Anda di halaman 1dari 52

Keterlibatan

Lintas Sektor
Dalam PWS KIA
Outline :

Sejarah PWS KIA


Pelaksanaan PWS KIA
Manfaat PWS-KIA
Mengapa Lintas Sektor Harus Terlibat
Contoh Pelaksanaan PWS-KIA di Kab. Wonosobo
Dukungan ADD (Alokasi Dana Desa di Desa)
Bogoran, Kecamatan Sapuran, Kabupaten
Wonosobo
1. Sejarah PWS KIA
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990

◙ Kelengkapan pengisian format laporan?


LAPORAN
& FORMAT
◙ Akurasi data?
◙ Diolah atau dianalisis?
LB1-LB3
◙ Apakah jumlah sampel representatif?
BINTEK
SUPERVISI
◙ Instrumen supervisi?
dsb
◙ Tindak lanjut hasil supervisi?
◙ Sektor Kesehatan bekerja sendiri
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990

◙ Prinsip : Akses – Cakupan – Mutu


LAPORAN ◙ PWS sebagai alat bantu bagi “manajer”
& FORMAT
◙ Cepat tahu masalah – cepat respon
◙ Akurasi data tergantung laporan
LB1-LB3
BINTEK ◙ Hasil memuaskan dan cepat
SUPERVISI
dsb

1987-1988
Dikembangkan
sistim PWS
(Imunisasi,
KIA, Gizi, KB
dll)
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990

Yang dipentingkan dalam PWS saat itu:


LAPORAN
◙ AKSES – Pelayanan kepada sasaran, yang belum
& FORMAT terlayani dikejar, kader dan petugas desa pro aktif
untuk mendapatkan sasaran dilokasi kerjanya.
LB1-LB3
◙ CAKUPAN – Sasaran yang sudah terdaftar atau
BINTEK
SUPERVISI
sudah ketahuan segera dilayani. Petugas harus
dsb pro aktif dan mampu melayani sasaran di daerah
kerjanya.
◙ MUTU – Sasaran yang sudah datang pertama kali,
1987-1988 selalu harus diikuti dan diamati oleh petugas.
Dikembangkan
sistim PWS Petugas bertanggung jawab penuh untuk
(Imunisasi,
KIA, Gizi, KB memberikan pelayanan sesuai dengan standar
dll)
yang telah disepakati
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990 Antara 1990-1997

◙ PWS dipakai secara nasional


LAPORAN
◙ 1990 Indonesia mencapai UCI
& FORMAT PWS
◙ AKB menurun signifikan
Instrumen
◙ AKI menurun tapi tidak signifikan ?
LB1-LB3
BINTEK
PWS
dipakai oleh
◙ PWS direplikasi oleh negara tetangga
SUPERVISI
dsb
Depkes
(juga oleh
◙ Melibatkan lintas sektor
Depdagri,
BKKBN,
◙ Kesehatan menjadi urusan semua
Deptan) ◙ Sistim PWS dipakai sektor lain
1987-1988
Dikembangkan
sistim PWS
(Imunisasi,
KIA, Gizi, KB
dll)
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990 Antara 1990-1997

◙ Krisis multi dimensi


LAPORAN ◙ Reformasi di segala bidang
PWS
& FORMAT
◙ Euforia - Jaman semau gue
Instrumen
LB1-LB3 PWS
BINTEK dipakai oleh
SUPERVISI Depkes
dsb
(juga oleh
Depdagri,
BKKBN,
Deptan)

1987-1988 1997
Dikembangkan Krisis multidimensi
sistim PWS Reformasi ….??!!
(Imunisasi, BERANTAKAN… !!
KIA, Gizi, KB
dll)
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990 Antara 1990-1997 Antara 1997-2007

◙ Euforia – duit kurang


◙ Desentralisasi
LAPORAN
& FORMAT PWS ? ◙ Otonomi daerah (UU 22)
◙ Jarang ada pencatatan
Instrumen
LB1-LB3 PWS
Tidak
dilakukan
yang baik
dipakai oleh
◙ Mutu informasi tidak akurat
BINTEK
SUPERVISI pemantauan
Depkes
dsb yang
(juga oleh
sistimatis
Depdagri,
PWS Hilang,
BKKBN,
Data..???
Deptan)

1987-1988 1997
Dikembangkan Krisis multidimensi
sistim PWS Reformasi ….??!!
(Imunisasi, BERANTAKAN… !!
KIA, Gizi, KB
dll)
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990 Antara 1990-1997 Antara 1997-2007

◙ Revitalisasi PWS-KIA
LAPORAN
◙ Menyempurnakan
PWS ?
& FORMAT
informasi dan akurasi data
Instrumen
◙ Dilakukan penelusuran
Tidak
LB1-LB3
BINTEK
PWS
dipakai oleh
dilakukan kasus, data, informasi
◙ Akan sangat berguna bagi
SUPERVISI pemantauan
Depkes
dsb yang
(juga oleh
sistimatis
Depdagri,
BKKBN,
PWS Hilang, tindak lanjut
◙ Memberikan input lebih
Data..???
Deptan)

1987-1988
Dikembangkan
1997
Krisis multidimensi
2007
Dikembangkan
jelas dan akurat buat RS
sistim PWS
(Imunisasi,
Reformasi ….??!!
BERANTAKAN… !!
PWS KIA yang
diperkuat ◙ PWS diharapkan akan
KIA, Gizi, KB dengan
dll) penelusuran
(tracking)
mempermudah petugas
Sistim informasi di Puskesmas – Kabupaten/Kota
-
- Propinsi
1990 1997 2007 2008
Sebelum 1990 Antara 1990-1997 Antara 1997-2007 Diharapkan 2008 ke depan

LAPORAN
& FORMAT PWS ? Kartini

Instrumen
Tidak Piranti lunak
LB1-LB3 PWS
dilakukan PWS KIA
BINTEK dipakai oleh
SUPERVISI pemantauan (elektronik)
Depkes
dsb yang
(juga oleh
Depdagri,
sistimatis
PWS Hilang, ◙ Diharapkan pemantauan
BKKBN,
Data..???
Deptan) yang sistimatis dan akurat
1987-1988
Dikembangkan
1997
Krisis multidimensi
2007
Dikembangkan
dapat dilaksanakan
sistim PWS Reformasi ….??!! PPWS KIA,
(Imunisasi, BERANTAKAN… !! PWS yang
KIA, Gizi, KB diperkuat
dll) dengan
penelusuran
(tracing)
2. Pelaksanaan PWS KIA
Pelaksanaan PWS-KIA dalam
Pencapaian Target Cakupan
dan kualitas perlu:

 Penataan Sisi Supply : pemenuhan Nakes yg


kompeten disesuaikan penempatannya (Right
Man in the right place)
 Penataan sisi Demand: Membangkitkan peran
dan partisipasi serta Masyarakat (community
partisipation and mobilization)
Pelaksanaan PWS-KIA dalam
Pencapaian Target Cakupan
dan kualitas perlu:

 Pelaksanaan Manajemen: Menerapkan


Manajemen Data dg baik (koreksi n validasi
data, analisa, penyajian menjadi informasi ...
Termasuk membuat pemetaan / maping)
 Dapat melaksanakan Respon Cepat dan
Terencana,melakukan koordinasi internal dan
Eksternal
ALUR PELAYANAN KIA
DI TINGKAT BIDAN DESA
Pelaksanaan PWS KIA di Puskesmas
Pendataan dan
pencatatan Simpan dalam arsip/ Lemari
cakupan program

Pendataan dan Pembuatan Tempel di papan ruang rapat


pencatatan grafik PWS
cakupan program Simpan dalam arsip/ lemari

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Tempel di papan ruang rapat


pencatatan grafik PWS pendataan
cakupan program Simpan dalam arsip/ lemari

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Didiskusikan Rencana aksi


pencatatan grafik PWS pendataan pada pertemuan dan tindak lanjut
cakupan program bulanan

Umpan balik (feed back)

Siklus PWS di Puskesmas

Apakah ini sudah sesuai dengan siklus PWS yang seharusnya?


Pelaksanaan PWS KIA di Puskesmas :
Pemanfaatan PWS KIA untuk Lintas
Sektor

Hasil analisis &


diskusi dikirim ke
Dinkes

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Didiskusikan Rencana aksi


pencatatan grafik PWS pendataan pada pertemuan dan tindak lanjut
cakupan program bulanan

Hasil analisis &


diskusi dikirim ke
Camat

Umpan balik (feed back)

Hasil analisis dan diskusi di Puskesmas merupakan bahan untuk


analisis lebih lanjut Dinas Kesehatan dan Camat
Pelaksanaan PWS KIA di Puskesmas :
Dilakukan AMP Sosial

Hasil analisis &


diskusi dikirim ke
Dinkes

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Didiskusikan Rencana aksi


pencatatan grafik PWS pendataan pada pertemuan dan tindak lanjut
cakupan program bulanan

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan Camat diskusi dikirim ke
dengan Kades Camat

Umpan balik (feed back)

Camat dapat memimpin untuk dilaksanakan AMP sosial pada


pertemuan bulanan dengan kepala desa
Angka Absolut PKM Cakupan Puskesmas

Nama

Neonatus
No Cakupan (%) RENCANA INTERVENSI
# Pddk

Bumil

Bulin
desa
K1 K4 Pn KN1

 Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA (validasi data).


 Mengusahakan agar setiap persalinan dibawa ke Puskesmas/Poskesdes
1 A 441 12 11 11 108 83 - 36  Kunjungan oleh bidan/dokter pada setiap bufas dan neonatus
 Memberikan hadiah pada bumil yang bersalin di tenaga kesehatan
 Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat agar tiap persalinan ditolong nakes

 Mengusahakan bumil sedini mungkin datang ke tenaga kesehatan


 Mengusahakan agar setiap persalinan dibawa ke Puskesmas/Poskesdes
2 B 357 10 9 9 80 60 11 11  Kunjungan rumah oleh bidan/dokter pada setiap bumil, bufas dan neonatus
 Memberikan hadiah pada bumil yang bersalin di tenaga kesehatan
 Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat agar tiap persalinan ditolong nakes

 Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA (validasi data).


 Bumil dan bulin di luar wilayah yang mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tersebut tetap dilaporkan ke dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
3 C 427 12 11 11 117 67 182 136
 Kunjungan oleh tenaga kesehatan pada Bumil
 Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan kader agar bumil periksa ke
nakes secara teratur
 Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA (validasi data).
 Bumil dan bulin di luar wilayah yang mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tersebut tetap dilaporkan ke dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
 Mengusahakan agar setiap persalinan dibawa ke Puskesmas/Poskesdes
4 D 443 12 12 11 133 33 - 27  Kunjungan oleh bidan/dokter pada setiap bufas dan neonatus
 Memberikan hadiah pada bumil yang bersalin di tenaga kesehatan
 Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan kader agar setiap bumil periksa
teratur dan bersalin oleh nakes
Pelaksanaan PWS KIA : Dilakukan
Pembahasan PWS KIA di Kab/Kota

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan PWS diskusi dikirim ke
Dinkes Dinkes

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Didiskusikan Rencana aksi


pencatatan grafik PWS pendataan pada pertemuan dan tindak lanjut
cakupan program bulanan

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan Camat diskusi dikirim ke
dengan Kades Camat

Umpan balik (feed back)

Dinkes Kabupaten/ Kota dapat melakukan analisis PWS pada


pertemuan bulanan dengan Puskesmas
Pelaksanaan PWS KIA :Dilakukan AMP Medik

Rencana aksi Pertemuan RS-


dan tindak lanjut Dinkes-PKM-
Dokter ahli

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan PWS diskusi dikirim ke
Dinkes Dinkes

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Didiskusikan Rencana aksi


pencatatan grafik PWS pendataan pada pertemuan dan tindak lanjut
cakupan program bulanan

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan Camat diskusi dikirim ke
dengan Kades Camat

Umpan balik (feed back)

Dinas Kesehatan/Kota juga dapat melakukan AMP medik dengan


melibatkan RS, dokter ahli dan Puskesmas
3. Manfaat PWS KIA
Manfaat PWS KIA
◙ Sebagai alat komunikasi
◙ Sebagai alat penggerakan masyarakat
◙ Sebagai alat manajemen program
Sebagai alat komunikasi

Sebagai alat komunikasi maka penyajian PWS


KIA yang baik adalah:
Berfokus wilayah
Permasalahan mudah dilihat
Kesimpulan mudah diambil

Pimpinan dapat mengambil keputusan dengan


CEPAT dan TEPAT
Sebagai alat komunikasi

Contoh kasus
Kecamatan Cisalak di kabupaten Subang mendapatkan tugas
dari Bupati untuk mengamankan produksi gabah kering
untuk musim tanam 2007 sebesar 1.000 ton dalam 3 musim
tanam. Ternyata hasil pada akhir musim tanam ke 1 dan ke 2
secara kumulatip hanya sebesar 500 ton:
Desa Sukaresmi dan Cisalak dengan target masing-masing
200 ton, hanya menghasilkan masing-masing 120 ton saja,
Sukaramai dan Cimanuk dengan target masing-masing 150
ton hanya menghasilkan masing-masing 75 ton, Mekarsari
dan Sariayu yang ditarget 100 ton baru menghasilkan 50
ton dan 30 ton, sedangkan Cisadane dan Cisarua yang
masing-masing mempunyai target 50 ton setahun, baru
menghasilkan 20 ton dan 10 ton.
Sebagai alat komunikasi
Informasi disajikan dalam tabel
Desa Sasaran Hasil MT2 % Total Masalah
Sukaresmi 200 ton 120 ton 60 %
Cisalak 200 ton 120 ton 60 %
Sukaramai 150 ton 75 ton 50 %
Mekarsari 100 ton 50 ton 50 %
Cimanuk 150 ton 75 ton 50 %
Cisadane 50 ton 20 ton 40 %
Sariayu 100 ton 30 ton 30 %
Cisarua 50 ton 10 ton 20 %
1.000 ton 500 ton 50 %
Sebagai alat komunikasi
Informasi disajikan dalam grafik

70 Sasaran MT2
66,6 %
60
50 Rerata MT2
45,0 %
Produksi (%)

40
30
20
10
0 Desa
ri
k

uk
ai
i

a
ne
m

la

ru
sa

y
m
s

ria
an

da
a

a
ar
re

ra
is

is
im

Sa
a
ek
ka

ka
C

is

C
C
Su

Su

C
Sebagai alat penggerakan
masyarakat & manajemen program
Cakupan K1 kumulatif di PKM Rindupartus
(Januari – Juni 2009)

70 Sasaran
63,4 %
60
50 Rerata
41,0 %
40
K1 (%)

30
20
10
0
Desa
k
ri

a
l

pi

er
ai

se
do

iti
ur
sa
nt

se

el
o

ng
ar
sa

ag
ka
id

G
ra
ek

Te
ka

B
d
Su

In
M
Su
K1 merupakan indikator akses program, artinya:

Semua bumil yang ada di wilayah kerja harus diberikan


pelayanan awal, yang selanjutnya diulang minimal 3 kali lagi

K1 rendah dapat terjadi karena:


Bumil tidak mau diperiksa
Bumil tidak tahu dimana terdapat pelayanan
Bumil tidak bisa ke tempat pelayanan
Ibu tidak mengetahui kalau diringa hamil

Perlu mendapatkan dukungan keluarga & masyarakat

Perlu penggerakan masyarakat


Jadi, apa bedanya PWS-KIA “lama” dan “baru”

Secara prinsip dan konsep tidak ada bedanya, tetapi


secara prosedur pemanfaatan memang berbeda.
Perbedaan tersebut dikarenakan adanya penekanan
penelusuran dan sentuhan piranti lunak dalam proses
pendataan, pencatatan kohort, analisis dan
penyampaian hasil yang semuanya dilakukan secara
komputerisasi. Dengan demikian secara prosedur
pemanfaatan, PWS-KIA “baru” ini sangat mempermudah
petugas, yang dahulu masih menggunakan cara cara
manual.
Dengan demikian, waktu yang dulunya tersita bagi
pencatatan, penulisan, penggambaran grafik dapat
dimanfaatkan untuk analisis yang lebih tajam dan dapat
diikuti dengan penelusuran.
Intervensi software & penyempurnaan data
Rencana aksi Pertemuan RS-
dan tindak lanjut Dinkes-PKM-
Dokter ahli

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan PWS diskusi dikirim ke
Dinkes Dinkes

Pendataan dan Pembuatan Analisis hasil Didiskusikan Rencana aksi


pencatatan grafik PWS pendataan pada pertemuan dan tindak lanjut
cakupan program bulanan

Rencana aksi Pertemuan Hasil analisis &


dan tindak lanjut bulanan Camat diskusi dikirim ke
dengan Kades Camat

Umpan balik (feed back)

Piranti lunak membantu proses pendataan, pencatatan,


pembuatan grafik, dan analisis hasil pendataan
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan kegiatan menggunakan Kohort Ibu, melalui
piranti lunak (software) PWS-KIA Kartini
WUS Antenatal Persalinan Pascanatal
Neonatus Bayi & Balita

Piranti lunak
PWS KIA

KARTINI
Kegiatan Revitalisasi PWS KIA

WUS Antenatal Persalinan Pascanatal


Neonatus Bayi & Balita
Posyandu Poskesdes Polindes RB Puskesmas RS

Tiap 2 minggu Tiap bulan


Dukun Kepala PKM Direktur RS
Kader Dokter PKM Kepala Dinkes
Bidan di Desa Bikor PKM Dokter RS

Tiap 2 minggu
Data operator
Puskesmas
4. Mengapa Lintas Sektor Harus Terlibat?
Mengapa lintas sektor harus terlibat?
Apakah sektor kesehatan tidak dapat melakukan
sendiri?

Sektor Kesehatan berfungsi sebagai unsur


PELAYANAN,
Sedang dalam PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Perlu bantuan lintas sektor dalam mewujudkan


pembangunan kesehatan masyarakat secara utuh
Kades, Camat, Bupati Penanggung jawab pembangunan
Kader PKK, TP PKK Pelaksana kegiatan masyarakat
ToMa, ToGa Panutan di masyarakat
Depag, KUA Info nikah, calon bumil baru
Dinas KB, PLKB Info WUS, calon bumil baru
BPS Rujukan data
PMD Institusi pembangunan desa
Bappeda Perencanaan & penganggaran

Mereka harus memahami kebutuhan program


Kesehatan Ibu & Anak, oleh karenanya mereka
perlu mengetahui PWS KIA
5. Contoh pelaksanaan
Revitalisasi PWS KIA
Puskesmas Sapuran, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah
Informasi kepada semua petugas PKM

Konsep PWS KIA


Data yang diperlukan
dalam PWS KIA
Analisis PWS KIA
Luaran/ laporan PWS KIA
Piranti lunak PWS KIA
elektronik (Kartini)
Cara input data
Cara pengolahan data
Informasi kepada semua petugas PKM
Pemanfaatan data, pembuatan peta PWS
LANGKAH-LANGKAH BdD di DESA
DLM MELAKSANAKAN PWS KIA

Sosialisasi PPWS KIA dgn kader


posyandu dan dukun bayi
Mengusulkan dana operasional kader
dan dukun bayi dlm pelaksanaan PPWS
KIA
Kerja sama LINSEK untuk memperoleh
dukungan dari aparat desa mengenai
kesehatan ibu dan anak
6. Dukungan ADD
(Alokasi Dana Desa)
Desa Bogoran, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah
Kebijakan Desa Bogoran
Penyegaran kader posyandu yang didanai ADD
1 Posyandu Balita, Rp. 200.000
1 Posyandu Lansia, Rp. 200.000

Insentif kader Rp. 5.000/orang/bulan


Jumlah kader 22xRp 5.000 = Rp. 110.000

Stimulan Kegiatan yang didanai ADD


Dana Sehat per bulan Rp. 1.200.000
Dana PMT Posyandu Balita Rp. 4.082.000
Dana PMT Posyandu Lansia Rp. 1.945.000
Fasilitasi Tabulin Rp. 1.000.000
Kebijakan Desa Bogoran
Fasilitasi sosialisasi yang didanai ADD
Desa Siaga Rp. 3.500.000
Penyuluhan penyakit menular Rp. 775.000
Penyuluhan Narkoba Rp. 700.000
Bina Keluarga Remaja Rp. 1.000.000
Pencegahan KDRT Rp. 750.000
Fasilitasi Tabulin Rp. 1.000.000
Kebijakan Desa Bogoran
Pembuatan Surat Keputusan
Terbentuknya Tim Desa Siaga, beserta tugasnya
Terbentuknya Pokjanal Posyandu, beserta tugasnya
Kemitraan Bidan dan Dukun
Ambulans desa dan petugasnya
Berita acara Biaya Persalinan (Partus normal ditolong
oleh bidan= Rp 450.000,-)
Membentuk Kelompok Donor Darah yang
didanai ADD
Cakupan Kegiatan Desa Bogoran

Sasaran KIA (sd Oktober 2008)


Indikator Sasaran Cakupan
1. K1 37 100%
2. K4 40 100%
3. Persalinan Nakes 32 100%
4. Deteksi Risti oleh Nakes 21 56,7%
5. Deteksi Risti oleh Masyarakat 4 10,8%
6. KN1 32 100%
Cakupan Kegiatan Desa Bogoran
Kasus rujukan KIA (2007)
Sebab rujukan Kasus Tempat rujukan
1. Retensio plasenta 1 RSUD
2. Ketuban pecah dini 4 RSUD
3. Kala I tak maju 3 RSUD
4. Kala II tak maju 1 RSUD
5. DKP / Serotinus 1 RSIA Adina
6. Post SC 1 RSIA Adina
Cakupan Kegiatan Desa Bogoran
Kasus rujukan KIA (2008)
Sebab rujukan Kasus Tempat rujukan
1. KPD Fetal distress 2 RSUD, RSIA Adina
2. Kala I Tak maju 2 RSUD
3. Kala II Tak maju 2 RSUD
4. G1 Presentasi bokong 1 RSUD
5. Pre eklamsia 1 RSUD
6. Perdarahan pervaginam 1 AI’s Clinic
post trauma
7. Abortus 4 PKM Sapuran
Cakupan Kegiatan Desa Bogoran
Akseptor KB (sd Oktober 2008)
1. WUS 564
2. PUS 473
3. IUD 38
4. MOW 56
5. MOP 2
6. Implant 89
7. Suntik 164
8. Pil 40
9. Kondom 2
10. Peserta KB Aktif 240
 K1 di daerah lain, k4 apakah bisa dimasukkan ke
tempat tinggal yang baru?
 ADD  untuk desa siaga, posyandu dll padahal
sebelumnya tidak pernah ada alokasi seperti itu
 Koordinasi lintas sektor tidak mudah, pelaksanaannya
sulit
 ADD  di desa ada rapat, tapi kesehatan dianggap
sudah banyak uang  fokus lebih ke pembangunan fisik
 K4  yang penting kunjungan sudah 4x
 ADD  terbentur masalah kapasitas SDM kepala Desa
(lebih mementingkan pembangunan fisik)
 Koordinasi sudah ada, kesepakatan tidak pernah ada.
 PNPM  petugas kesehatan tidak pernah diajak
membahas masalah PNPM di tingkat kecamatan
ataupun desa.
Terima Kasih

52

Anda mungkin juga menyukai