S I R O S I S H E PAT I S
PEMBIMBING :
D R . H E R J A T I R A H A J E N G , S P. P D
S H E LV I N D I N I N
11 0 2 0 1 3 2 7 0
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 43 Tahun
Alamat : Ciruas
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Pekerja Swasta
Tanggal periksa : 10 November 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Perut membesar
Keluhan tambahan : Kaki membengkak, mual, muntah,
sesak napas.
Riwayat penyakit sekarang:
Status Generalis
Kepala : Normocephale
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), edema (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP tidak meningkat
THT : Dalam batas normal
Thorax : Simetris, retraksi -
Cor : Bunyi jantung I & II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuker, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+), bentuk cembung, shifting dullnes (+), Ballotement (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema pada kedua tungkai (+)
IV. Pemeriksaan Anjuran
Hemoglobin : 12 g/dl
Leukosit : 8.600 /L
Hematokrit : 39%
Trombosit : 297.000 /L
Netrofil Segmen : 77%
Ureum : 45 mg/dl
Creatinin : 0,8 mg/dL
V. Diagnosis
Asites ec. Sirosis Hepatis
VI. Penatalaksanaan
IVFD RL 20tpm
Inj. Ondancentron
Inj. furosemid
VII. Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
DEFINISI
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya
proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul.
Penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi
hati dan bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan
pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang
akhirnya menyebabkan hipertensi portal.
EPIDEMIOLOGI
Insiden sirosis hepatis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.
Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus
kronik.
Di Indonesia, Hasil penelitian Suyono dkk tahun 2006 di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta menunjukkan pasien sirosis hati laki-laki (71%) lebih banyak dari
wanita (29%) dengan kelompok umur 51-60 tahun merupakan kelompok umur
yang terbanyak.
Ndraha melaporkan selama Januari Maret 2009 di Rumah Sakit Koja Jakarta
dari 38 penderita sirosis hati, 63,7% laki-laki dan 36,7 % wanita, terbanyak
(55,3%) adalah kelompok umur 40-60 tahun.5
ETIOLOGI
Faktor keturunan dan malnutrisi kekurangan protein
<< asam amino (metionin) mencegah perlemakan hati
<<
Hepatitis virus virus hepatitis B hepatitis aktif kronik
sirosis
Zat hepatotoksik alkohol pemakaian berulang kali dan
terus menerus penimbunan lemak dalam hati
kerusakan hati akut : nekrosis / degenarasi lemak , kronis
: sirosis
KLASIFIKASI
Sirosis secara
Klasifikasi Sirosis
konvensional di
berdasarkan
Mikronodular,
penyebabnya : Sirosis
Makronodular,
Alkoholik, Sirosis
Campuran (yang
Biliaris, Sirosis pasca
memperlihatkan
nekrotik, Cardiac
gambaran mikro-dan
Cirrhosis
makronodular)
Sirosis
Sirosis
pasca
cardiac
Necrotik
asites
Produksi protein yang rendah,
gangguan hormon
diafragma
menyempit
nafas
DIAGNOSIS
kriteria Soedjono dan Soebandiri tahun 1973, yaitu bila
ditemukan 5 dari 7 keadaan berikut:
1. eritema palmaris,
2. spider nevi,
3. vena kolateral
eritema palmaris
4. asites dengan atau tanpa edema,
5. splenomegali,
6. hematemesis dan melena,
7.rasio albumin dan globulin terbalik
spider nevi
Vena kolateral
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes fungsi hati meliputi aminotransferase (AST), alkali
fosfatase, gamma glutamil transpeptisida, bilirubin,
albumin, dan waktu protombin
2. Pemeriksaan urin
3. Pemeriksaan Darah
4. Pemeriksaan radiologis
5. Biopsy hati
PENATALAKSANAAN
diet yang mengandung protein 1 g/kgBB dan kalori 2000-
3000 kkal/hari
Asites : tirah baring dan diawali diet rendah garam
konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari
spinorolakton dengan dosis 100-200 mg sekali dan
terjadinya penurunan berat badan 0,5 kg/hari).tanpa
dengan adanya edema kaki 1 kg/hari Terapi
spinorolakton dapat dikombinasikan dngan furosemide
dengan dosis 20-40 mg/hari apabila terapi spinorolakon
tidak adekuat.
Peritonitis Bakterial Spontan : Terapi diberikan 10-14 hari,
norfloksasin (400mg/hari) dapat mencegah rekurensi atau
relaps.4
Sindrom hepatorenal dilakukannya transplantasi hati hal
ini dikarenakan terapi obat-obatan yang digunakan seperti
dopamin dan analog prostaglandin
Ensefalopati Hepatika : Sirup laktulosa dapat diberikan
dengan dosis 30-50 mL setiap jam. Pemberian neomisin
dengan dosis 0,5 1 g s
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bacterial spontan