval, lebih kecil
daripada tropozoid
Manifestasi klinik
Asimtomatis
Diare Akut
Diare, berbau, mual, distensi abdomen,
flatulen, tidak demam, tidak ada darah dalam
tinja
Diare Kronik
Nyeri dan distensi abdomen, tinja berlendir
dan berbau, penurunan berat badan
Bertambahnya ekskresi lemak pada feses,
penurunan karoten serum, absorpsi xilose
yang abnormal dan gambaran malabsorpsi
pada pemeriksaan radiologik sering tidak
spesifik untuk menegakkan diagnosis
Intoleransi karbohidrat terjadi karena
defisiensi laktase
Giardiasis kronik dapat timbul malabsorpsi
lemak, karbohidrat, vitamin B12, Asam folat
dan vitamin A
Diagnosis
Diagnosis Pasti dengan pemeriksaan feses pada
sediaan basah, ditemukannya Trofozoit dalam
feses yang cair
Entero test yakni metode pengambilan sampel
mukus duodenum yang dapat memberikan jawaban
tersangka kuat Giardiasis, mempunyai sensitivitas
lebih besar dibandingkan dengan pemeriksaan
feses namun penatalaksannanya belum
terstandarisasi
Biopsi Jejenum dengan cara endoskopi atau kapsul
Crosby kugler merupakan diagnostik yang paling
sensitif tetapi yang paling mahal dan jarang
tersedia
Pengobatan
DOC : Metro dengan alternatif Furazolidon dan
quinakrin
Metro (Nitronidazol) 10 15 mg/KgBB/hari (maks 75)
per oral, dibagi 3 dosis, selama 5 10 hari
Furazolidon 5 8 mg/kgBB/hari (maksimum 400 mg)
per oral, dibagi 4 dosis, selama 10 hari. Jangan
diberikan pada bayi < 1 bulan karena dapat
menyebabkan anemia hemolitik. Terdapat dalam
bentuk suspensi 50 mg/15 ml dan tab 100 mg
Inakrin : 6 mg/kgBB/hari (maksimal 300 mg)
diberikan per oral, dibagi 3 dosis selama 7 10 hari
Disentri
Membedakan disentri amuba dengan
disentri basiler (Shigelosis) secara klinis
pada amubiasis gejala umum sering tidak
ada, sering tidak ditemukan demam
Amubiasis
Terjadi dalam 2 minggu infeksi atau tertunda
selama beberapa bulan
Timbulnya penyakit perlahan lahan denga rasa
nyeri (kolik) pada abdomen dan pergerakan usus
yang sering (6-8 pergerakan/24 jam)
Sering disertai tenesmus
Fese berdarah dan mukos dengan beberapa
leukosit
Pada 1/3 kasus menyerupai disentri basiler
ditandai dengan demam tinggi, mengigil dan diare
berat
Diagnosis
Diagnosis pasti ditentukan dengan adanya
trofozoit atau kista di dalam feses atau
trofozoit di dalam pus hasil aspirasi atau
dalam sedimen jaringan. TRPMED hl 442
Pengobatan
Infeksi Usus Asimtomatis
Diloksanid furoat (furamid) 7 10 mg/kgbb/hr
selama 3 dosis atau iodokuinol (diiodohidroksi
kuinin) 10 mg/kgbb 3 dosis selama 7 10 hr
Infeksi Usus Ringan Sampai Sedang
Metro 15 mg/kgbb dalm 3 dosis, selama 10 hari
Infeksi Usus Berat dan Abses Amuba Hati
Metro 50 mg/kgbb/hr dalam 3 dosis, per oral
atau iv, selama 10 hr, atau dehidroemetin 0.5
1 mg/kgbb/hr dlm 2 dosis im selama 5 hari,
mak 90 mg/hr
Shigelosis
Khas adalah nyeri abdomen berat, demam tinggi,
muntah, anoreksia, toksisitas menyeluruh,
mendadak ingin buang air besar, dan terjadi nyeri
defekasi
Diare berair dan banyak mulanya, berkembang
menjadi sering sedikit - sedikit, tinja lendir dan
darah
Tanda2 neurologis : kejang, nyeri kepala, lesu,
bigung, kaku kuduk, atau halusinasi mungkin ada
sebelum atau sesudah diare
PF : Kembung, nyeri, suara usus hiperaktif, dan
nyeri rektum pada pemeiksaan digital. Nelson 974
-5
Diagnosis
Adanya leukosit di tinja dan adanya
leukositosis darah perifer dengan
pergeseran ke kiri (netrophil pita lbh byk
dari segmen)
Pemeriksaan tinja didapatkan basil atau
biakan
Bauer membuat diagnosis denga
pemeriksaan tinja yang diwarnai eosin,
bila ditemukan leukosit serta eritrosit >
5/LPB maka ini sangat menyokong dx
Daftar Pustaka Diare
Sinuhaji, Atan Baas. Prof. dr. SpA(K).
(2010).All About Pediatric dan Obgyn. IDI
Medan
Suraatmaja, Sudaryat. Prof. dr. SpA(K).
Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta : Sagung Seto
TROPMED ANAK UI
Terapi Malaria pada anak
Untuk pemakaian obat golongan artemisin
harus dibuktikan malaria positif,
sedangkan bila hanya klinis malaria
digunakan obat non ACT
Pengobatan malaria dibagi atas malaria
ringan (tanpa komplikasi) dan malaria
berat disertai Komplikasi
Malaria Ringan
Klorokuin basa diberikan total 25 mg/kgbb selama 3 hr.
Hr I : 10 mg/kgbb (maksimal 600 mg basa), 6 jam kemudian dilanjutkan 10
mg/kgbb (mak 600 mg basa) dan 5 mg/kgbb pada 24 jam (mak 300 mg) atau
Hr I dan II 10 mg/kgbb dan hr ke III 5 mg/kgbb
Pada malaria tropikana ditambahkan primakuin 0.75 mg/kgbb, 1 hari. Pada
malaria tersiana ditambahkan primakuin 0.25 mg/kgbb, 14 hr
Bila dengan terapi diatas, pada hr ke IV masih demam atau hr VIII masih
dijumpai parasit dalam darah diberikan :
Kina Sulfat 30 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis, selama 7 hari atau
Fansidar atau suldox dengan dasar piritamin 1 1.5 mg/kgbb atau
sulfadoksin 20 30 mg/kgbb single dose (usia diatas 6 bulan). Obat ini tidak
digunakan pada malaria tertiana
Bila dengan pengobatan diatas pada hari ke IV masih demam atau hari
ke VIII masih dijumpai parasit diberikan :
Tetrasiklin HCL 50 mg/kgbb/x, sehari 4 x selama 7 hr + fansidar/suldox bila
sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2a
Tetrasikin HCL+ Kina sulfat bila sebelumnya telah mendapat pengobatan butir 2b.
Dosis kina dan Fansidar/Suldox sesuai butir 2a dan 2b (tera diberi hanya pada umur 8
thn atau lebih)
Artemisin Based Combination
Therapy (ACT)
Yang tersedia di Indonesia adalah
kombinasi Artesunat + Amodiakuin dengan
nama dagang Artesdiaquine atau
Artesumoon
Dosis Artesdiaquine merupakan gabungan
artesunat 2 mg/kgbb sekali sehari selama
3 hari, utk hr I diberi 2 dosis dan
Amodiakuin Hr I dan II 10 mg/kgbb dan Hr III
5 mg/kgbb
Malaria Berat
Kina (Koina Hcl/ Kinin Antipirin)
Dosis 10 mg/kgbb/x dilarutkan dalam 100 200 ml infus Nacl
fis, atau cairan 2a atau dex 5% dan diberikan selama 4 jam, 3
kali sehari selama pasien belum sadar (mak 3 hr), bila pasien
telah sadar (walupun blm 3 hr) kina dilanjutkan per oral hingga
total iv + oral selama 7 hr. Kl tak dapat diberikan secara iv,
maka dapat diberikan secara im berupa kina HCL atau kina
antipirin dengan pengenceran 4x lipat pada paha kiri dan
kanan
Kinidin
Diberikan bila tidak tersedia kina, dengan cara pemberian
sama dengan kina tetapi dosisnya adalah 7.5 mg basa/kgbb/x
Derivat Artemisin
Artesunat
Diberikan iv atau im dengan dosis 2.4 mg/kgbb/x selama 3 hari. Hr I 2
dosis, selanjutnya diberi oral 2 mg/kgbb/hari sekali sehari sampai
total 7 hari utk seluruh pengobatan.
Dapat dikombinasikan denagn tetrasiklin/doksisiklin selama 7 hari
untuk anak > 7 tahun atau dengan klindamisin 5 mg/kgbb selama 7
hari
Artemeter
Artemeter dalam larutan minyak diberi im. Dosis 1.6
mg/kgbb sehari selama 6 hari, untuk hari pertama
diberi 2 dosis
Kejang Demam
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 0C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium
KD terjadi pada 2 4% anak berumur 6 5 tahun
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain, misalnya Infeksi SSP, atau Epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam
Kejang disertai demam pada bayi kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam
Klasifikasi
Flouroskopi
Memeriksa pH esofagus
Radio Nuclide Gastro Esofagosgrafi
Biopsi esofagus
Keterlambatan waktu pengosongan
lambung
DD
Hiatus Hernia
Akhalasia
Stenosis Pilorus Hipertrofi Kongenital
Obstruksi/Atresia Duodenum
Mekonium Ileus
Penanganan
Non Farmakologi:
ASI dan Susu Formula
Cara memberinya :
Bayi hanya menetek pada satu payudara sampai habis
Biarkan bayi terus mengisap (Walo payudara telah kosong) sampai bayi
tertidur. Selama bayi menghisap, gerakan lidah merupakan trigger untuk
kontraksi lambung sehingga reflux tdk terjadi
Setelah menyusui, bayi jangan langsung ditidurkan. Bayi baru ditidurkan
dengan posisi kepala lebih tinggi dan miring ke sebelah kiri, paling cepat jam
setelah menyusu
Farmakologi
Umur 6 minggu 6 bulan : Ranitidin 5 mg/kgbb, 2 x sehari diberi 2 jam setelah
makan karena makanan dapat mensupresi asam diatas 4 selama 2 jam
6 bulan 13 tahun 8 mg/kg/hari
PPI : Omeprasol 0.7 3.5 mg/kg/hari selama 8 minggu, Lanso 1.3 1.5
mg/kgbb/hr selama 12 minggu
Hiatus Hernia
Adalah suatu kelainan yang terjadi sejak masa janin,
dimana terjadi insufisiensi kardia(inkompotensi kardia)
Gejala :
Muntah bercampur lendir keputihan, kadang bercampur darah
Muntah tidak eksplosif walopun dapat terjadi muntah terus
menerus
Tidak ditemukan pemebsaran perut, dan pola defekasi normal
Dx pasti: secara radiologis yi memasukkan kontras dari esofagus
ke dalam gaster
Terapi :konservatif;
Menjaga posisi bayi selalu dalam keadaan setengah duduk
Pemberian antasida dan juga pemberian makanan padat
Bila konservatif gagal dan ditemukan gangguan tum-bang->
op.(gastrospeksi dan fundoplikasi)
Akhalasia
Adalah suatu keadaan dimana relaksasi
sfingter esofagus bagian bawah (terminal)
pada waktu menelan berkurang,
mengakibatkan obstruksi relatif yang akan
diperburuk dengan berkurangnya
gelombang gelombang peristaltik di dalam
esofagus
Etiol : blm diketahui. Pada dewasa
diperkirakan karena trauma dan psikis
Gejala Klinis
Kesulitan menelan
Muntah susu setelah minum
Batuk batuk akibat aspirasi cairan ke trakea
Pneumonia aspirasi
Gagal tumbuh
Anak lebih besar mengeluhkan adanya nyeri dada
dan rasa panas
Swenson menjelaskan adanya partikel makanan
pada bantal anak anak pada pagi hari bisa
memberi petunjuk adanya akhalasia
Dx
Anamnesa
Barium per oral
Adanya dilatasi esofagus bagian atas dan pengecilan esofagus
bagian bawah berupa garis sebelum menembus diafragma
Foto thoraks
Dilatasi esofagus dengan adanya batas udara - cairan
Endoskopi
Bermanfaat untuk menyingkirkan keganasan yang mendasari,
tetapi hanya terbatas memberi informasi ttg motilitas esofagus
Manometri esofageal (Cara terbaik)
Gagal relaksasi spinkter esofagus bagian bawah dan peningkatan
spinkter oleh karena tidak adanya peristaltik esofagus
Penatalaksanaan
Pada anak tidak dianjurkan dilatasi
pneumatik karena perlu dikerjakan
berulang ulang dalam narkose umum dan
sering terjadi perforasi total.
Kardiomiotomi cara Heller
Stenosis Piloris Hipertropi kongenital
BCG
(+) bila indurasi > 15 mm
Kontak erat dengan Pend. TB aktif-> 5 mm-> +
Anergi k/ keadaan inf. Berat, pemberian
imunosupresan, peny. Keganasan(leukimia),
dapat pula o/ gibur, morbili, varisela dan peny. Inf.
Lain
Sistem Scoring Tb
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)
keluarga (BTA
negatif atau
tidak jelas)
Uji tuberkulin Negatif Positif (10 mm,
atau = 5 mm
pada keadaan
imunosupresi
Berat BB/TB < 90% Klinis gizi buruk
badan/keadaan atau BB/U < atau BB/TB <
gizi 80% 70% atau BB/U <
60%
Demam tanpa 2 minggu
sebab jelas
Batuk 3 minggu
Pembesaran 1 cm, jumlah >
kelenjar limfe 1, tidak nyeri
koli, aksila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
tulang
Foto toraks Normal/kelaina Gambaran
n tidak jelas sugestif TB *
Dx
DidiagnosisTB bila jumlah skor >6 (skor
maksimal 14
Kemoprofilaksis
Faal paru pada saat Variabilitas < 20 % Variabilitas 20 - 30% Variabilitas > 30%
ada gx/serangan
Dosis Aminofilin
Pemberian aminofilin Iv pada serangan
berat/status asmatikus dipertimbangkan.
Bila dengan obat obat standar belum ada
perbaikan berikan loading dose 4 5
mg/kgbb, diencerkan dengan Nacl 0.9%
dan diberikan perlahan lahan dalam
waktu 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
rumatan 0.7 0.9 mg/kgbb/jam atau 5 6
mg/kgbb/8 jam
Ikterus neonatorum
Muka 4 -8
Dada/punggung 5 -12
Perut dan paha 8 -16
Tangan dan kaki 11-18
Telapal tangan/kaki >15
Tatalaksana ikterus neonatorum
Tujuan :
Mencegah keracunan oleh bilirubin
Cara
1. Pencegahan hiperbilirubinemia
- Pemberian makan dini
- Hidrasi adekwat
2. Penurunan kadar bilirubin
- Terapi sinar
- Transfusi tukar
Indikasi terapi sinar
Kadar bil mg/dl Berat lahir Usia
TERIMAHKASIH
ATAS PERHATIANNYA!