0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
796 tayangan21 halaman
Ragam bahasa baku merupakan bahasa utama yang digunakan dalam komunikasi resmi, ilmiah, dan perundang-undangan. Bahasa baku memiliki ciri-ciri seperti penggunaan ejaan yang tepat, struktur kalimat lengkap, dan penggunaan kata depan secara konsisten. Ragam bahasa baku juga menghindari penggunaan kosakata informal dan konstruksi kalimat dari bahasa daerah atau asing.
Ragam bahasa baku merupakan bahasa utama yang digunakan dalam komunikasi resmi, ilmiah, dan perundang-undangan. Bahasa baku memiliki ciri-ciri seperti penggunaan ejaan yang tepat, struktur kalimat lengkap, dan penggunaan kata depan secara konsisten. Ragam bahasa baku juga menghindari penggunaan kosakata informal dan konstruksi kalimat dari bahasa daerah atau asing.
Ragam bahasa baku merupakan bahasa utama yang digunakan dalam komunikasi resmi, ilmiah, dan perundang-undangan. Bahasa baku memiliki ciri-ciri seperti penggunaan ejaan yang tepat, struktur kalimat lengkap, dan penggunaan kata depan secara konsisten. Ragam bahasa baku juga menghindari penggunaan kosakata informal dan konstruksi kalimat dari bahasa daerah atau asing.
1 2 Bahasa Baku Bahasa baku dipandang sebagai bahasa utama yang menjadi kerangka acuan sebagai tolok ukur untuk menentukan pemakaian bahasa yang memenuhi persyaratan baik dan benar.
Ragam bahasa baku terutama digunakan dalam
ragam lisan resmi, ragam tulis ilmiah, dan ragam perundang-undangan. Pemakaian ragam bahasa baku terikat pada kaidah kebahasaan yang meliputi kaidah ejaan, tata tulis, tata bahasa, dan kaidah pembentukan istilah). Ranah Pemakaiannya 3
1-1 Ranah komunikasi resmi:
misalnya dalam surat menyurat resmi, pengumuman resmi, dan perundang-undangan. 1-2 Ranah wacana teknis: misalnya dalam penulisan karya ilmiah, berupa: makalah, artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan buku ilmu pengetahuan. 1-3 Ranah pembicaraan di depan umum: misalnya dalam berpidato dan berceramah. 1-4 Ranah pembicaraan dengan orang yang dihormati: misalnya dalam pembicaraan antara seorang siswa dengan gurunya, karyawan dengan pimpinannya, atau siapa pun yang dengan alasan dan pertimbangan tertentu harus menghormati mitra wicaranya, misalnya berbicara dengan orang yang baru dikenal. Sifat Bahasa Indonesia Ragam Baku 4 Bahasa Indonesia ragam baku memiliki sifat yang khas, sedangkan bahasa Indonesia ragam tidak baku tidak memiliki sifat yang khas. Menurut Alwi dkk. (1993:14; cf. Moeliono, 1984:29-35), bahasa Indonesia ragam baku itu memiliki sifat: 2-1 kemantapan dinamis Mantap berarti sesuai dengan kaidah bahasa, sedangkan dinamis berarti tidak statis, tidak kaku. Sifat ini berupa kaidah atau aturan yang tetap yang tidak dapat berubah setiap saat. Tentu saja, kemantapan itu tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur pada bidang kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan jenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern. 2-2 kecendekiaan Bahasa Indonesia ragam baku bersifat cendekia karena digunakan di tempat-tempat resmi oleh kaum berpendidikan atau terpelajar. Oleh karena itu, perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan-satuan kebahasaan yang lebih besar menggambarkan penalaran atau pemikiran pemakainya, yaitu teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini pada umumnya masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat bahasa Indonesia ragam baku. 2-3 Penyeragaman Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau variasi bahasa. Penyeragaman itu, misalnya, menyangkut pembentukan kata, pembentukan istilah, dan penyerapan kosakata asing. 5 CIRI BAHASA BAKU 6
01. Pemakaian ejaan resmi yang berlaku secara taat asas
(konsisten) sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Misalnya: 1. Sebelum industri itu didirikan, terlebih dahulu dilakukan analisa dampak lingkungan oleh pada ahli karena pembangunan industi itu berdekatan dengan pemukiman. 2. Lembaga itu akan mengorganisir semua kegiatan dalam peringatan ulang tahun kemerdekaan. Pemakaian kata analisa dan mengorganisir dalam kalimat (1) dan (2) di atas tidak sesuai dengan ejaan resmi. Ejaan resmi untuk kedua kata itu adalah analisis dan mengorganisasikan. Tidak sesuai dengan ejaan resmi Sesuai dengan ejaan resmi 7 (1) memproklamirkan memproklamasikan (2) tradisionil tradisional (3) hipotesa hipotesis (4) jadual jadwal (5) kwalitas kualitas (6) bikin membuat (7) cuma hanya (8) tapi tetapi (9) kenapa mengapa (10) dikasih tau diberitahukan 02. Pemakaian fungsi gramatis atau sintaksis (subjek- 8 predikat-objek-pelengkap-keterangan) secara eksplisit dan konsisten serta lengkap. Maksudnya, bahasa Indoneaia baku mensyaratkan pemakaian kalimat lengkap sesuai dengan kaidah struktur kalimat bahasa Indonesia Bentuk (kalimat) tidak baku: 1. Minggu depan, Herlambang akan ke Jakarta untuk menghadiri seminar di Universitas Indonesia. 2. Dalam seminar itu, akan mempresentasikan gagasannya tentang faktor-faktor penyebab kepunanahan bahasa daerah di indonesia. 3. Hartono berdiskusi di Universita Gadjah Mada. 4. Presiden di Istana Negara hari ini untuk bertemu dengan para menteri. 03. Pemakaian prefiks meN- atau ber- bila ada secara 9 eksplisit dan konsisten. Bentuk (kalimat) tidak baku: 1. Pihak kejaksaan akan ungkapkan beberapa kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. 2. Polisi akan tangkap para pengedar narkoba untuk menyelematkan generasi muda. 3. Para korban gempa bumi di Bengkulu butuh bantuan obat-obatan dan tenda untuk buat tempat tinggal darurat. 4. Para mahasiswa sedang diskusi untuk menemukan langkah pemberantasan korupsi. 5. Presiden akan ada di Yogyakarta selama satu minggu pantau penangan para korban gempa di wilayah Bantul. 04. Pemakaian konjungsi (kata penghubung) seperti bahwa dan karena bila ada secara 10 eksplisit dan konsisten. Bentuk (kalimat) tidak baku: 1. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan program keluarga berencana belum dapat dianggap sebagai cara terbaik untuk mengatasi masalah kependudukan. 2. Para hali ekonomi menjelaskan krisis ekonomi di Indonesia memerlukan penangan yang serius dari pihak pemerintah. 3. Para ahli geologi berpendapat gempa-gempa susulan masih akan terjadi dalam waktu seminggu pascagempa. 4. Fery Surya dijatuhi hukuman penjara tujuh tahun, berdasarkan bukti-bukti, dia merupakan pelaku utama pembunuhan Alda Risma di sebuah hotel. 5. Pihak kepolisisn telah berusaha membrantas kasus perdagangan anak, kasus perdagangan masih tetap marak di Indonesia. 6. Pihak kepolisian berusaha untuk mengatasi penebangan liar, penebangan liar sulit diberantas. 7. Mulyana dihukum penjara selama lima tahun, dia terbukti bersalah menyelewengkan dana pembuatan kotak suara pemilu. 11 05. Pemakaian partikel lah, kah, dan pun bila ada secara eksplisit dan konsisten
Bentuk (kalimat) tidak baku:
1. Apa hasil penelitian ini bermanfaat atau tidak bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hal itu tidak diperhitungkan sebelumnya. 2. Ketika para ahli meneliti pengaruh negatif minuman keras bagi remaja, beberapa mahasiswa ikut terlibat dalam penelitian itu. 3. Terima bingkisan ini sebagai hadiah atas keberhasilanmu pada ujian masuk UGM dan diterima di Fakultas Ekonomi. 12 06. Pemakaian pola frasa verbal (berunsur: aspek-pelaku- verba) secara konsisten.
Bentuk (kalimat) tidak baku:
1. Akhir-akhir ini, kita sering baca berita di surat kabar tentang kasus penculikan anak. 2. Dalam waktu dua bula, kamu harus selesaikan penelitian itu. 3. Pihak kejaksaan menyatakan bahwa berbagai kaksus korupsi kami akan selidiki secepatnya. 13 07. Pemakaian kata depan pada, di, dan ke secara tetap, tidak saling bertukar
Bentuk (kalimat) tidak baku:
1. Dialog antara masyarakat Yogyakarta dengan presiden dilaksanakan di saat presiden berkantor di Gedung Agung Yogyakarta selama empat hari. 2. Presiden menyempatkan diri untuk berkunjung di Yogyakarta sebagai wujud keprihatianan atas musibah gempa yang menimpa warga Yogyakarta. 3. Seminar Internasionan tentang Pelestarian Lingkungan akan diadakan di Bali di akhir tahun ini. 08. Menghindari pemakaian konstruksi kalimat yang terpengaruh oleh 14 konstruksi kalimat bahasa daerah atau bahasa asing.
Bentuk (kalimat) tidak baku:
1. Universitas Gadjah Mada merupakan universitas yang besar sendiri di Yogyakarta. 2. Gedung Fakultas Peternakan terletak di bagian timur sendiri di kawasan kampus ini. 3. Menteri Pendidikan Nasional berkunjung ke Fakultas Ekonomi yang mana salah seorang putranya kuliah di fakultas itu. 4. Menteri Pendidikan Nasional membukan seminat nasional yang diadakan di Fakultas Ekonomi di mana beliau mengajar sebelum menjadi menteri. 5. Para ahli-ahli hukum berusaha merumuskan kerangka undang- undang untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak-ahak asasi manusia. 09. Tidak menggunakan unsur leksikal yang berasal dari ragam 15 informal atau ragam percakapan sehari-hari.
Bentuk (kalimat) tidak baku:
1. Masyarakat ndak tau kenapa pemerintah tak bisa mengatasi kenaikan harga sembilan bahan kebutuhan pokok. 2. Dokter bilang penyakitnya orang itu bisa disembuhkan dengan jalan operasi. 3. Setalah dikasih tau dokter, dia siap untuk menjalani operasi agar penyakitnya sembuh. 4. Dokter cuman bilang, baiknya orang itu dirawat di rumah sakit. 5. Kayaknya, gempa-gempa susulan sudah tidak akan terjadi lagi, tapi masyarakat tetap khawatir untuk tinggal di rumah. 10. Menghindari pemakaian kata-kata turunan (derivasi) yang pembentukannya 16 menyimpang dari kaidah pembentukan kata turunan.
Bentuk (kalimat) tidak baku:
1. Akhirnya, anak itu diketemukan kembali setelah hilang selama delapan bulan. 2. Mahasiswa tidak boleh mengenyampingkan tugas utamanya, yaitu belajar. 3. Setelah berdiskusi dengan temannya, Andika merubah pikirannya dan memutuskan untuk bergabung dengan para relawan yang akan berangkat ke Bengkulu. 4. Para mahasiswa mentertawakan pernyataan orang itu yang dinilainya tidak masuk akal. 5. Budiman telah melola perusahaan itu selama 5 tahun. 6. Sudah seharusnya, masyarakat mentaati peraturan lalu lintas untuk menghindari kecelakaan. 11. Sedapat mungkin menghindari konstruksi yang bersifat analisis jika terdapat 17 padanan kata yang menunjukkan konstruksi sintetis. Contoh: Bentuk (kalimat) yang perlu dihindari 1. Tahun depan, Baskoro akan memasukkan sekolah anaknya di luar negeri. 2. Minggu lalu, beberapa menteri mengadakan kunjungan ke daerah yang tertimpa musibah gempa bumi di Bengkulu. 3. Pada kesempatan itu, mereka melakukan peninjauan ke beberapa lokasi gempa. 4. Menjelang keberangkatannya ke Mesir, Rakhman memberi nasehat pada anak- anaknya agar selalu rajin belajar dan beribadah. 5. Hidayat akan melakukan penelitian terhadap pelanggaran peraturan lalu lintas oleh mahasiswa di wilayah kota Yogyakarta. 6. Petugas kebersihan berusaha untuk selalu membuat bersih Jalan Malioboro agar nyaman bagi pejalan kaki. 7. Gunawan meningalkan pesan pada adiknya agar menyiapkan makanan untuk ibunya. 12. Dalam ragam bahasa tulis baku diharuskan menggunakan dan menempatkan 18 tanda-tanda baca sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan serta menulis kata-kata yang sesuai dengan pedoman ejaan. Contoh: Bentuk (kalimat) yang penulisannya tidak sesuai dengan kaidah: (a) Dalam hal pemakaian tanda baca: 1. Gempa bumi yang berpusat di dasar laut, dapat menyebabkan terjadinya tsunami, sehingga penduduk yang bermukim di sekitar daerah pantai harus berhati-hati dan waspada. 2. Masyarakat Indonesia semakin menderita akibat krisis ekonomi yang tak kunjung berakhir sedangkan para pejabatnya semakin kaya dengan lengkapnya fasilitas yang diberikan oleh negara. 3. Bencara alam terus saja terjaadi di Indonesia tetapi, penanganan pasca bencana yang dilakukan pemerintah sangat lamban dan sarat dengan korupsi. 4. Pihak kepolisian tetap berusaha mengungkapkan kasus perdagangan anak, meskipun para pelakunya berusaha untuk mengelak dari tuntutan hukum. 5. Meskipun, para pelaku perdagangan anak berusaha untuk mengelak dari penangkapan polisi dan dari tuntutan hukum. pihak kepolisian tetap berusaha menangkap mereka dan mengungkapkan kasus itu. 19 (b) Dalam hal penulisan kata: 1. Krisis multi dimensi telah melanda masyarakat Indonesia sejak sebelum 1998. 2. Berdasarkan hasil analisa kedokteran orang itu diperkirakan menderita penyakit demam berdarah. 3. Kegiatan ini harus diorganisir dengan baik, untuk mencapai sasaran yang diharapkan. 4. Komisi Yudisial memeriksa beberapa Undang-Undang yang diduga kuat bertentangan dengan U.U.D. 1945. 5. Dalam salah satu Pasal UUD 1945 dinyatakan bahwa Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa Persatuan. (c) Dalam bahasa tulis, penulisan judul buku dan penggunaan kata-kata 20 asing yang masih ditulis sesuai dengan ejaan aslinya harus ditulis dengan miring. 1. Kelebihan lain yang terdapat dalam bagian menu adalah red eye removal yang berguna untuk menghilangkan red eye effect pada gambar yang telah diambil sehingga gambar akan terlihat lebih alami. 2. Nama orang dalam bahasa Jawa disebut jeneng, aran, atau tetenger yang merupakan sebutan terhadap pribadi seseorang. Pada umumnya nama ini diberikan pada seorang anak oleh orang tuanya. 3. Dalam buku berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar dijelaskan bahwa perubahan masyarakat dapat berkaitan dengan nilai-nilai sosial, norma- norma sosial, lapisan-lapisan sosial, dan pola-pola perilaku. 4. Dalam tulisannya yang berjudul Reaktualisasi Pembelajaran Sejarah yang dimuat dalam majalah Gerbang Dr Handoko menjelaskan bahwa pelajaran sejarah harus dapat mengimplementasikan fungsi pendidikan nasional yaitu membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. 21 Catatan Ciri-ciri yang ditunjukkan di atas tentu bukan merupakan pedoman utama dan lengkap untuk menentukan baku atau tidaknya bahasa Indonesia yang digunakan. Akan tetapi, beberapa ciri tersebut tampaknya sudah dapat digunakan sebagai panduan untuk mengidentifikan kebakuan bahasa Indonesia yang digunakan.