Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan Vestibuler

Uji Romberg
Tujuan : menilai adanya disfungsi sistem vestibular.

• Penderita berdiri dengan kaki


yang satu di depan kaki yang
lainnya.
• Tumit kaki yang satu berada
di depan jari-jari kaki yang
lainnya → tandem.
• Lengan dilipat pada dada dan
mata ditutup.
• Kedua mata ditutup 20-30
detik.
• Kelainan vestibuler :
Badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi.
• Kelainan sereberal :
Badan penderita akan bergoyang.
(Harsono, 2000)
Uji Unterberger
• Pasien diminta berjalan di
tempat dengan mata tertutup
(Nurbaiti, 2010)
• Berdiri dengan kedua lengan
lurus horizontal ke depan dan
jalan ditempat dengan
mengangkat lutut setinggi
mungkin selama satu menit

•Kelainan vestibuler→ posisi penderita


akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan
pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus
dengan fase lambat ke arah lesi. Harsono (2000)
Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany)

• Penderita diminta merentangkan


lengannya dan telunjuknya menyentuh
telunjuk pemeriksa.
• Kemudian minta penderita menutup
mata dan mengangkat lengannya
setinggi-tingginya (sampai vertikal) dan
kemudian kembali ke posisi semula.
• Dilakukan dengan lengan ka-ki.
• Dapat pula dilakukan dengan
menurunkan lengan ke bawah sampai
vertikal dan kemudian kembali ke posisi
semula.

Pada gangguan vestibular dan sereberal→


didapatka salah tunjuk (deviasi)
(Lumbantobing, 2007)
Uji Babinsky-Weil

•Pasien dengan mata tertutup berulang kali


berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang selama setengan menit;

•Jika ada gangguan vestibuler unilateral,


pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang.

(Harsono, 2000)
Uji Stepping

• Penderita disuruh berjalan di tempat


dgn mata tertutup sebanyak 50 langkah
dgn kec. seperti berjalan biasa
• Beritahukan kepada pasien agar tetap
berada di tempat selama dilakukan tes
ini.

•Gangguan vestibular : penderita beranjak


> 1 m dari tempat semula atau badan
berputar > 30 derajat

(Lumbantobing, 2007)
Tes Kalori
•Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah)
sebanyak 60 derajat
•Tabung suntik berukuran 20 cc dengan jarum uk no. NB : Nistagmus adalah gerakan
15 yang ujungnya di lindungi karet, dan di isi air osilasi ritmis involunter mata
dengan suhu 30 C yang dapat terjadi pada lirikan
•Air disomprot ke liang telinga 1 cc per detik dalam arah horizontal atau
•Amati bola mata pasien terhadap adanya nistagmus vertikal yang disengaja atau
•Setelah 5 menit, telinga ke 2 dites. kadang pada posisi primer
(Lionel, 2008)

• Normal : nistagmus berlangsung 2- 2 ½ menit.


• Bila masih tidak timbul nistagmus suntikka 20 ml
air es selama 30 detik.
• Jika tetap tidak timbul nistagmus→ labirin tidak
berfungsi.

(Lumbantobing, 2007)
Manuver Hallpike
Tujuan :
• untuk menimbulkan atau memperjelas
nistagmus posisional dan vertigo pada
penderita dengan gangguan sist. Vestibular.

•Pasien disuruh duduk ditempat tidur


pemeriksa (membuka mata)
•Pasien direbahkan sampai kepalanya
tergantung dipinggir dengan sudut sekitar
30 derajat dibawah horison
•Kepala ditolehkan ke kiri
•Diulangi dengan kepala melihat lurus dan
ulangi lagi dgn kepala menoleh ke kanan.
•Perhatikan kapan munculnya nistagmus
•Ditanyakan apa ada vertigo.

(Lumbantobing, 2007)
Intepretasi :
•Dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
•Perifer, vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang
dalam waktu <1 menit, berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue).
•Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung > 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

Ciri Nistagmus Posisional


Lesi Perifer Lesi Sentral
(2-30 detik)
Vertigo Berat Ringan
Masa laten Ya Tidak
Jadi capai/lelah Ya Tidak
habituasi Ya Tidak

(Lumbantobing, 2007)
Daftar Pustaka

1. Akbar, M (2013) Diagnosa Vertigo. Makasar: FK UNHAS


2. Lionel, G (2008) Neurologi. Jakarta: Erlangga Medical Series
3. Lumbantobing (2007) Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Jakarta: FK UI
4. Nurbaiti, I (2010) Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung dan
Telinga. Jakarta: EGC
5. Lionel, G (2008) Neurologi. Jakarta: Erlangga Medical Series

Anda mungkin juga menyukai