ANAK
Vania Firliyanti
111 2016 2142
Pembimbing:
dr. H. Akhmad Kadir, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
■ Intususepsi dikenal juga dengan nama “Invaginasi”. Intususepsi merupakan
penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada bayi. Jika progress dari
intususepsi ini tidak di tatalaksana segera, dapat berakibat fatal. Kematian yang
disebabkan oleh intususepsi jarang ditemukan di negara maju, ini disebabkan
waktu diagnosis yang cepat dan terapi operatif. Di negara berkembang, pasien
mungkin ditemukan telah dalam kondisi serius, dan angka kematian yang tinggi
karena terbatasnya akses kesehatan1
■ ± 65% kasus intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan
insiden puncak antara bulan kelima dan kesembilan kehidupan. Invaginasi sering
dijumpai pada umur 3 bulan - 2 tahun, paling banyak 5 - 9 bulan. Prevalensi
penyakit diperkirakan 1 - 2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak lelaki
lebih banyak daripada perempuan, 3 : 1. Penderita biasanya bayi sehat, menyusui,
gizi baik dan dalam pertumbuhan optimal. 2
BAB II
ISI
■ Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus
masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi /
strangulasi. Umumnya bagian yang proksimal (intususeptum) masuk ke bagian
distal (intususepien).6
Anatomi intestinum
Etiologi
Idiopatik
Kausal
■ Idiopatik
Menurut kepustakaan 90 – 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak
dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai “infatile idiophatic
intussusceptions”. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum
terminal berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat
infeksi virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.7
■ Kausal
Sebagian besar invaginasi belum diketahui penyebabnya, namun berdasarkan fakta-
fakta yang dikumpulkan diperkirakan penyebab invaginasi adalah7:
■ Adanya penebalan Plaque Peyeri akibat suatu proses dari infeksi virus pada usus. 7
■ Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltik yang meninggi. 7
■ Gerakan peristaltik yang berlebihan seperti pada polip usus, divertikel Meckel,
limfoma, hemangioma, leiomioma, leiosarkoma, dan mesenteric hematom
merupakan pencetus pada anak di atas usia 2 tahun atau orang dewasa. 7
Patofisiologi
terjadinya intususeptum
Lipatan ini akan berkembang
menjadi ukuran yang Proses invaginasi akan terus
Terjadinya ketidakseimbangan
abnormal dan akan menjadi berlanjut, mesenterium akan
antara kontraksi otot sirkular
titik tumpu terlipatnya area ikut tertarik dan melintasi
perpendicular akan terjadi
tersebut, menyebabkan sepanjang usus sampai ke
sebuah lipatan
invaginasi di usus distal yang rectum.
berdekatan di area tersebut.
■ Anak biasanya dalam keadaan gizi yang baik, lalu secara tiba-tiba menangis
kesakitan sehingga bayi akan cenderung menarik lutut ke arah perut yang
berlangsung beberapa menit. (drawing up the leg) .
■ Nyeri tersebut kemudian berulang dengan jarak 10 - 20 menit
■ Saat terjadi gangguan total feses mulai bercampur darah segar dan lendir, yang
lama kelamaan tinggal darah segar dan lendir
■ Setelah terjadi sumbatan total terdapat tanda-tanda obstruksi seperti perut
kembung dengan gambaran peristaltik yang jelas, serta muntah yang berwarna
kehijauan. .5
Diagnosis
Foto polos
Letargi sampai syok abdomen tampak
Muntah
hipovolemik gambaran pola gas
usus yg abnormal
Tingkat pembuktian terjadinya invaginasi
menurut The brighton Collaboration
Intussusception Working Group
Level 1 –definite (1 kriteria di bawah ini)
■ Kriteria pembedahan – Invaginasi usus yang ditemukan saaat pembedahan
■ Kriteria radiologi – air enema atau liquid contrast enema invaginasi dengan
manifestasi spesifik yang dapat dibuktikan dengan enema tersebut
■ Kriteria autopsi – invaginasi dari usus
Level 2 – Probable ( 1 kriteria di bawah ini)
– 2 kriteria mayor
– 1 kriteria mayor + 3 kriteria minor
Level 3 – Possible
– 4/> kriteria minor
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit x 103/mm
2 – 5 tahun 6 – 15,5
14 – 18 tahun 4,5 - 11
Tatalaksana invaginasi secara umum mencakup beberapa hal penting sebagai berikut:
10
■ Gastroenteritis
■ Enterocolitis
■ Diverticulum Meckel
■ Henoch-Schönlein purpura
■ Prolapsus Recti
Komplikasi
■ Jika invaginasi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa komplikasi berat,
seperti kerusakan bahkan kematian jaringan usus, perforasi usus (usus pecah),
infeksi, bahkan kematian pada penderita10
Prognosis
■ Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal. Angka
rekurensi pasca reduksi intususepsi dengan enema barium adalah sekitar 10% dan
dengan reduksi bedah sekitar 2-5%; tidak pernah terjadi setelah dilakukan reseksi
bedah. Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan dalam 24 jam pertama
dan meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama setelah hari kedua10
BAB III
KESIMPULAN
■ Invaginasi yang merupakan suatu kedaruratan medis biasa terjadi pada anak kecil
berusia kurang dari satu tahun, yang biasanya belum diketahui penyebabnya.
■ Dari anamnesa dapat diketahui adanya riwayat nyeri abdomen yang hilang timbul
dan berulang setiap 10 sampai 20 menit.
■ Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya massa pada daerah hipogastrium
kanan, selain itu dapat juga teraba ‘dance’s sign’ pada daerah invaginasi. Feses
penderita cenderung bercampur dengan darah dan lendir yang jika sudah terjadi
obstruksi total akan kehilangan massa feses.
■ Dari foto polos abdomen dapat dilihat adanya air fluid level jika terjadi perforasi
akibat invaginasi, dari pemeriksaan barium enema dapat terlihat adanya cupping
pada daerah invaginasi, sedangkan pada pemeriksaan USG dapat dilihat adanya
target sign.
■ Terapi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hidrostatik yag menggunakan
tekanan hidrostatik untuk melepaskan ikatan yang terbentuk, atau dengan reduksi
secara manual yaitu dengan operasi baik dengan reseksi ataupun tidak
Daftar Pustaka
1. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, 29th ed. Philadelphia, Pennsylvania: W.B. Saunders Company, 2008
2. George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 2009 Alih bahasaoleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC.
3. Sabiston, David C. Textbook of Surgery. Elseveir. Philadelphia. 2012
4. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2014. Buku Ajar IlmuBedah ed. 3. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
5. Schwartz. Principle of Surgery. 9ed. Mc-Graw Hill. US. 2010
6. Liebermann, Gillian. Intussusception: A guide to diagnosis and intervention in children. Harvard medical school. Genevieve
daftaray. 2010
7. Blanco FC, Chahine AA, et al. Intususseption; Updated: April 22, 2014; http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview.
8. Ignacio RC, Fallat ME. Intussusception. In: Holcomb GW, Murphy JP, editors. Ashcraft’s pediatric surgery. 5th ed. Philadephia:
Saunders Elsevier; 2010.
9. Ko SF, Lee TY, Ng SH, Wan YL, Chen MC, Tiao MM, et al. Small bowel intussusceptions in symptomatic pediatric patients:
experiences with 19 surgically proven cases. World Journal of Surgery. 2012;26(4):438-43.
10. Mayo Clinic [homepage on the Internet]. Arizona: Intussusception; c1998-2011 [cited 2011 Apr 26]. Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/intussusception/ DS00798
11. Pudjiadji,Antonius. Pedoman pelayanan medis. Edisi II. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia. 2011
12. Hesse, afua. Intussusception chapter 68. Pediatric surgery Africa. 2011