0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
45 tayangan99 halaman
Dokumen tersebut membahas upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah sesuai standar pelayanan minimal bidang kesehatan, meliputi pelayanan untuk ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, balita, anak sekolah, dewasa produktif, lanjut usia, dan penderita penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Standar pelayanan dirinci untuk setiap kelompok usia.
Dokumen tersebut membahas upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah sesuai standar pelayanan minimal bidang kesehatan, meliputi pelayanan untuk ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, balita, anak sekolah, dewasa produktif, lanjut usia, dan penderita penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Standar pelayanan dirinci untuk setiap kelompok usia.
Dokumen tersebut membahas upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah sesuai standar pelayanan minimal bidang kesehatan, meliputi pelayanan untuk ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, balita, anak sekolah, dewasa produktif, lanjut usia, dan penderita penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Standar pelayanan dirinci untuk setiap kelompok usia.
Latar Belakang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Jenis Layanan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Pelayanan kesehatan ibu hamil Pelayanan kesehatan ibu bersalin Pelayanan kesehatan bayi baru lahir Pelayanan kesehatan balita Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar Pelayanan kesehatan pada usia produktif Jenis Layanan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Pelayanan kesehatan pada usia lanjut Pelayanan kesehatan penderita hipertensi Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat Pelayanan kesehatan orang dengan TB Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV 1. Pelayanan kesehatan ibu hamil
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar;. Pengertian pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki STR/SIP Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
2. Ukur tekanan darah; 3. Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA) 4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri); 5. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ); 6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan; 7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan lanjutan 8. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan trimester kehamilan. 9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan; 10. Temu wicara (konseling) lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja : dinilai dari cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun. 2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi lanjutan Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan persalinan normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Adapun untuk persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Rujukan. Defenisi Operasional Capaian Kinerja : dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun. 3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanankesehatan sesuai
standar. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada Pelayanan Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR). Defenisi Operasional Capaian Kinerja : dinilai dari persentase jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun 4. Pelayanan kesehatan balita Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat dan atau Dokter/Dr Layanan Primer dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR) dan diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan UKBM. lanjutan Beberapa Pelayanan kesehatan, meliputi : a). Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali setahun; b).Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun; c). Pemberian imunisasi dasar lengkap. Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari cakupan balita yang mendapat pelayanan kesehatan balita sehat sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. 5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar. Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan kesehatan yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar, minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh Puskesmas. lanjutan Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan yang meliputi : a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis anemia); b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas); c). Penilaian kesehatan gigi dan mulut; d). Penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster snellen; e).Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu tala; lanjutan Semua anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota adalah semua peserta didik kelas 1 dan kelas 7 di satuan pendidikan dasar yang berada di wilayah kabupaten/kota. Defenisi Operasional Capaian Kinerja : dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun ajaran. 6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pengertian Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar adalah Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai kewenanganya oleh: (1). Dokter; (2). Bidan; (3). Perawat; (4). Nutrisionis/Tenaga Gizi; (5). Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih. lanjutan Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun minimal dilakukan satu tahun sekali. lanjutan Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi : (1). Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut; (2). Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer; (3). Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah; lanjutan (4). Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku; (5).Pemeriksaan ketajaman penglihatan; (6). Pemeriksaan ketajaman pendengaran; (7). Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun. Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya. lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari persentase pengunjung usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan skrining kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun 7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar, Pengertian Pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas sesuai standar adalah : a) Dilakukan sesuai kewenangan oleh : (1. Dokter; (2). Bidan; (3). Perawat; (4). Nutrisionis/Tenaga Gizi; (5). Kader Posyandu lansia/Posbindu. lanjutan Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun. Lingkup skrining adalah sebagai berikut : Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah lanjutan Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah. Deteksi kadar kolesterol dalam darah Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS). Pengunjung yang ditemukan memiliki faktor risiko wajib dilakukan intervensi secara dini lanjutan Pengunjung yang ditemukan menderita penyakit wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya. Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari persentase pengunjung berusia 60 tahun keatas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. 8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar ; dan upaya promosi kesehatan melalui modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis, diabetes melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) yang mempunyai kompetensi untuk penanganan komplikasi lanjutan Standar pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah: Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Faskes Tingkat Pertama Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita Hipertensi di Faskes Tingkat Pertama Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi: pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan diet seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk usia di bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke atas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis. lanjutan Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami komplikasi, maka penderita perlu dirujuk ke FKTL yang berkompeten lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari persentase jumlah penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. 9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar. Sasaran indikator ini adalah penyandang DM di wilayah kerja kabupaten/ kota. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di FKTP. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan komplikasi perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya. Pelayanan kesehatan penyandang DM diberikan sesuai kewenangannya oleh : Dokter/DLP, Perawat, Nutrisionis/Tenaga Gizi, lanjutan Pelayanan kesehatan diberikan kepada penyandang DM di FKTP sesuai standar meliputi 4 (empat) pilar penatalaksanaan sebagai berikut : Edukasi, Aktifitas fisik, Terapi nutrisi medis, Intervensi farmakologis. Setiap penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar termasuk pemeriksaan HbA 1 C. Bagi penyandang DM yang belum menjadi peserta JKN diwajibkan menjadi peserta JKN lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari persentase penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pemerintah kabupaten/kota secara bertahap harus membuat rencana aksi untuk bisa menjangkau seluruh penyandang DM di wilayahnya dan mengupayakan agar semua penyandang DM tersebut memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan sesuai standar. Secara nasional saat ini baru 30 persen penyandang DM yang terdiagnosis dan mendapatkan pelayanan kesehatan. 10. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah: Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan dan pemasungan. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat dan dokter Puskesmas di wilayah kerjanya. lanjutan Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi: a) Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gej ala gangguan jiwa, kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah tindakan pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah tangga dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau b) Tindakan kebersihan diri ODGJ berat Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan penyediaan materi KIE dan Buku Kerja sederhana. lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dengan jumlah ODGJ berat (psikotik) di wilayah kerja nya yang mendapat pelayanan kesehatan jiwa promotif preventif sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. 11.Pelayanan kesehatan orang TB Pelayanan Tuberkulosis Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di FKTP (puskesmas dan jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah maupun swasta Pelayanan yang diberikan sesuai Pedoman Penanggulangan TB yang berlaku antara lain : a). Penegakan diagnosis TB dilakukan secara bakteriologis dan klinis serta dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya; b). Dilakukan pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan intensif, bulan ke 5 dan akhir pengobatan; c). Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan panduan OAT standar. lanjutan Gejala Utama TB adalah batuk selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa aktifitas fisik dan badan meriang lebih dari satu bulan. Kegiatan Promotif dan preventif antara lain penemuan kasus secara dini, penemuan kasus secara aktif, pemberian KIE untuk pencegahan penularan dengan penerapan etika batuk, pengendalian faktor risiko dan pemberian obat pencegahan Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan TB sedini mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus pemantauan hingga sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati Sampai Sembuh). lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari persentase jumlah orang yang mendapatkan pelayanan TB sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. 12. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil, pasien TB, pasien infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan, dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya dan diberikan di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik pemerintah maupun swasta serta di lapas / rutan narkotika. lanjutan Pelayanan Kesehatan meliputi: a). Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV; b). Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan bagi orang yang berisiko dimulai dengan: pemberian informasi terkait HIV-AIDS pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan menggunakan alat tes sesuai standar nasional yang telah ditetapkan lanjutan Orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke fasilitas yang mampu menangani untuk mendapatkan pengobatan ARV dan konseling tentang HIV dan AIDS bagi orang dengan HIV (ODHA) dan pasangannya Orang dengan infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan dengan hasil pemeriksaan HIV negatif harus dilakukan pemeriksaan ulang minimal setelah tiga (3) bulan, enam (6) bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan yang perta lanjutan Definisi Operasional Capaian Kinerja: dinilai dari persentase orang berisiko terinfeksi HIV yang datang ke fasyankes dan mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) Pendahuluan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin desa), Desa Siaga Definisi UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia) adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti Polindes, POD (pos obat desa), Pos UKK (pos upaya kesehatan kerja),TOGA (taman obat keluarga), dana sehat, dll. Tujuan Terbentuknya UKBM 1. Meningkatnya jumlah dan mutu UKBM 2. Meningkatnya kemampuan pemimpin/Toma dalam merintis dan mengembangkan UKBM 3. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan UKBM 4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali, menghimpun dan mengelola pendanaan masyarakat utk menumbuhkembangkan UKBM Sasaran a. Individu/Toma berpengaruh b. Keluarga dan perpuluhan keluarga c. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja, dll d. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll e. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus 1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyarakatkan dewasa ini. Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu : KB, KIA, Imunisasi dan penanggulangan Diare. Terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah , sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru lanjutan karena terbukti ampuh mendeteksikan permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi : 1. Meja 1 : Pendaftaran 2. Meja 2 : Penimbangan 3. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat 4. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A ,dan tablet besi 5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,serta pelayanan keluarga berencana. 2. Pondok Bersalin Desa ( Polindes ) Pondok bersalin desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan anak . UKBM ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA ,yaitu kesenjangan geografis ,kesejangan informasi, kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial budaya. lanjutan Keberadaan bidan ditiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi , sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi. 3. Pos Obat Desa (POD) Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana, melengkapi kegiatan preventif dan promotif yang telah di laksanakan di posyandu. Dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di sesuaikan dengan stuasi dan kondisi setempat Beberapa pengembangan POD itu antara lain 1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya. 2. POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat ; 3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu: 4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes ; 5. Pos Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa pondok pesantren 4. Dana Sehat Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai berikut. a. Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolahan. b. Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dilaksanakan pada 96 kabupaten. c. Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pasa 39 kabupaten/kota. lanjutan d. Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri. e. Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dilaksanakan pada 11 kabupaten/ kota. f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota. 5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan: b. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi kemasyarakatan. c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemapuan sendiri. d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan. e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam bidang kesehatan. 6. Upaya Kesehatan Tradisional Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah dihalaman atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisinal lanjutan Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga dan meningkatan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat digunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarikan alam dan memperindah tanam dan pemandangan 7. Upaya Kesehatan Kerja Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada industrilisasi sekarang ini. Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin banyak, yang biasanya tetap diiringi oleh meraknya tenaga tenaga kerja imformal. Salah satu wujud upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos Upaya kesehatan kerja (Pos UKK) di sektor informal dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal. Lanjutan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional OKMD di lingkungan pekerja merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk maningkatkan produktivitas kerja. 8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta Upaya kesehatan dasar swasta dapat dikelompokkan menjadi : a. Kelompok pelayanan swasta dasar di bidang medik, meliputi Balai Kesehatan Ibu dan anak (BKIA), Balai pengobatan (BP) Swasta dan Rumah bersalin (RB): b. Kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, pusat kebugaran, dan sebagainya: c. Kelompok tradisional, meliputi tabib, sinshe, panti pijat, dukun patah tulang, yang pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan tradisional (Ukestra) 9. Kemintraan LSM dan Dunia Usaha Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi non pemerintah ( Nom Governmental organization/ NGO) yang sebenarnya mempunyai bebeerapa potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatam masyarakat, antara lain dalam hal community development, pemberi pelayanan kesehatan, pelatihan untuk berbagai macam bidang, dan penghimpunan dana masyarakat untuk kesehatan lanjutan Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan menjadi jejaring LSM yang ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada beberapa kelompok peminatan kesehatan, yaitu : a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Masyarakat Desa (PKMD) /Primary health Care (PHC) b. Keluarga berencana /Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA) c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS) lanjutan d. Kesehatan anak, ramaja, dan generasi muda e. Kesehatan wanita f. Pengobatan tradisional g. Kesehatan kerja h. Kesehatan lingkungan/air bersih i. Penyakit menular j. Klinik/ balai pengobatan 10. Kader Kesehatan Kader di indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian khalayak. Kesederhanaannya dan asalnya yang dari masyarakat setempat, telah membuat kader begitu dekat dengan masyarakat membuat alih pengetahuan dan olah keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah. lanjutan Kedekatanya dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi penghubung yang andal antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Profil kader yang paling dikenal adalah kader posyandu. Melejitnya jumlah dan peran posyandu dalam keberhasilan program keluarga berencana dan kesehatan. lanjutan Telah turut mengangkat kepopelaran kader posyandu di Indonesia. Peran PKK (Pembinaaan Kesejahteraan Keluarga) dalam kader ini sangat besar, karena kampir seluruhnya kader posyandu atau kader PKK adalah wanita. Tim Penggerak PKK dari mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten / kota, kecamatan dan desa/kelurahan, selalu berupaya melakukan penggerakan dan pembinaan intensif terhadap kader PKK yang menjadi kegiatan posyandu. Peran Pengembangan UKBM Di Desa
1. Setiap desa: memiliki potensi untuk
mengembangkan UKBM di Desa 2. Setiap desa, umumnya memiliki UKBM 3. UKBM yang mandiri, entry point pengembangan Desa 4. UKBM Mandiri (contoh: Posyandu UKBM selayaknya ada di desa 1. UKBM dalam pemeliharaan kesehatan: a. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) b. Pos UKK c. Pos Kesehatan Pesantren d. Dana Desat e. Tabulin, jambulin, Dasolin f. Ambulan Desa, suami siaga g. Kelompok donor darah h. Kader i. Dokter Kecil lanjutan 2. UKBM di bidang kesehatan ibu & anak: a. Polindes b. BKB (Bina Kesehatan Balita) c. KP-KIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak) d. PAUD (Pembinaan AnakUsia Dini) e. GSI lanjutan 3. UKBM di Bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan: a. Pokmair (Kelompok Pemakai Air) b. DPKL (Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan) c. Jumantik d. Kader Kesling e. Kelompok siaga bencana f. Kelompok pengelola sampah dan limbah g. Kelompok pengamat (surveilan) dan pelaporan dll lanjutan 4. UKBM di Bidang Gizi dan farmasi: a. Posyandu b. Posyandu Usila c. Warung sekolah d. POD/WOD e. Taman Obat Keluarga (TOGA) f. Kader: Posyandu, Usila, POD Bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM )
1. Suatu karya bhakti Hasuda (SBH) merupakan bentuk
partisipasi generasi muda khususnya pramuka dalam bidang kesehatan. 2. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD), merupaka wujud peran serat masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 3. Pemberantasan Penyakit Menular melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa(P2M-PKMD) merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam penangulangan penyakit menular yang banyak di derita penduduk setempat lanjutan 4. Desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL), merupakan wujud peran serta masyarakat dalam program menyediakan air bersih dan perbaikan lingkungan pemukiman. Melalui kegiatan ini diharapkan cukupan penyediaan air bersih dan rumah sehat menjadi semakin tinggi. 5. Pos kesehatan pondok pesantren (Poskestren), merupakan wujud partisipasi masyarkat pondok pesantren dalam bidang kesehatan. Biasanya dalam poskestren ini muncul kegiatan, antara lain pos obat pondok pesantren (POP), santri hasada ( kader kesehatan di kalangan santri), pusat informasi kesehatan di pondok pesantren, dan upaya kesehatan lingkungan di sekitar pesantren. lanjutan 6. Karang Werda, merupakan wujud peran serta masyarakat dalam upayakesehatan usia lanjut, misalnya pos pembina terpadu lansia (posbindu lansia atau posyandu usila). 7. Dan masih banyak lagi bentuk UKBM yang lain Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya (UKBM)
1. Wujud Peran Serta Masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini ada beberapa wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pemabangunan nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut : a. Sumber Daya Manusia setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembanguanan masyarakat. Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut. 1) Pemimpin masyarakat yang berwawsan kesehatan 2) Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak dan lain-lain. 3) Kader Kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya : kader Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain. lanjutan b. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktifitas dibidang kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut. 1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Yaitu segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, seperti : · Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) · Pos Obat Desa (POD) · Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) · Pos kesehatan di Pondok Pasantren (Pokestren) · Pemberantasan Penyakit Menular dengan Pendekatan PKMD (P2M-PKMD) · Penyehatan Lingkungan Pemungkiman dengan Pendekatan PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan desa pencontohan kesehatan lingkungan (DPKL). lanjutan · Suka Bakti Husada (SBH) · Taman Obat Keluarga (TOGA) · Bina Keluarga Balita (BKB) · Pondok Bersalin Desa (Polindes) · Pos Pembinaan Terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Usila) · Pemantau dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB) · Keluarga Mandiri · Upaya Kesehatan Mesjid lanjutan 2) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatannya. 3) Organisasi Swasta yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, ruamh bersalin, balai kesehatan Ibu dan anak, balai pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan seabaginya. lanjutan c. Dana Wujud lain partisipasi masyarakat adalah dalam bentuk pembiayaan kesehatan seperti dana sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan berbagai bentuk asuransi dibidang kesehatan. Secara umum jenis-jenis partisipasi pemberdayaan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut; lanjutan 1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa), dana sehat pola UKS (Upaya Kesehatana Sekolah), dana sehat pondok pasantren, dana sehat pola KUD (Koperasi Unit Desa), dana sehat yang dikembangkan oleh LSM, dan dana sehat organisasi/kelompok lainnya (Supir angkot, tukang becak dan lain-lain); 2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan sasaran para pengawai negeri sipil, pensiunan, dan sebagaian karyawan swasta atau pengawai pabrik; lanjutan 3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemiliharaan kesehatan) khusunya bagi para pekerja Perusahaan swasta; 4) Asuransi kesehatn swasta atau badan penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat (Bapel JPKM0), seperti asuransi kesehatan yang dikelola PT tugu mandiri, PT Bintang Jasa, dan lain-lain. d. Wujud Lain Masih ada bentuk peran serta masyarakat selain di atas, antara lain : 1) Jasa Tenaga 2) Jasa Pelayanan 3) Subsidi silang 2. Lingkup Peran Serta Masyarakat Ruang lingkup peran serta masyarakat (PSM) menjadi sangat luas bahkan tidak terbatas. Namun demikian, untuk memudahkan dalam pembinaan, lingkup PSM dapat dikelompokkan menjadi a. Upaya Kesehatana Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh masyarakat umum. b. Upaya Kesehatan Tradisional (UKESTRA) c. Upaya Kesehatan Kerja (UKK) d. Upaya Kesehatan Dasar Swasta (UKDS lanjutan e. Kemitraan LSM dan dunia usaha. f. Dan sehat/jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat (JPKM) g. Peran wanita pembangunan kesehatan h. Peran generasi muda dalam pembangunan keseahatan i. Kader kesehatan. 3. Prinsip Penggerakan Peran Serta Masyarakat Kesehatan merupakan kebutuahn setiap orang. Oleh karena itu kesehatan seharusnya tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta masyarakat dibidang kesehatan di arahkan melalui tiga macam utama, sebagai berikut. a. Kepemimpinan b. Pengorganisasian c. Pendanaan lanjutan Dengan demikian, tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan peran serta masyarakat di bidang kesehatan adalah sebagai berikut. a. Setiap pemimpin kelompok masyarakat baik formal maupun imformal mempunyai wawasan kesuma (kesehatan untuk semua). b. Setiap kelompok masyarakat baik ditingkat kewilayahan maupun organisasi, mempunyai bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi mereka dalam menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi, dengan kualitas yang baik. Dana sehat pada UKS untuk para murid sekolah dan lain-lain Lanjutan c. Setiap kelompok masyarakat mengembangkan dana sehat menggunakn pola yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, dengan kualitas yang memadai. Dana sehat pola PKMD untuk masyarakat perdesaan, dana sehat pola KUD untuk masyarakat anggota KUD, 4. Manajemen Pembinaan Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat di bidang kesehatan mempunyai kekhususan seabagai berikut a. Meskipun kesehatan berdampingan dengan kedokteran, implementasi program kesehatan masyarakatnya berbeda jauh dengan dunia kedokteran. Keseahtan masyarakat sangat erat kaitannya dengan aspek sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. b. Bidang gerak serta masyarakat amat luas dan sangat bervariasi sehingga tidak mungkin menerapkan suatu harusan yang sifatnya mutlak. G. Bina Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat 1. Bina Upaya Kesehatan Tradisional. a. Upaya kesehatan tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat yang potensial dalam menunjang pembangunan kesehatan. b. Pengobatan tradisional diakui keberadaannya sejak jaman dahulu kala dan telah dimanfaatkan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat- obat modernnya dikenal masyarakat. c. Pembinaan upaya pengobatan tradisional di Kecamatan/Desa masih kurang lanjutan 2. Bina Upaya Kesehatan Kerja Upaya kesehatan kerja semakin penting pada era industrialisasi sekarang ini karena pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin banyak serta makin maraknya tenaga kerja informal lanjutan 3. Bina Upaya Kesehatan Dasar Swasta Bina upaya kesehatan dasar swasta atas dasar permenkes dan petunjuk pelaksanaanya berupa SK Dirjen Binkesmas lanjutan 4. Bina Peran Wanita dalam Pembangunan Kesehatan Upaya penigkatan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan dilakukan melalui berbagai cara diantaranya dengan memanfaatkan tanaman obat untuk mengatasi penyakit sederhana setempat dengan istilah TOGA. lanjutan 5. Bina Peran Generasi Muda Dalam Pembangunan kesehatan Program ini mencoba menggalang partisipasi generasi muda dalam pembangunan kesehatan dengan mengembangkan Kader Kesehatan Remaja. Disamping itu berbagai bentuk apresiasi generasi muda di bidang kesehatan tetap terus dilakukan, seperti lomba poster remaja, teknologi tepat guna, konsultasi kesehatan remaja, Warta generasi Muda sehat dll lanjutan 6. Bina Kader Kesehatan Kader merupakaan sosok insan yang menarik perhatian khalayak karena kesederhanaannya dan asalnya yang dari masyarakat setempat, telah membuat kader begitu dekat dengan masyarakat, pada giliranya membuat alih pengetahuan dan olah keterampilan dari kader kepada tetangganya demikian mudah, serta dengan petugas puskesmas telah membuat mereka menjadi penghubung yang handal antara petugas kesehatan dengan masyarakat lanjutan 7. Bina Dana Sehat/JPKM Dana sehat di kecamatan Pangalengan sudah lama dikembangkan jauh sebelum program JPKM dicanangkan, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Terima kasih TERIMA KASIH