Anda di halaman 1dari 36

PENGERTIAN

 Robekan obstetrik yang terjadi pada daerah


perineum sebagai akibat ketidakmampuan otot
dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi
lahirnya fetus (Sarwono, 2009).

 Trauma perineum posterior yang diartikan


sebagai kerusakan dinding vagina posterior, otot
perineum, otot sfingter ani eksterna & interna
serta mukosa rektum (Fauzi,2011)
GAMBARAN UMUM

Ruptur perineum ~
persalinan pervaginam

Di Inggris, setiap hari


± 1000 wanita memerlukan
penjahitan perineum

• SPONTAN
Ruptur perineum
• EPISIOTOMI
GAMBARAN UMUM

Klein dkk (2001)


Ruptur episotomi > nyeri
daripada ruptur spontan

Eason dkk (2000)


Vakum ekstraksi > aman
dibandingkan forseps

Review Cochrane (2003)


Episiotomi rutin ~ ↑ insidens
ruptur perineum
INSIDENSI

 WHO 2009 : 2,7 juta kasus ruptur perineum


pada ibu bersalin

 50% dari kejadian ruptur perineum di dunia


terjadi di Asia.

 Diperkirakan tahun 2050 → 6,3 juta kasus


Blood supply & Innervation

Blood • A/V. pudenda


supply • → a/v. iliaca interna

• N. pudenda
Innervation • → Pleksus sakral (S2-S4)
• Sensorik & motorik
6
Blood supply & Innervation

• Terletak pada membran perineal


Clitoris • Klitoris

• Cabang terbesar masuk melalui subkutis


vulva di belakang membran perineal
Perineum • Bulbokavernosus, iskiokavernosus,
perineum transversum, kulit dari labia
minor, labia mayor, dan vestibulum.

Internal • Menuju ke sfingter ani eksterna dan kulit


haemorroid perineum
RUPTUR PERINEUM

 Umumnya robekan perineum akibat regangan yang


terjadi secara berlebihan dan tiba-tiba ketika kepala
janin dilahirkan.
 Teknik penjahitan ruptur perineum disesuaikan dengan
derajat ruptur yang terjadi.
 Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan m. levator
ani dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum/vagina,
sehingga tidak tampak → disfungsi dasar panggul,
merupakan predisposisi prolaps organ panggul.
RUPTUR PERINEUM

 Diagnosis ruptur perineum ditegakkan dengan


pemeriksaan langsung.
 Pada robekan yang hebat, ruptur dapat meluas ke
belakang sampai kanalis analis & merusak otot sfingter
ani eksterna. Pada kasus ini, perbaikan dinding kanalis
analis, vagina, dan badan perineal yang akurat
dilakukan sesegera mungkin.
 Tindakan episiotomi rutin meningkatkan kejadian ruptur
sfingter ani.
A. introital - perineal
region of a nulliparous
woman
B. after vaginal delivery
C. perineal third- fourth
A B
tear
D. The pelvic floor during
late second-stage labour
in vaginal delivery.
Note the overdistension
and enlargement of
puborectalis muscle
c
fibres

C D
Faktor Predisposisi Ruptur Perineum

Faktor ibu
• Partus presipitatus
• Primigravida
• Perineal body yang pendek
• Varises/jaringan parut
• Persalinan operatif (VE/FE), persalinan
pervaginam dengan penyulit
• Obesitas, malnutrisi, panggul sempit, umur
ibu > 35 tahun
Faktor Predisposisi Ruptur Perineum

Faktor Janin
• Presentasi Defleksi
• Letak Sungsang
• After Coming Head
• Makrosomia
• Distosia Bahu
• Kelainan Kongenital
• POP
Faktor Predisposisi Ruptur Perineum

FAKTOR PENOLONG
• Pimpinan persalinan yang salah
• Kerjasama penolong dengan ibu dan
penggunaan perasat manual yang tepat
dapat mengatur kecepatan kelahiran
bayi & mencegah terjadinya ruptur.
Tanda yang menyebabkan ruptur perineum

 Kulit perineum mulai meregang dan tegang.


 Ketika darah mengalir dari liang vagina, ini sering
megindikasikan terjadinya ruptur mukosa vagina.
 Kulit perineum tampak pucat dan mengkilap.
 Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek.
DERAJAT RUPTUR PERINEUM I. Robekan mengenai epitel vagina dan kulit
(SULTAN 1999-RCOG-WHO)

II. Robekan mengenai otot perineum tapi


tidak mencapai ke otot sfingter ani

III. Robekan mencapai sfingter ani

• 3a = robekan < 50% dari sfingter ani eksterna


• 3b = robekan mencapai > 50% dari sfingter ani eksterna
• 3c = robekan mencapai ke sfingter ani interna

IV. Robekan mengenai, perineum, sfingter ani


termasuk mukosa sfingter ani dan rektum 16
Ruptur perineum derajat I Ruptur perineum derajat II

18

Ruptur perineum derajat III dan IV


Second-degree perineal laceration
CONFIRMING A TEAR BY PALPATING THE SPHINCTER
BETWEEN THE INDEX FINGER IN THE ANUS AND THE THUMB
OVER THE VAGINAL TEAR (“PILL ROLLING” ACTION)
Fourth-degree perineal laceration
Faktor risiko ruptur perineum tk. 3 – 4
(Risk assesment)

 Berat bayi lahir


 POP
 Nulipara
 Induksi persalinan
 Kala II lebih dari satu jam
 Episiotomi
 Ekstraksi Forseps

(RCOG Guideline no 29 – July 2001)


Episiotomi

 Adalah insisi pada perineal


body saat kala II untuk
mempermudah persalinan.
Indikasi Episiotomi

 Kala II lama akibat perineum kaku/rigid


 mencegah robekan extensive

 Persalinan dengan tindakan


 Ekstraksi Forceps
 Ekstraksi Vakum
 Persalinan Sungsang /
Distosia

 Persalinan Premature
 Menghindari trauma kepala
Alasan episiotomi

 Menghindari Laserasi spontan


– Repair Mudah
– Penyembuhan lebih baik
 Memperpendek kala II
 Mencegah laserasi tk III dan IV
 Trauma pada janin dikurangi
– Prematuritas
– Makrosomia
 Proteksi otot dasar panggul (pelvic floor)
Episiotomi  pelaksanaan

 WHEN
 Kala II kepala crowning dan
saat perineum sudah teregang
 Setelah Aplikasi Cunam atau
Vakum

 Type
Mediolateral
 Anestesi lidocaine 1%
Peridural
Lokal  infiltrasi
Tanpa anestesia
Repair Episiotomi
rekomendasi RCOG

 Benang
– Polyglactin 910, absorbsi cepat, 2/0 (Vicryl rapid, Safil, dll)
 Jarum
– Round body needle
 Type Jahitan
– Mukosa vagina  Jelujur biasa ( bukan feston)
– Muskulus  Interupted
– Kulit  Subkutikuler continue ( cochrane review. 2007)

RCOG Green Top Guidelines (March 2007)


Kettle C, Hills RK, Ismail KM; Cochrane Database Syst Rev. 2007 Oct 17;(4)
Komplikasi

 Dyspareunia
 Wound dehiscence
 Wound infection
 Inkontinensia
 Fistula
– Peri anal fistula
– Recto vaginal fistula
Postpartum
haemorrhage

Scar -
Infection
Dyspareunia

COMPLICATIONS

Incontinence
Residual
Pelvic organ
fistula
Prolaps
Postpartum Scar
haemorrhage
Residual
fistula

30
Trauma obstetrik penyebab
utama inkontinensia ani

NERVE REINNERVATION INCONTINENTIA


DISORDER FAILURE ANI

Keluarnya faeses atau flatus secara


involunter, menyebabkan gangguan
kehidupan sosial
Cara Perawatan Luka Perineum

 Lepas semua pembalut & cebok dari arah depan ke belakang

 Gosokkan perlahan waslap basah (busa sabun) ke seluruh


lokasi luka jahitan

 Bilas dengan air biasa dan ulangi sekali lagi sampai yakin
bahwa luka benar – benar bersih

 Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana


dalam yang bersih dari bahan katun

 Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh

 Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi


PENCEGAHAN
 Asupan nutrisi yang bergizi
 Masase di area perineum selama masa hamil terutama 6
minggu akhir kehamilan
 Lakukan latihan Kegel
 Penggunaan oksitosin secara hati-hati
 Pada saat persalinan, mengedan dilakukan secara
perlahan dan terkontrol
 Kurangi persalinan pervaginam operatif seperti
penggunaan forsep dan vakum
 Hindari tindakan episiotomi secara rutin
 Water Birth → menurunkan risiko ruptur & dapat
mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi
Sokong/topang perineum dengan baik Teknik sanggah susur
KESIMPULAN

• Ruptur perineum merupakan penyebab morbiditas


pada wanita setelah persalinan.

• Persalinan pervaginam dapat menyebabkan robekan


perineum dari derajat I - IV.

• Penyembuhan luka perineum ~ derajat ruptur, teknik &


material dalam reparasi dan keterampilan dokter dalam
prosedur reparasi perineum.

• Perlu pemahaman anatomi perineum untuk dapat


mengidentifikasi derajat ruptur perineum sehingga dapat
melakukan reparasi dengan tepat.
ll

Hi! 610

Anda mungkin juga menyukai