Anda di halaman 1dari 8

SHALAT DALAM SAFAR

A. SHALAT QASHAR
Shalat qashar yaitu shalat yang dikerjakan dengan
meringkas bilangan raka’atnya, seperti empat menjadi
dua.
1. Mengqashar shalat yang empat raka’at.
Allah Ta’ala berfirman :
”Apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidak
ada salahnya bila kamu mengqashar shalat, kalau kamu
khawatir akan diganggu oleh orang-orang kafir.”
• Berkata Ibnul Qaiyim : ” jikalau berpergian,
Rasulullah SAW. Selalu mengqasahar shalat yang
empat rakaat dan mengerjakannya hanya dua-dua
rakaat, sampai beliau kembali ke madinah.” Tidak di
temukan keterangan yang kuat bahwa beliau tetap
melakukannya empat rakaat. Hal ini tidak menjadi
perselisihan lagi bagi imam-imam, walau mereka
berlainan pendapat tentang hukum mengqashar.

2. Jarak bolehnya mengqashar.


Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Baihaqi
meriwayatkan dari Yahya bin Yazid, katanya :
”Saya bertanya kepada Anas bin Malik perihal
mengqashar sahalat. Ujarnya: ’Rasulullah SAW.
Bershalat dua raka’at kalau sudah keluar sejauh tiga
mil atau satu farsakh’.”
Sebagaimana diketahui satu farsakh itu sama dengan
tiga mil. Rasulullah SAW telah melakukan qashar jika
beliau berpergian dalam jarak sediki-dikitnya sejauh
tiga mil. Satu farsakh ialah 5541 meter sedang satu mil
1748 meter.

3. Tempat dibolehkan mengqashar.


Jumhur ulama berpendapat bahwa mengqashar itu
dapat di mulai setelah meninggalkan kota dan keluar
dari daerah lingkungan. Ini merupakan syarat, dan
seorang musafir diharuskan lagi mencukupkan
shalatnya, baru kalau ia sudah memasuki rumah
pertama di daerahnya itu.
• Ibnul Mundzir : ”Saya tidak menemukan sebuah
keterangan pun bahwa Nabi saw. Mengqashar dalam
berpergian kecuali setelah keluar dari madinah.”
Dan berkata Anas :
”Saya bershalat Dzuhur bersama Rasulullah saw. Di
madinah empat raka’at dan di Dzul Hulaifah dua
raka’at.”
4. Bilakah musafir itu mencukupkan shalatnya?
Seorang musafir itu boleh terus mengqashar
shalatnya selama ia masih dalam berpergian. Jika ia
bermukim di suatu tempat karena sesuatu keperluan
yang hendak diselesaikannya, maka ia tetap boleh
mengqashar, sebab masih terhitung dalam
berpergian walaupun bermukimnya di sana sampai
bertahun-tahun lamanya.

B. SHALAT JAMA’
Shalat jama’ artinya shalat yang dalam
pelaksanaannya dikumpulkan, misalnya zhuhur
dengan ashar, maghrib dengan isya, di dalam satu
waktu.
• Shalat jama’ dalam pelaksanaannya ada dua yaitu :
- Jama’ taqdim
- Jama’ ta’khir
Dibolehkan seseorang itu merangkap shalat dzuhur
dengan ashar, baik secara taqdim maupun ta’khir,
begitu pun dibolehkan menjama’ shalat maghrib
dengan isya, bila ditemukan salah satu di antara hal-
hal berikut :
- Menjama’ di Arafah dan Muzdalifah.
- Menjama’ dalam bepergian.
- Menjama’ di waktu hujan.
- Menjama’ sebab sakit atau uzur.
- Menjama’ sebab ada keperluan.

C. SHALAT DI ATAS KENDARAAN


Mengerjakan shalat dalam kapal, menurut tatacara
yang mungkin dilakukan, hukumnya sah tanpa makruh
sama sekali. Diterima dari Ibnu Umar, katanya :
”Nabi saw. Ditanya perihal shalat di atas kapal, maka
ujar beliau : ’Shalatlah di sana dengan berdiri, kecuali
bila engkau takut tenggelam’!”
(Diriwayatkan oleh Daruquthi dan Hakim menurut syarat Bukhari dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai