Anda di halaman 1dari 25

Perineorrhaphy / Perineoplasty

(Rekonstruksi Vagina Sederhana)

dr. H. EKA BUDI WAHYANA, M.Kes, SpOG, K-FER

Instalasi Kandungan Kebidanan


RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso
Perineum merupakan bagian yang sangat penting
dalam fisiologi.
Keutuhan perineum tidak hanya berperan atau
menjadi bagian penting dari proses persalinan,
tetapi juga diperlukan untuk mengontrol proses
buang air besar dan buang air kecil, menjaga
aktifitas peristaltik normal (dengan menjaga
tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang
sehat.
Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi
pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun
dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan
perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu
cepat.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua
primipara dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga
terjadi robekan
Faktor Predisposisi
A. Faktor Ibu  Paritas dan Meneran
B. Faktor Janin  Berat Janin dan Presentasi
C. Faktor Persalinan Vagina  VE, Forcep,
embriotomi
D. Faktor penolong persalinan
Perineorrhaphy / Perineoplasty
Adalah:
Rekonstruksi otot dan jaringan pada pembukaan
vagina dan telah berhasil menurunkan "introitus"
atau ukuran lubang vagina
Atau
Bedah perbaikan laserasi perineum dan
kelonggaran vagina. Ini adalah rekonstruksi otot
dan jaringan pada pembukaan vagina.
Prosedur ini sangat baik pada penurunan ukuran
lubang vagina dan tidak mengurangi sensasi.
KLASIFIKASI ROBEKAN PERINEUM
• Sultan (1999) :
– Derajat 1 : robekan hanya mengenai epitel vagina dan kulit
– Derajat 2 : robekan sampai otot perineum tapi tidak sfingter ani
– Derajat 3 : robekan sampai sfingter ani :
» 3a. < 50 % ketebalan sfingter ani
» 3b. > 50 % ketebalan sfingter ani
» 3c. hingga sfingter interna
– Derajat 4: robekan hingga epitel anus
– Robekan mukosa rektum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan
tidak termasuk dalam klasifikasi diatas.
CONFIRMING A TEAR BY PALPATING THE SPHINCTER
BETWEEN THE INDEX FINGER IN THE ANUS AND THE THUMB
OVER THE VAGINAL TEAR (“PILL ROLLING” ACTION)
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN PADA PERINEUM
POSTPARTUM ADALAH :

• REEDA
– R (Rednes)  kemerahan
– Edema
– Ecchymosis  kebiruan
– Discharge  cairan berupa lokhia
– Approximation of suture (aproksimasi
jahitan)
PERAWATAN PASCA
EPISIOTOMI
1. Usahakan setiap hari defekasi
2. Membersihkan perineum setelah defekasi
dengan air hangat atau cairan antiseptik
(arah dari depan kebelakang kemudian
dikeringkan)
PERAWATAN PASCA
EPISIOTOMI
3. Kompres dengan kassa antara vagina dan
rektum supaya mencegah gesekan diganti
2x sehari setelah mandi
4. Sith bath jika ada :
Nyeri perineum
Swelling (bengkak)
Menggunakan air hangat
2x sehari setiap 20 menit
PERAWATAN PASCA
EPISIOTOMI
5. Jika nyeri sekali  kompres dingin dengan ice
pack
Keuntungan kompres dingin :
 Membuat vasokonstriksi
 Menurunkan edema
 Menghambat pembentukan hematom
 Menurunkan spasme otot
PERAWATAN PASCA
EPISIOTOMI
6. Latihan kegel untuk mengencangkan vagina
7. Jika terjadi ruptur grade III, robekan perineum
yang luas, nyeri perineum dan periuretra yang
bengkak (swelling)  kemungkinan dapat
terjadi retensio urin.
Untuk mencegah ini  pasang dauer kateter
24 jam
PERAWATAN PASCA
EPISIOTOMI
8. Lokhia
 Tidak boleh ada stasis (sumbatan) lokhia.
 Perhatikan lokhia bau/tidak.
STRATEGI PENCEGAHAN PRIMER
• Seksio Sesarea Elektif

STRATEGI PENCEGAHAN SEKUNDER


• Modifikasi faktor risiko obstetri
• Metode lainnya
– Masase perineum
– Persalinan di air
– Persalinan di rumah
• Cara persalinan pada kehamilan berikutnya :

STRATEGI PENCEGAHAN TERSIER


• Seksio sesarea pd wanita dgn riwayat perineorafi
• Seksio sesarea pd wanita dgn defek pada sfingter ani

Anda mungkin juga menyukai