Prosedur Persetujuan Tindakan Medis
Prosedur Persetujuan Tindakan Medis
INFORMED CONSENT
OLEH :
SIDIK PRIBADI
NILUH FENCY
PEMBIMBING :
1. Idries A.B. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997
2. Budiayanto Arif.,Widiatama W., Sudiono S.,dkk. Ilmu kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
3. Flight M. Law, Liability, and Ethics : For Medical Office Professional. 5th Edition. Nelson Education. Canada. 2010.
TUJUAN INFORMED CONSENT
1. Idries A.B. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997
2. Budiayanto Arif.,Widiatama W., Sudiono S.,dkk. Ilmu kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
FUNGSI INFORMED CONSENT
• Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia
• Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
• Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati
pasien
• Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
• Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
• Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan
kesehatan
• Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran
dan kesehatan.
1. Idries A.B. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997
2. Budiayanto Arif.,Widiatama W., Sudiono S.,dkk. Ilmu kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
3. Anonim. Persetujuan dan Penolakan terhadap Tindakan Medis. 2012. http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htm.
DiaksesA.B.
1. Zulfiqar pada tanggalInformed
Beyond 03 September 2014,Bulletin
Consent. pukul 17.35 Wita.
Of The World Health Organization. 2004; 82 : 771-777
INTERNATIONAL GUIDELINES
1. World Medical Association, Helsinki Guidelines, 2003
2. National Bioethics Advisory Committee, 2000
3. Nuffield Council on Bioethics, 2002
4. Council for International Organizations of Medical Sciences,
2003, dan
5. European Union Guidelines, 2003
1. Zulfiqar A.B. Beyond Informed Consent. Bulletin Of The World Health Organization. 2004; 82 : 771-777
2. Health and Human Rights Journals. Informed Consent : Enforcing Pharmaceutical Companies Obligations Abroad. Di unduh dari
http://www.hhrjournal.org/2013/08/26/informed-consent-enforcing-pharmaceutical-companies-obligations-abroad/ . Pada tanggal
09 September 2014. Pukul 14.30 Wita.
1. Zulfiqar A.B. Beyond Informed Consent. Bulletin Of The World Health Organization. 2004; 82 : 771-777
UNSUR INFORMED CONSENT
Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika
memenuhi minimal 3 (tiga) unsur sebagai berikut :
1. Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter.
2. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan.
3. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam
memberikan persetujuan.
1. Wardhani R. K. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) di RSUP dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro.
Semarang. 2009
2. Anonim. Persetujuan dan Penolakan terhadap Tindakan Medis. 2012. http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htm.
Diakses pada tanggal 03 September 2014, pukul 17.35 Wita.
KOMPONEN-KOMPONEN INFORMED
CONSENT
Threshold
elements
Information
elements
Consent
elements
Hak Pasien :
a) Hasil Pemeriksaan
b) Risiko
c) Alternatif
d) Rujukan atau konsultasi
e) Prognosis
1. Anonim. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 : Tentang Kesehatan & Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 : Tentang Praktik
Kedokteran. Visi Media. Jakarta. 2007.
2. Anonim. Persetujuan dan Penolakan terhadap Tindakan Medis. 2012. http://informedconsent_a1.webs.com/persetujuanpenolakan.htm.
Diakses pada tanggal 03 September 2014, pukul 17.35 Wita.
ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT
1. Anonim. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 : Tentang Kesehatan & Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 : Tentang Praktik
1. Zulfiqar A.B. Beyond Informed Consent. Bulletin Of The World Health Organization. 2004; 82 : 771-777
Kedokteran. Visi Media. Jakarta. 2007.
ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT
Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang
dilakukan oleh pelaksana jasa tindakan medis (dokter)
tanpa adanya persetujuan dari pihak pengguna jasa
tindakan medis (pasien), sedangkan pasien dalam
keadaan sadar penuh dan mampu memberikan
persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan
medis dapat dipersalahkan dan digugat telah melakukan
suatu perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad)
berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPer). Hal ini karena pasien mempunyai hak
atas tubuhnya, sehingga dokter dan harus
menghormatinya.
Sanksi
pidana
Sanksi
perdata
Sanksi
administratif