Anda di halaman 1dari 75

PROMOSI KESEHATAN

PADA TINGKAT USIA : ANAK,


DEWASA DAN LANSIA

Oleh Rahmat Sudiyat


 1) Definisi Anak PraSekolah
 Anak Prasekolah adalah anak yang berusia
antara 3-6 tahun,mereka biasanya mengikuti
program prasekolah baik di taman kanak-
kanak, kelompok bermain maupun tempat
penitipan anak. (Joyce Engel,1999)
 Anak usia prasekolah adalah usia mainan,
karena pada masa itu anak menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk untuk
bermain dengan mainannya.
( Elizabeth,2005 )
lanjutan

 Pada usia ini berkembang rasa inisiatif anak.


 Prilaku yang nampak adalah anak banyak bertanya,
banyak meniru aktivitas orang lain dan mencoba
melakukan tugas tertentu.
 Anak mulai menunjukkan inisiatif misalnya mandi,
membereskan mainannya sendiri, membantu
adiknya dan sebagainya.
 Pada usia ini anak juga mulai melibatkan diri dalam
aktivitas bersama.
 Anak pada usia ini juga mulai menghadapi
tuntutan oleh lingkungannya untuk berprilaku
dalam batas tertentu.
 Ini dapat menimbulkan krisis, sehingga anak
dapat mengalami kekecewaan.
 Bersama munculnya inisiatif, anak juga mulai
merasakan rasa bersalah yang dapat
menghambatnya untuk maju.
 Bila lingkungan tidak kondusif terhadap inisiatif
anak maka rasa bersalah akan menjadi lebih
dominan dalam kehidupan anak selanjutnya
1. Ciri Sosial
 a) Umumnya anak pada tahapan ini
memiliki satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya
dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial
 b) Kelompok bermain cenderung kecil dan
tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti-ganti
 c) Anak lebih mudah/seringkali bermain
bersebelahan dengan anak yang lebih besar
2. Ciri Emosional
 a) Anak TK cenderung mengekspresikan
emosinya dengan bebas dan terbuka.
 Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak
pada usia tersebut.
 b) Iri hati pada anak prasekolah sering
terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.
3. Ciri kognitif anak prasekolah
 a) Anak prasekolah umumnya terampil
dalam berbahasa
 b) Kompetensi anak perlu dikembangkan
melalui interaksi, minat, kesempatan,
mengagumi dan kasih sayang
3) Cara mengembangkan agar anak dapat
berkembang menjadi kompeten:
 a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan
bervariasi dengan anak.
 b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan
dan dikatakan anak.
 c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti
dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
 d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk
melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
 e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan
ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
lanjutan
 f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang
diperbolehkan oleh lingkungannya.
 g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
 h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak,
lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig
(1973)
2. Pendidikan Anak Usia Dini
 1) Definisi PAUD
 Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan diselenggarakannya PAUD
 a) Tujuan utama :
 untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
 b) Tujuan penyerta:
 untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar di sekolah
3) Lembaga yang Berkaitan Dengan PAUD
 a) Kemenkes
 b) BKKBN
 c) Kemenag
 d) Kemendagri
 e) Kemendiknas
Berbagai Bentuk Pelayanan PAUD di
Masyarakat
Nama Layanan Tatanan Usia yang diLayani

Bina Keluarga Balita


Rumah, Sarana Desa Ibu dan Anak balita
( BKB )

Bagi Masyarakat berpenghasilan


Taman penitipan Anak(TPA) 1,5 bulan – 5 tahun
Rendah

Kelompok Bermaian, Sanggar


Di rumah / berpindah-indah 3-6 Tahun
Kegiatan Belajar ( SKB )

Taman kanak-kanak (TK) / Kelompok A : 4-5 tahun


Sekolah
Raudhatul Anfal ( RA ) Kelompok B : 5-6 tahun

Taman pendidikan Al-Quran ( TPQ ) Masjid, Mushola -

POSYANDU Tempat serbaguna di Desa 0-5 tahun


4) Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

 a) Infant (0-1 tahun)


 b) Toddler (2-3 tahun)
 c) Preschool/ Kindergarten children (3-6
tahun)
 d) Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8
tahun)
5) Pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD)
 a) PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan
sumber daya manusia dan sangat fundamental.
 b) PAUD memegang peranan penting dan menentukan
bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab
merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak.
 c) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan
dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik
maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan
prestasi belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya
anak akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya
lanjutan
 d) Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari
perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan
otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling
vital yakni mencapai 80% perkembangan otak.
 e) Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak
dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik
semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar
untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya
anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang
memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat
untuk mengembangkan hidup selanjutnya.
ANAK USIA
SEKOLAH
 1) Definisi UKS
 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah Usaha
Kesehatan Masyarakat yang ditujukan kepada
masyarakat sekolah, yaitu : anak didik, guru,
dan karyawan sekolah lainnya.(Indan. 2000).
 Prioritas pelaksanaan UKS diberikan kepada
SD mengingat SD merupakan dasar dari
sekolah-sekolah lanjutannya (Indan. 2000).
 a) Golongan masyarakat usia sekolah (6-18
tahun) merupakan bagian yang besar dari
penduduk Indonesia (kurang lebih 29 %), di
perkirakan 50 % dari jumlah tersebut adalah
anak-anak sekolah.
 b) Masyarakat sekolah yang terdiri atas
murid, guru serta orang tua murid
merupakan masyarakat yang paling peka
(sensitif) terhadap pengaruh modernisasi dan
tersebar merata diseluruh Indonesia
 c) Anak-anak dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan sehingga masih mudah dibina
dan dibimbing.
 d) Pendidikan kesehatan melalui
masyarakat sekolah ternyata paling efektif
diantara usaha-usaha yang ada untuk
mencapai kebiasaan hidup sehat dari
masyarakat pada umumnya
 a) Umum :
 Mempertinggi nilai kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta rehabilitasi anak-
anak sekolah dan lingkungannya sehingga
didapatkan anak-anak yang sehat jasmani,
rohani, dan sosialnya.
 b) Khusus :
 Mencapai keadaan sehat anak-anak sekolah
dan lingkungannya sehingga dapat
memberikan kesempatan tumbuh dan
berkembang secara harmonis serta belajar
secara efisien dan optimal
4) Kegiatan-kegiatan Usaha kesehatan sekolah

1. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Health


school living).
 a) Bangunan dan perlengkapan sekolah yang
sehat.
 b) Kebersihan ruangan dan halaman sekolah.
 c) Tersedianya kakus dan air yang memenuhi
syarat kesehatan.
 d) Hubungan yang baik antara guru, murid dan
masyarakat/orang tua murid
lanjutan
2. Pendidikan Kesehatan
 a) Pendidikan tentang kesehatan perorangan
dan lingkungan.
 b) Pendidikan tentang pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular.
 c) Pendidikan tentang makanan sehat dan hidup
yang teratur.
 d) Pendidikan tentang sikap yang baik dan
kebiasaan–kebiasaan yang rapi.
 e) Pendidikan tentang pencegahan kecelakaan
lanjutan
3. Usaha Pemeliharaan kesehatan disekolah
 a) Pemeriksaan kesehatan perorangan dan
lingkungan secara berkala.
 b) Usaha pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular (vaksinasi dan sebagainya).
 c) Usaha kesehatan gigi sekolah.
 d) Mengirimkan anak-anak yang memerlukan
perawatan khusus ke pihak yang lebih ahli.
 e) PPPK dan pengobatan sederhana.
MANUSIA DEWASA
 Kurangnya pengetahuan pada usia dewasa
dalam mencegah faktor resiko maupun faktor
pencetus dari penyakit
 Kurangnya pengetahuan pada usia dewasa
tentang tanda dan gejala penyakit
 Kurangnya pengetahuan pada usia dewasa
tentang manajemen penyakit
 kurangnya pengetahuan pada usia dewasa
tentang faktor yang menyebabkan suatun
penyakit
 Ketidakmauan/Sikap yang tidak mendukung
terhadap pencegahan suatu penyakit
 Ketidakmampuan…….
◦ Tujuan Promosi Kesehatan :
Meningkatkan pengetahuan orang dewasa tentang
penyakit
◦ Meningkatkan sikap orang dewasa dalam
menghindari faktor-faktor penyebab atau pencetus
suatu penyakit
◦ Meningkatkan perilaku dewasa untuk selalu
menerapkan pencegahan dan mengetahui
bagaimana manajemennya bila mengalami suatu
penyakit
 Sasaran
◦ Sasaran Primer : Dewasa
◦ Sasaran Sekunder : Keluarga dengan resiko
tinggi/lingkungan
 Materi / Isi Promosi Kesehatan
◦ Pengertian
◦ Tanda dan gejala
◦ Penyebab
◦ Penatalaksanaan
◦ Kompilkasi
METODA
1. Ceramah :
 Mudah digunakan tapi sulit dikuasai
 Membagi informasi, mempengaruhi pendapat,
merangsang pemikiran berdasarkan pesan verbal
 Sasaran biasanya pasif, sedikit interaksi dengan
narasumber atau peserta lainnya
2. Media Massa
 Saluran komunikasi yang menjangkau sasaran
luas
 Umumnya, sasaran tidak atau sedikit usaha
untuk menerima pesan
 Strategi ini tidak efektif karena pesan tidak dapat
dikhususkan untuk sasaran tertentu
 Strategi ini efisien karena biaya yang murah
dalam skala ekonomi
 Contoh : televisi, radio, koran, majalah, outdoor
media
3. Instruksi individual
 Dalam tatanan pasien, disebut konseling
 Bersifat individual, digunakan bila perbedaan
karakteristik sasaran sangat besar
 Penyuluh memberikan advokasi solusi
permasalahan kesehatan berdasarkan
kebutuhan individual
 Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi
sasaran
lanjutan
4. Simulasi
 Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi
nyata digunakan untuk merangsang atau membantu proses
pembelajaran
 Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik simulasi
tersebut
 Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role
playing), model komputerisasi
 Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan mengubah
sikap
lanjutan

5. Modifikasi Perilaku
 Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip
pengkondisian melalui rangsangan dan konsekuensi
 Teori : rangsangan (antecedent) à perilaku
spesifik àkonsekuensi (positif/negatif)
 Contoh rangsangan : iklan televisi
 Contoh konsekuensi positif : hadiah, pujian
 Contoh konsekuensi negatif : sanksi
lanjutan

6. Pengembangan Masyarakat
 Proses yang berorientasi kepada metode
pengorganisasian masyarakat yang menekankan
pada pengembangan kemampuan, keterampilan dan
pemahaman pada masyarakat tertentu
 Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan
bersama dalam pemecahan masalah.
 Promotor Kesehatan bertindak sebagai fasilitator
 Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan strategi
lain karena efeknya terjadi dalam waktu yang lama
Brainstorming

 Langkah-Langkah
1. Pemberian informasi dan motivasi
 Fasilitator menjelasakan masalah yang dihadapi beserta
latarbelakangnya dan mengajak peserta untuk
menyumbangkan pemikirannya.
2. Identifikasi
 Peserta diundang untuk memberikan sumbang saran
pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran ditampung.
3. Klasifikasi
 Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah
selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan criteria yang
dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bias
berdasarakan struktur / faktor-faktor lain.
Brainstorming

4. Verifikasi
 Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran
yang telah diklasifikasikan.Setiap sumbang saran diuji
relevansinya dengan permasalahan. Apabila terdapat
sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan
sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada
pemberi sumbang saran bias diminta argumentasinya.
5. Konklusi (Penyepakatan)
 Fasilitator / pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba
menyimpulkan butir-butir alternative pemecahan masalah
yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah
Aturan Dalam Memilih Metoda/
Strategi Promosi Kesehatan
1. Pilih minimal tiga strategi/metoda
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan
dalam promosi kesehatan
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah &
sederhana
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang
akan diintervensi, semakin banyak strategi yang
digunakan
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi
umumnya mempunyai efek yang singkat
LANSIA
1) Definisi Lansia
 Menula/ Lansia adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaki diri ata
u mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di
derita (Nugroho, 2000).
lanjutan
Menurut WHO penggolongan lansia meliputi:
 a) Usia pertengahan (middle age) ialah
kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
 b) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
 c) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
 d) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2) Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

a. Perubahan Fisiologis
 Perubahan dari tingkat sel sampai kesemua

sistem organ tubuh, diantaranya sistem


pernapasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu
tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal,
genitourinaria, endokrin dan integumen
LANJUTAN

b. Perubahan Psikologis
 Perubahan psikologis pada lansia meliputi
short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takutmenghadapi kema
tian,perubahan keingginan, depresi, dan
kecemasan (Maryam, 2008). Hurlock, 2000).
LANJUTAN

 Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya


individual differences pada lansia.
 Lansia memiliki kepribadian yang
berbeda dengan sebelumnya.
 Penyesuaian diri lansia juga sulit
karena ketidakinginan lansia untuk berinterak
si dengan lingkungan ataupun pemberian
batasan untuk dapat berinteraksi
c. Perubahan sosial
 Umumnya lansia banyak yang melepaskan
partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan
itu dilakukan secara terpaksa.
 Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan
dengan dunia sosialnya
akan mengalami kepuasan.
 Pernyataan tadi merupakan
disaggrement theory.
 Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia.
d. Perubahan Ekonomi
 Menurut Kuntjoro (2002) Pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
 Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar
para lansia dapat menikmati hari tua atau
jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga
diri.
 Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun
lebih tergantung dari model kepribadiannya.
 1) Definisi Posyandu Lansia
 Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan
oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan
 Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
 Posyandu lansia adalah merupakan suatu
bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya
masyarakat atau /UKBM yang dibentuk oleh
masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan itu sendiri khususnya pada
penduduk usia lanjut.
lanjutan
2) Tujuan Posyandu Lansia
 a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan
lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
 b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran
serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
3) Sasaran Posyandu Lansia

1. Sasaran Langsung
 a) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
 b) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
 c) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi
(70 tahun ke atas)
lanjutan
2. Sasaran tidak langsung
 a) Keluarga dimana usia lanjut berada.
 b) Organisasi sosial yang bergerak dalam
pembinaan usia lanjut.
 c) Masyarakat luas
4) Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

 Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem


5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam
posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
kabupaten maupun kota penyelenggara.
 Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5
meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan
kegiatan sebagai berikut :
a) Meja I : Pendaftaran lansia, pengukuran
dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
b) Meja II : Melakukan pencatatan berat
badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti
pengobatan sederhana dan rujukan kasus
juga dilakukan di meja II ini.
c) Meja III : Melakukan kegiatan penyuluhan
atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Kendala Pelaksanaan Posyandu
Lansia
 a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat
posyandu
 b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau
sulit dijangkau
 c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar
maupun mengingatkan lansia untuk datang ke
posyandu.
 d.Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
 Pelayanan kesehatan pada posyandu lansia
meliputi kesehatan fisik dan mental
emosional, dengan KMS mencatat dan
memantau untuk mengetahui lebih awal
penyakt atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi dan perkembangannya.
 1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari,
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian,
naik turun tempat tidur, buang air kecil dan
besar.
 2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini
berhubungan dengan mental emosional, dengan
menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa
dilihat KMS usia lanjut)
 3) Pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
lanjutan
 4) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut
nadi selama satu menit.
 5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist,
Sahli, atau Cuprisulfat.
 6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai
deteksi awal adannya penyakit gula.
 7) Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein
dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
lanjutan
 8) Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada
keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
 9) Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar
kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan
konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok usia lanjut.
 10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas
bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam
rangka kegiatan perawatan kesehatan
Senam Lansia

 Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur


dan terarah serta terencana yang dilakukan secara
tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994).
 Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang
teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh
orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut.
lanjutan
 Jenis-jenis senam lansia
 a. Senam kebugaran lansia
 b. Senam otak
 c. Senam osteoporosis
 d. Senam hipertensi
 e. Senam diabetes mellitus
 f. Olahraga rekreatif/jalan santai.
 Faktor–faktor yang mempengaruhi
lansia dalammengikuti kegiatan posyandu
lansia (senam lansia) adalah :
 1. Pengetahuan lansia
 2. Jarak
 3. Dukungan keluarga
 4. Sikap lansia
 Pada dasarnya merupakan upaya pencegahan
primer ( primary prevention).
 Anjuran dari Slamet Suyono (RSCM, 1997)
adalah : BAHAGIA
 Berat badan berlebihan agar dihindari dan
dikurangi
 Aturlah makanan hingga seimbang
 Hindari faktor risiko penyakit degeneratif
 Agar terus berguna dengan mempunyai hobi
yang bermanfaat
 Gerak badan teratur agar terus dilakukan
 Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan
tangkal situasi yang menegangkan
 Awasi kesehatan dengan memeriksakan
badan secara periodik
b. Upaya pencegahan / Prevention

 ♣ Bagaimanapun hebatnya penemuan dalam bidang


teknologi dan obat-obatan untuk merawat dan
menyembuhkan Lansia yang sakit, tetapi peranan prevensi
(pencegahan) semakin besar, karena bila dilaksanakan
secara cermat dan terus menerus akan memberikan hasil
yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah.
 ♣ Yang dimaksudkan dengan prevensi bukanlah
menghindarkan ketuaan atau proses menjadi tua,
melainkan menghindarkan sejauh mungkin penyakit-
penyakit yang dapat timbul dan mengusahakan agar fungsi
tubuh selama mungkin dapat dipertahankan.
lanjutan
1. Upaya pencegahan primer (Primary prevention)
 Ditujukan kepada Lansia yang sehat, mempunyai
risiko akan tetapi belum menderita penyakit. Dapat
digolongkan pada upaya peningkatan
2. Upaya pencegahan sekunder (Secondary prevention)
 Ditujukan kepada penderita tnpa gejala, yang
mengidap faktor risiko. Upaya ini dilakukan sejak awal
penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.
lanjutan
 3. Upaya pencegahan tersier (Tertiary prevention)
 Ditujukan kepada penderita penyakit dan penderita
cacat, yang telah
 memperlihatkan gejala penyakit.
 * Tahap I : Ketika Lansia dirawat di RS
 * Tahap II : Ketika Lansia pada masa rehabilitasi atau
rawat jalan
 * Tahap III : Ketika Lansia pada saat pemeliharaan
jangka panjang
♣ Tindakan pencegahan praktis yang dapat
dilaksanakan :
 a. Hindari berat badan berlebihan (obesitas
ataupun overweight)
 b. Kurangi makan dan pilihlah makanan yang
sesuai
 c. Olahraga yang ringan dan teratur harus
dilakukan
 d. Menghindari faktor resiko PJK
 e. Menghindari timbulnya kecelakaan pada
Lansia
 f. Tindakan yang mengisi kehidupan Lansia
 g. Persiapan menghadapi pensiun
 h. Pemeriksaan kesehatan secara periodik
Diagnosa dini dan pengobatan / Early
diagnosis and prompt treatment
 Dilaksanakan oleh Lansia, keluarga, petugas
professional, dan petugas panti.
 Pengobatan dijalankan terhadap gangguan
sistem, mengurangi gejala yang terjadi dan
mengatasi manifestasi klinik.
 Kegiatan dilaksanakan di tingkat keluarga,
fasilitas pelayanan tingkat dasar, dan fasilitas
pelayanan rujukan tingkat I dan tingkat II.
lanjutan
 1. Diagnosa dini oleh Lansia dan keluarga
 - Di Amerika Serikat, bimbingan diberikan oleh
National Health Information Clearinghouse (1994),
untuk memungkinkan para Lansia memberi skor
terhadap gaya hidup sehat (healthstyle self-test)
dengan menghitung skor merokok, pemakaian
alkohol, dan obat, kebiasaan makan, olahraga, dan
kebugaran, pengendalian stres, juga pengamanan diri
terhadap kecelakaan dan cedera
lanjutan
 Medical screening schedule (prosedur penapisan)
dianjurkan U.S. Preventive Services Task Force (1994),
meliputi:
 a. Penapisan :
 Anamnesa diarahkan terhadap tanda gejala nyeri dada,
kebiasaan diet, kebiasaan olahraga, pemakaian alcohol dan
kebiasaan merokok, serta ada atau tidaknya gangguan
fungsi di rumah
 Pemeriksaan fisik : berat dan tinggi badan, tekanan
darah, visus, fungsi pendengaran, alat Bantu dengar,
pemeriksaan payudara, pemeriksaan laboratorium,
glukosa dan kolesterol, fungsi kelenjar tiroid, EKG, pap
smear, sigmoidoskopi, kolonoskopi
lanjutan
 b. Konseling :
 Olahraga dan latihan tertentu, diet, lemak, kolesterol,
karbohidrat, kalori, penyalahgunaan narkotika,
alcohol, zat adiktif, pencegahan kecelakaan, kesehatan
gigi, glaucoma, pengobatan estrogen.
 c. Imunisasi :
 Hepatitis B, Vaksin influenza
SEMOGA BERMANFAAT TERUTAMA BAGI
MAHASISAWA, PROFESIONAL DAN LANSIA

Anda mungkin juga menyukai