Anda di halaman 1dari 28

Buku Pedoman Inkubator

Bisnis
Latar Belakang
 Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara
dengan potensi kekayaan alam dan jumlah penduduk yang
besar memiliki potensi ekonomi yang besar
 Jumlah wirausaha masih dibawah 2% dari populasi penduduk
dan masih dibawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura,
Malaysia, dn Thailand.
 Perpres No. 27 Tahun 2013 menyebutkan bahwa untuk
meningkatakan daya saing nasional perlu ditumbuhkan
wirausaha baru dan inkubator wirausaha merupakan wahana
ditunjukkan untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan
dan jejaring usaha.
 UU no. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian menyebutkan bahwa
pembinaan sumber daya industri mencakup pembinaan
wirausaha industri untuk menciptakan wirausaha yang
berkarakter dan bermental kewirausahaan serta berkomptensi di
bidang usahanya yang dilakukan melalui pelatihan, kemitraan
dan inkubator wirausaha atau inkubator industri
kebijakan pemerintah dibidang industri, antara lain :
 Hilirisasi Pembangunan industri diarahkan pada industri berbasis
sumber daya alam yaitu pertanian/peternakan, kelautan dan
pertambangan yang mampu memberikan nilai tambah yang tinggi
dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regional dan global.
 Pengembangan IKM dan industri mikro perlu ditingkatkan dan dibina
menjadi usaha yang sesuai dengan standard dan pemenuhan yang
dipersyaratkan, sehingga membuka lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
 Menggalakan IKM yang sehat bagi pelaku industri serta
meningkatkan pertumbuhan IKM melalui penyiapan infrastruktur dan
bantuan teknis.
 Melalui kebijakan tersebut, maka program insentif inkubasi bisnis
industri perlu dijalankan agar dapat menumbuhkan tenant untuk
menjadi perusahaan industri pemula serta meningkatkan IKM
menjadi usaha yang terstandar.
Maksud dan Tujuan
 Memfasilitasi pengembangan industri
 Menciptakan sinergi antara lembaga pendidikan,
pemerintah, dan dunia industri untuk mendorong
transfer teknologi, inovasi, hilirisasi produk dan
meningkatkan daya saing produk industri.
 Mempercepat perkembangan wirausaha industri baru
 Meningkatkan jumlah wirausaha industri baru yang
berdaya saing sehingga mampu mempercepat
pertumbuhan sektor industri.
 Meningkatkan jumlah wirausaha industri baru yang
mampu menciptakan lapangan kerja di masayarakat.
 Menciptakan budaya kewirausahaan di masayarakat.
Definisi Inkubator Bisnis
 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan
Inkubator Wirausaha, mendefinisikan :
 Inkubator Wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan
proses inkubasi terhadap Peserta Inkubasi (Tenant). Peserta inkubasi atau
tenant akan memperoleh pembinaan, pendampingan, dan pengembangan
yang diberikan oleh inkubator wirausaha.
 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 11 /Per/M.KUKM/ XII
/2013:
 (a). Inkubasi adalah proses pembinaan bagi Usaha Kecil dan atau
pengembangan produk baru yang dilakukan oleh Inkubator Bisnis dalam
hal penyediaan sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha dan
dukungan manajemen serta teknologi.
 (b). Inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan
fasilitas dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi
bagi Usaha Kecil dan Menengah untuk meningkatkan dan mengembangkan
kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru agar dapat
berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang
berdaya saing dalam jangka waktu tertentu.
Model Inkubator Bisnis
 Model inkubator bisnis bisa dijelaskan menjadi 5 hal
yaitu:
 Tipe Inkubator bisnis
 Industrial inkubator
 Univeristy-related incubator
 For-profit property development incubators
 For-profit investment incubator
 Corporate Venture incubator
 Model rintisan pengembangan inkubator bisnis
Inkubator Manufacturing
Inkubator Industri Kreatif
Inkubator Agroindustri
 Model pendampingan dan penguatan inkubator
 Model pembiayaan tenant inkubator bisnis
 Model pelatihan inkubator bisnis
Pendirian Inkubator Bisnis

 Tahap pendirian inkubator bisnis

 Tata cara pengelolaan inkubator


bisnis
Tahap pendirianInkubator Bisnis
 Dasar Hukum
 Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian
yaitu pada Bab IV Pembangunan Sumber Daya Manusia
Industri Pasal 17
 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 Tentang
Pengembangan Inkubator Wirausaha
 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 11
/Per/M.KUKM/ XII /2013 Tentang Norma, Standar, Prosedur
Dan Kriteria Penyelenggaraan Inkubator Wirausaha
 Tahap Pendirian
 Tahapan Pertama (Studi Kelayakan dan Persiapan)
 Tahapan Kedua (Benchmarking dan Identifikasi Sarana
Prasarana)
 Tahapan Ketiga ( Implementasi dan Penyusunan Strategi)
PELAYANAN PUBLIK/ PERGURUANTINGGI, INDUSTRI/ ASOSIASI/
PEMERINTAH SEKOLAH KOMUNITAS

FOCUS GROUP
DISCUSSION +
LATAR BELAKANG DAERAH BENCHMARKING +
+ POTENSI INDUSTRI DAERAH + OBSERVASI
POTENSI SDM INDUSTRI +
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI + IMPLEMENTASI +
POTENSI PASAR CONTINOUS
IMPROVEMENT
DAFTAR IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SARANA DAN
PRASARANA + SITE PLAN

RENCANA PROGRAM
KEGIATAN + RENCANA
FOCUS GROUP ANGGARAN DAN BIAYA
DISCUSSION

LAPORAN KINERJA
INKUBATOR

WORKSHOP

LATAR BELAKANG PENDIRIAN


INKUBATOR +
BUSINESS CANVAS MODEL +
MODEL INKUBATOR + ANALISA
ROADMAP +
SWOT
KERANGKA
ACUAN KERJA +
POKJA PENDIRIAN INKUBATOR +
ORGANISASI
KAJIAN AKADEMIS
PENGELOLA +
BUKU PANDUAN
KEGIATAN

TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA TAHAP KETIGA


Tata Cara Pengelolaan Inkubator
Bisnis
 Organisasi Pengelola Inkubator Bisnis
 Bentuk organisasi dari tim pengelola inkubator bisnis bisa menyesuaikan
sesuai dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pengelola inkubator minimal 3
orang yang terdiri dari Ketua dan 2 anggota yang masing-masing
membidangi layanan inkubator bisnis dan layanan pengembangan usaha.
 Bentuk organisasi secara umum sebagai berikut:
Tata kelola inkubator bisnis industri

Pengelolaan sumber daya manusia inkubator


bisnis
Pengelolaan layanan/kegiatan
Pengelolaan tenant
Pengelolaan fasilitas inkubator bisnis
Pengelolaan sumber daya pendanaan
Pengelolaan administrasi dan dokumentasi
inkubator bisnis
Evaluasi Kinerja Inkubator Bisnis
 Pengelola inkubator bisnis harus memiliki kriteria penilaian
kinerja yang jelas. Kriteria penilaian harus meneuhi kriteria
SMART yaitu :
 Specific, indikator keberhasilan harus spesifik sehingga tidak akan
menimbulkan penafsiran yang ganda.
 Measurable, indikator harus bisa diukur agar bisa dilihat sejauh
mana pencapaiannya.
 Attainable, indikator harus bisa diterima oleh semua pihak dalam
organisasi, harus rasional, serta sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
 Realistic, indikator harus sesuai dengan batasan-batasan dalam
tubuh organisasi dalam hal ini inkubator itu sendiri.
 Timely, indikator yang ditetapkan harus diperkirakan terlebih
dahulu apakah bisa dicapai dalam jangka waktu yang telah
ditargetkan sebelumnya.
PENYELENGARAAN INKUBATOR
INDUSTRI

 Inkubator Bisnis yang terstruktur dan


Komprehensif

 Inkubator Bisnis Melalui Paket


Pelatihan Yang Terintegrasi
Inkubator Bisnis yang terstruktur
dan Komprehensif

 Proses dan Tahapan Inkubasi


 Pra- Inkubasi
 Inkubasi
 Pasca Inkubasi
 Layanan Inkubasi
 Jasa Layanan Internal
 Jasa Layanan Eksterna
 Evaluasi Kinerja Tenant
Proses dan Tahapan Inkubasi
 Pra- Inkubasi
 Seleksi proposal bisnis calon tenant
 Para calon tenant harus mampu meyakinkan pengelola inkubator
bisnis bahwa ide bisnis yang diajukan mempunyai prospek
kedepannya melalui proposal bisnis yang minimal memuat : latar
belakang ide bisnis, review ide bisnis, analisa potensi pasar,
analisa sumber daya bahan dan pendukung, analisa SWOT,
business canvas model, serta menampilkan data dukung atau
prototype. Bagi calon tenant yang sudah bisa menampilkan
prototype dapat diberikan nilai tambahan.
 Keseimbangan kompetensi dalam tim kerja. Para tenant harus
bisa membentuk tim kerja dengan komptensi yang merata terutam
dalam bidang produksi, pengembangan produk, dan pemasaran
karena hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan yang penting.
 Perencanaan pengembangan produk. Para tenant harus mampu
membuat rencana kerja pengembanan produk/bisnis mereka selama
berada dalam program inkubasi
Inkubasi
 Inkubator dapat membantu dalam hal menetapkan rencana menyediakan
sumberdaya yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan produksi, bimbingan
teknis dari narasumber internal dan eksternal serta menjajaki investor.
 Pada proses ini juga dilakukan uji coba produksi, uji pasar, dan
pengelolaan usaha dengan didampingi oleh pengelola inkubator
bisnis.
 Peran pengelola inkuabtor bisnis adalah harus bisa menadmpingi tenant
dengan memberikan saran dan motivasi.
 Kewajiban pengelola inkubator bisnis harus menyediakan layanan yang
diberikan kepada para tenant selama tahap inkubasi meliputi lingkup 7 S
(Kementerian KUKM 2012). , yaitu:
 Space, yaitu penyediaan ruang untuk kegiatan usaha tenant;
 Shared office fasilities, yaitu penyediaan sarana perkantoran yang bisa dipakai
bersama.
 Service, yaitu melakukan bimbingan dan konsultasi manajemen: marketing,
finance, production, technology, dan sebagainya;
 Support, yaitu memberikan bantuan dukungan penelitian dan pengembangan
usaha dan akses penggunaan teknologi;
 Skill Development, yaitu meningkatkan kemampuan SDM tenant melalui
pelatihan, penyusunan rencana usaha, pelatihan manajemen dan sebagainya;
 Seed capital, yaitu fasilitasi/penyediaan dana awal usaha serta upaya
memperoleh akses permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan; dan
 Sinergy, yaitu penciptaan jaringan usaha baik lokal maupun internasional
Pasca Inkubasi
 Tahapan ini sebagian IKM atau tenant sudah menghasilkan profit, membutuhkan
layanan yang lebih specific sehingga tidak akan terlalu banyak intervensi yang akan
dilakukan oleh incubator.
 Pada tahap pasca inkubasi tenant yang sudah keluar dari proses inkuabsi in wall Secara
rutin diundang dalam suatu acara seperti workshop bertema kewirusahaan,
pameran, business gathering, dan lainnya agar selalu bisa terhubung dengan pihak
inkubator bisnis.
 Adapun kriteria keberhasilan tenant adalah sebagai berikut :
 Secara manajerial tenant telah mampu menjalankan usahanya tanpa pendampingan dari
Inkubator Bisnis;
 Sehat secara finansial (tanpa dukungan subsidi);
 Mampu menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
permintaan pasar secara berkesinambungan;
 Skala usaha semakin meningkat dan unit bisnis semakin berkembang serta mampu
menciptakan lapangan pekerjaan baru;
 Tenant mampu memberikan konstribusi pendanaan bagi Inkubator Bisnis;
 Pada tahap Roll Out tenant;
 Mencapai Break Even Point (BEP) dan dapat bersaing;
 Tumbuh sesuai dengan Business Plan;
 Siap mandiri secara komersial;
 Mencapai peningkatan volume usaha, nilai tambah dan produktivitas usaha;
 Mampu mengembangkan networking;
Layanan inkubator bisnis

 Jasa Layanan Internal


 Jasa Layanan Pra-Inkubasi
 Dukungan persiapan pembentukan usaha dan bimbingan pengembangan ide usaha,
pelatihan kemampuan kewirausahaan seperti CEFE , AMT, Tim Building

 Perencanaan Usaha
 Bimbingan perencanaan dan pengelolaan keuangan, proyeksi keuangan, bimbingan
penyusunan pembukuan, strategi investasi, strategi pengelolaan hutang dan
penyusunan business plan

 Pembiayaan dan Fund Raising


 Menyiapkan tenant untuk siap menghadapi investor, mengembangkan jejaring
dengan lembaga pembiayaan lokal seperti bank, lembaga keuangan lainya,
Menyediakan bantuan keuangan internal berskala kecil dengan skema investasi
tertentu, membantu tenant untuk menyusunpaket keuangan yang tepat

 Layanan Pemasaran
 Membantu melakukan penelitian/ survey pasar dan memeberikan layanan Public
Relation, seperti memberikan akses promosi
Jasa layanan internal..
 Jejaring usaha
 Menggalakan jejaring antar tenant, start-up, penyedia jasa layanan lainnya

 Mentoring
 Menghubungkan tenant dengan orang yang telah memiliki pengalaman usaha yang
bagus dengan menjadikannya sebagai ‘role model’, sumber pengetahuan dan
penasehat

 Bimbingan Teknis
 Memberikan bimbingan terkait teknologi dan transfer teknologi yang dibutuhkan
oleh tenant

 Pasca Inkubasi
 Menyediakan layanan virtual, paket layanan online, dan informasi melalui web site
dan tetap melakukan mentoring baik secara aktif maupun pasif sesuai dengan
perkembangan ex-tenant

 Layanan bagi Non-tenant


 Menyediakan jasa layanan bagi IKM atau start-up yang tidak tertampung dalam
inkubator, baik karena lokasi yang jauh maupun karena keterbatasan tempat
 Menyelenggarakan pelatihan, workshop, event membangun networking di inkubator
dengan mengikutsertakan IKM atau start-up yang bukan tenant inkubator
Layanan inkubator bisnis

 Jasa Layanan Eksternal


 Mengingat tidak semua layanan yang dibutuhkan tenant dapat
disediakan secara internal oleh inkubator, maka inkubator harus
memiliki akses untuk mendapatkan bantuan eksternal. Layanan
seperti ini biasanya diberikan oleh tenaga ahli sesuai bidangnya
seperti akuntan, paten HKI, atau lembaga survey pasar yang
profesional.
Evaluasi Kinerja Tenant

 Pengelola inkubator harus dapat menyampaikan dengan jelas daftar


alasan yang akan mengarahkan tenant ke masa penyelesaian
keikutsertaan program inkubasi. Beberapa diantaranya adalah :
 Menyelesaikan jangka waktu maksimal yang diperbolehan untuk bergabung
dan menikmati fasilitas dari inkubator
 Presentase pencapaian terhadap target yang sudah disusun dalam rencana
pengembangan produk/bisnis yang sudah disusun ketika masih pada tahap
pre inkubasi
 Pencapaian atas indikator kinerja tertentu seperti jumlah penjualan, jumlah
karyawan dll.
 Pertumbuhan yang lambat dan kegagalan dalam mencapai tujuan usaha
 Mengubah arah kebijakan usaha dari yang dijelaskan dalam bisnis plan
 Perkembangan yang cepat dari usaha yang dilakukan
Inkubator Bisnis Melalui Paket
Pelatihan Yang Terintegrasi
 Persiapan Pelatihan Terintegrasi
 Training Need Analysis (TNA)
 Penyusunan kurikulum
 Kerjasama antara Penyelenggara Inkubator Bisnis dengan Stakeholder di
Daerah
 Pelaksanaan Inkubator Bisnis Melalui Pelatihan Terintegrasi
 Seleksi dan rekrutmen peserta
 Pelaksanaan pelatihan
 Pelaksanaan pendampingan
 Kegiatan penunjang lainnya
 Evaluasi
 Evaluasi peserta
 Evaluasi narasumber
 Evalausi penyelenggara pelatihan
Persiapan Pelatihan Terintegrasi
 Training Need Analysis (TNA)
 Program inkubasi yang terintegerasi dengan diklat harus bersumber dari
kebutuhan akan pelatihan. Analisa kebutuhan pelatihan harus dilakukan secara
mendalam dengan menyasar kelompok usah yang bidang usahanya homogen
 Analisa kebutuhan diklat harus menyasar tiga aspek penting yaitu: aspek teknis
produksi, aspek pengelolaan usaha, dan aspek pengembangan usaha
 Penyusunan kurikulum
 Penyiapan Kurikulum Teknis Produksi
 Kurikulum ini disusun untuk penguatan kemampuan teknis dari sentra industri (KUB
Industri) yang disesuaikan dengan produk yang dibuat. Kurikulum ini harus mampu
mengatasi permasalahan teknis sentra seperti tata cara produksi yang efektif dan efisien,
manajemen mutu produk, teknologi produksi, dan manajemen logistik.
 Sebelum melakukan penyusunan kurikulum, tim inkubator bisnis disamping melakukan
TNA sebaiknya melakukan studi analisa perancangan kerja untuk melihat kelemahan
teknis dari tata cara kerja sentra.
 Penyiapan Kurikulum Kewirausahaan
 Pelatihan teknis kewirausahaan bisa merujuk pada kurikulum Program Pelatihan
Wirausaha Industri Berbasis Kompetensi yang disusun oleh Pusdiklt Industri Kementerian
Perindustrian dengan penyesuaian-penyesuaian materi sesui hasil TNA.
 Rencana Pendampingan Sentra
 Rencana pendampingan disusun berdasarkan analisa dari ouput pelatihan teknis produksi
dan kewirausahaan
Persiapan Pelatihan Terintegrasi

 Kerjasama antara Penyelenggara Inkubator Bisnis dengan Stakeholder


di Daerah
 Seperti yang sudah disampikan sebelumnya, program pelatihan
terintegrasi sangat membutuhkan dukungan dari stakehoklder daerah.
Kerjasama harus dibuat secara jelas dan memuat hal-hal sebagai
berikut:
 Nama dan penjelasan kedudukan para pihak
 Ruang lingkup kerjasama
 Sentra atau KUB Industri yang dibina (disertai nama dan alamat KUB
Industri)
 Rincian kegiatan
 Hak dan kewajiban paar pihak
 Sumber pendanaan
 Jangka waktu kerjasama
 Penyelesaian apabila ada perselisihan
Pelaksanaan Inkubator Bisnis
Melalui Pelatihan Terintegrasi
 Seleksi dan rekrutmen peserta
 Peserta pelatihan merupakan anggota sentra atau KUB industri yang sudah
ditentukan sebelumnya dan sudah dianalisa kebutuhan pelatihannya. Peserta
yang dilatih tetap dilakukan seleksi untuk melihat kemampuan dasarnya
untuk mempermudah transfer ilmu dalam proses diklat. Seleksi dilakukan
dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikan, umur, keterlibatan
dalam KUB industri, serta komitmen dari peserta. Proses seleksi dilakukan
dengan pengisian form dan wawancara langsung kepada calon peserta.
 Pelaksanaan pelatihan
 Pelatihan di luar sentra
 Pelatihan di lokasi sentra atau KUB Industri
 Pelaksanaan pendampingan KUB
 Pendampingan KUB Indsutri atau sentra dilakukan pasca pelatihan dengan
tujuan memastikan bahwa KUB Industri binaan yang sudah diberikan
pelatihan menerapkan hasil diklat. Pendampingan bisa berfungsi ganda yaitu
sebagai evaluator pasca diklat sekaligus TNA untuk diklat selanjutnya.
Pelaksanaan Inkubator Bisnis Melalui Pelatihan
Terintegrasi..

 Kegiatan penunjang lainnya


 Sesuai dengan standar layanan inkubator bisnis, satuan kerja
penyelenggara pelatihan juga harus menyediakan kegiatan penunjang
terutama dalam hal akses pengembangan usaha untuk sentra-sentra atau
KUB Industri binaan. Akses pengembangan usaha antara lain yaitu:
 Pemgembangan akses pasar melalui kegiatan promosi produk, publikasi
sentra, workshop/seminar pemasaran, pameran dan eksebisi,
 Pengembangan akses permodalan melalui kerjasama dengan lembaga-
lembaga yang menyediakan permodalan,
 Pengembangan jejaring kerja sentra melalui pertemuan antar sentra binaan
dan pertemuan antara sentra-sentra binaan dengan para distributor, eksportir,
asosiasi, serta lembaga inkuabator bisnis lain.
Evaluasi
 Evaluasi peserta
 Evaluasi pada peserta dilakukan sepanjang program peatihan terintegrasi berlangsung.
Diakhir diklat peserta harus menguasai kompetensi yang diajarkan. Untuk memastikan
hal tersebut perlu dilakukan evaluasi di setiap akhir pelatihan.
 Disamping penguasaan komptensi, penilaian sikap juga diperlukan untuk melihat
keseriusan serta komitmen peserta dalam mengikuti program
 Evaluasi narasumber
 Evaluasi narasumber dilakukan oleh peserta dan penyelenggara. Evaluasi narasumber
oleh peserta dilakukan oleh peserta di setiap akhir penyampaian materi pelatihan
 Evalausi oleh penyelenggara dilakukan dengan pengamatan langsung penyelenggraa
selama mendampingi narasumber di kelas
 Evalausi penyelenggara pelatihan
 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
 Kesiapan panitia dalam melaksanaan kegiatan
 Kualitas pelayanan panitia terhadap peserta
 Ketersediaan fasilitas diklat dan fasilitas pendukung lainnya
 Saran pengembangan
 Evaluasi Program Pelatihan Terintegrasi
 Mampu meningkatkan kapasitas produksi sentra atau KUB industri
 Mampu meningkatkan ragam atau jenis produk sentra
 Mampu meningkatkan penjualan produk
 Mampu meningkatkan volume usaha sentra atau KUB industri
Penutup

Anda mungkin juga menyukai