Anda di halaman 1dari 53

Mendesain Jaringan Distribusi dalam Supply chain

Ir. Ujang Cahyadi, M.T.


Peran Distribusi dalam Rantai Pasokan

•Distribusi: langkah-langkah yang diambil untuk


memindahkan dan menyimpan produk dari tahap
supplier ke tapah konsumen dalam sebuah rantai
pasokan
•Distribusi berdampak pada cost dan pengalaman
konsumen sehingga mempengaruhi profitabilitas

Pilihan jejaring distribusi mempengaruhi tujuan rantai


pasokan dari low cost ke highresponsiveness

Desain jejaring distribusi haruslah dibandingkan


menurut dampaknya pada pelayanan konsumen
dan cost yang ditimbulkan dari pelayanan itu
Faktor yang Mempengaruhi Desain Jaringan
Distribusi
• Performansi jaringan distribusi dinilai melalui dua
dimensi:
– Kebutuhan konsumen yang terpenuhi (pelayanan)
– Biaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen

• Pemilihan desain jaringan distribusi harus dilihat


dampaknya thd pelayanan customer dan biaya untuk
memberikan service level tersebut
Faktor yang Mempengaruhi Desain Jaringan
Distribusi
1. Customer service (Elemen pemenuhan kebutuhan
konsumen):
– Response time (Waktu respon)
– Product variety (Variasi produk)
– Product availability (Ketersediaan produk)
– Customer experience (Kemudahan memesan/menerima order)
– Order visibility (Order visibility/tracking)
– Returnability

2. Supply chain cost (Elemen cost):


– Inventori
– Transportasi
– Fasilitas dan handling
– Informasi
•Response time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh
pengguna untuk mendapatkan barang yang dipesan.

•Product variety adalah keberagaman jenis produk yang


ditawarkan oleh jaringan distribusi.

•Product availability adalah peluang atau kemungkinan


pengguna untuk mendapatkan barang ketika pengguna atau
pelanggan memesan barang. Hal ini berhubungan dengan
ketersediaan barang.

•Customer experience adalah kemudahan dan kenyamanan


pengguna atau pelanggan dalam melakukan pemesanan
hingga mendapatkan barangnya. Hal ini berkaitan erat dengan
pengalaman pengguna dalam bertransaksi.
•Order visibility adalah kemampuan pengguna atau
pelanggan dalam memantau pesanan mereka. Mulai dari
poses pemesanan, pengiriman hingga penerimaan barang.

•Returnability adalah kemudahan pengguna atau pelanggan


untuk mengembalikan barang pesananan apabila pengguna
tidak puas dengan barang yang diterima dan bagaimana
kemampuan perusahaan dalam menangani pengembalian
barang tersebut.

•Time to market adalah waktu yang dibutuhkan


perusahaan dalam menghasilkan produk baru dan
ditawarkan kepada pengguna.
Terkait dengan respon time, perusahaan yang mempunyai
target pasar dimana pasar tersebut dapat mentoleransi
respon time yang besar, maka fasilitas perusahaan cukup di
beberapa lokasi saja, walupun jauh dari pengguna, sehingga
perusahaan dapat meningkatkan kapasitas fasilitas yang ada.

Sebaliknya, apabila target pasar perusahaan tersebut sangat


sensitif dengan respon time, maka perusahaan harus
membuat fasilitas di banyak lokasi dan berlokasi di dekat
pelanggan. Seperti terlihat pada gambar berikut.
Service and Number of Facilities
Number of
Facilities

Response Time
Perubahan desain jaringan distribusi akan mengakibatkan perubahan biaya
yang terjadi pada bagian :
•Persediaan Barang
•Transportasi
•Fasilitas
•Informasi

Kalau kita perhatikan, perubahan desain jaringan distribusi akan


berdampak pada empat dari enam penggerak jaringan rantai suplai.
Bagaimana keterkaitan antara perubahan desain jaringan distribusi akan
berdampak kepada biaya persediaan barang, biaya transportasi, biaya
fasilitas dan biaya informasi ?

Pada sisi persediaan barang, biaya persediaan barang dipengaruhi oleh


kebutuhan persediaan barang itu sendiri. Semakin besar kebutuhan
persediaan barang, maka akan semakin besar biaya persediaan barang
yang dibutuhkan. Begitu juga sebaliknya. Hubungan antara jumlah fasilitas
dengan biaya persediaan barang dapat dilihat pada gambar berikut.
Inventory Costs and Number
of Facilities

Inventory
Costs

Number of facilities
Pada sisi transportasi, biaya transportasi dipengaruhi oleh
inbound transportation cost dan Outbound transportation costs.
•Inbound transportation cost adalah biaya yang dibutuhkan
untuk membawa barang kedalam fasilitas
•Outbound transportation costs adalah biaya yang dibutuhkan
untuk membawa barang keluar fasilitas

Umumnya, biaya inbound jauh lebih murah dibandingkan biaya


outbound, karena untuk inbound, biasanya pengiriman dilakukan
dalam jumlah yang besar, sehingga akan menghemat biaya
transportasi, sedangkan jumlah pengiriman barang pada
outbound tidak bisa dilakukan dalam jumlah besar, sehingga
biaya transportasinya-pun akan semakin besar.
Hubungan antara jumlah fasilitas dengan biaya trasnportasi
dapat dilihat pada gambar berikut.
Transportation Costs and
Number of Facilities

Transportation
Costs

Number of facilities
Dalam gambar terlihat bahwa semakin besar jumlah fasilitas,
maka akan semakin kecil biaya transportasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan, mengingat fasilitas yang ada sudah
mendekati pengguna. Tetapi apabila jumlah fasilitasnya terlalu
banyak, hingga dititik dimana transportasi inbound-nya kecil
maka biaya transportasinya-pun juga akan meningkat.

Pada sisi fasiltas, biaya fasilitas akan turun apabila jumlah


fasilitasnya juga berkurang. Hubungan antara jumlah fasilitas
dengan biaya fasilitas dapat dilihat pada gambar berikut.
Facility Costs and Number
of Facilities

Facility
Costs

Number of facilities
Untuk mempermudah analisa terkait dengan biaya
yang timbul akibat adanya perubahan desain jaringan
distribusi, maka yang perlu diperhatikan adalah biaya
total logistik.

Biaya total logistik adalah jumlah total biaya yang ada


pada biaya persediaan barang, biaya transportasi dan
biaya fasilitas didalam jaringan rantai suplai.
Hubungan antara biaya total logistik dan response time
dengan jumlah fasilitas, dapat dilihat pada gambar
berikut.
Total Costs Related to
Number of Facilities
Total Costs
Total Costs

Facilities
Inventory
Transportation

Number of Facilities
Variation in Logistics Costs and Response
Time with Number of Facilities
Response Time

Total Logistics Costs

Number of Facilities
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dengan
semakin banyaknya fasilitas, maka akan menurunkan
respon time jaringan distribusi. Tetapi yang menarik
adalah hubungan antara respon time dengan biaya
total logistik, dimana bisa terjadi kemungkinan bahwa
biaya total logistik besar, tetapi respon timenya juga
melambat.

Oleh karena itu, manajemen harus mencari tahu


dimana titik optimal antara biaya total logistik dan
respon time.
Terdapat banyak desain jaringan distribusi yang ada pada saat
ini. Pada pembahasan ini, dikususkan pada desain jaringan
distribusi dari produsen ke pelanggan. Untuk jaringan distribusi
lainnya,misalnya dari suplier ke produsen, biasanya tidak terlalu
berbeda dengan model jaringan distribusi dari produsen ke
pelanggan.
Dalam menentukan desain jaringan distribusi, manajer
perusahaan harus memilih salah satu dari dua pilihan, yaitu :
1. Apakah distribusi produk akan diantar langsung ke customer,
atau diambil di lokasi yang ditentukan?
2. Apakah distribusi produk akan menggunakan perantara?

Karakteristik performan atau kinerja dari Desain Jaringan


Disitribusi dapat dilihat dari dua faktor utama, yaitu ; Faktor
Biaya dan Faktor Layanan.
Pilihan Desain untuk
Jaringan Distribusi
• Manufacturer Storage with Direct Shipping
(drop shipping)
• Manufacturer Storage with Direct Shipping and
In -Transit Merge
• Distributor Storage with Carrier Delivery
• Distributor Storage with Last Mile Delivery
• Manufacturer or Distributor Storage with
Consumer Pickup
• Retail Storage with Consumer Pickup
1. Manufacturer Storage with
Direct Shipping
Manufacturer
(holds
inventory)

Retailer

Customers

Product Flow
Information Flow
Pada model ini, barang dikirimkan secara langsung dari produsen
ke pelanggan, tanpa melalui retailer (drop-shipping). Dari sisi
retailer, mereka tidak perlu melakukan persediaan barang.
Informasi barang dari produsen ke pelanggan melalui retailer.
Proses pembelian barang dilakukan di retailer, tetapi pengiriman
barangnya langsung dari produsen ke pelanggan.

Karakteristik performane atau kinerja dari Desain Jaringan


Disitribusi dapat dilihat dari dua faktor utama, yaitu ; Faktor
Biaya dan Faktor Layanan.
Persediaan Barang

Keuntungan terbesar dari model drop-shipping adalah


persedian barang dapat dilakukan secara tersentral di
produsen, sehingga dapat mengumpulkan seluruh permintaan
barang dari retailer yang ada dan menekan biaya persediaan
barang. Model drop-shipping juga menawarkan keuntungan
lainnya bagi perusahaan, dimana perusahaan dapat
melakukan penundaan kustomisasi barang sampai setelah
pelanggan telah melakukan pemesanan.
Penundaan dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu
permintaan yang ada.
Sebagai contoh, penerbit buku dapat melakukan dop-ship
buku yang dicetak berdasarkan permintaan.
Transportasi
Untuk biaya transportasi, model drop ship ini akan
membutuhkan biaya yang tinggi, adalah karena jarak fasilitas
persediaan barang dengan pelanggan cukup jauh. Juga karena
jumlah pemesanan barang tidak dalam jumlah yang besar,
maka biaya transportasi outboundnya akan meningkat secara
drastis.

Fasilitas
Misalnya, perusahaan dapat menghemat biaya tenaga kerja,
dikarenakan fasilitas yang ada dilakukan secara terpusat.
Selain itu, dengan model drop-ship, dapat menghemat
banyak biaya penanganan (handling), karena perusahaan
tidak mengirimkan barangnya ke retailer, tetapi langsung ke
pelanggan.
Informasi

Mode ini sangat membutuhkan infrastruktur informasi yang


sangat baik antara retailer dan produsen (pabrik).

Dengan pengguna dapat mengetahui informasi pemesanan di


produsen, selain pelanggan merasa lebih aman, pelanggan akan
mendapatkan pengalaman yang baik.
Oleh karena itu, model drop ship ini membutuhkan investasi
yang besar untuk membangun sistem informasi rantai
suplainya.
Waktu Respon
Waktu respon, apabila menggunakan model ini, akan
memakan waktu yang agak lama, mengingat pemesanan
dari pelanggan dikirimkan ke retailer, yang kemudian dari
retailer dikirimkan ke produsen

Keberagaman Produk
Pada model ini, produsen dapat mempunyai
keberagaman produk yang banyak, mengingat
pemesanan barang dari pelanggan dapat dibuat sesuai
pesanan. Kustomisasi barang dapat dilakukan dengan
baik
Ketersediaan Produk
Perusahaan akan lebih mudah dalam menjaga ketersediaan
barangnya dalam pemenuhan permintaan pelanggan,
mengingat seluruh permintaan barang langsung melalui
produsen.

Pengalaman Pengguna
Dengan model ini dapat memberikan pengalaman pengguna
yang baik. Selain itu, produk yang dikirimkan akan terjamin
kualitasnya, karena langsung dikirimkan dari produsen.

Time to Market
Pada model ini, ketersediaan produk di pasar dapat
dilakukan pada saat yang sama suatu produk dihasilkan oleh
produsen.
Order Visibility
Order visibility sangat penting pada model jaringan distribusi
ini, yaitu retailer dan produsen. Kegagalan dalam proses ini
akan berdampak negatif terhadap kepuasan pelanggan.

Returnability
Untuk proses pengembalian barang, proses tersebut akan
sulit dilakukan dengan baik, apabila barang yang dipesan
terdiri dari komponen-komponen yang berbeda produsen.

Model ini cocoknya digunakan untuk produk yang mempunyai


keberagaman luas, permintaan yang rendah, mempunyai nilai
yang tinggi sehingga pengguna bersedia menunggu agak lama
untuk mendapatkan barangnya.
2. Manufacturer Storage with Direct Shipping and In -Transit Merge

Factories,
holding
inventory

Retailer In-Transit Merge by


Carrier; e.g., x-dock

Customers

Product Flow
Information Flow
Proses transaksi antara produsen dengan konsumen sama
seperti model drop-ship, dimana proses informasi transaksi
melalui retailer. Yang membedakan dengan model drop-ship
adalah proses pengiriman barang tidak langsung oleh
produsen, tetapi menggunakan pihak ketiga.
Pihak ketiga disini mempunyai tugas untuk membantu
pengiriman barang dari beberapa produsen yang ada.
Persediaan Barang
Relatif terhadap model manufacturer storage, model distributor
storage ini membutuhkan level persediaan barang yang lebih
tinggi. Hal ini disebabkan karena berkurangnya agregasi yang
ada pada model manufacturer storage.

Transportasi
Biaya transportasi relatif lebih rendah dibandingkan model
manufacturer storage, mengingat pengiriman barang dari
produsen ke distributor atau retailer selalu dalam jumlah yang
besar, dimana secara otomatis akan menghemat biaya
transportasi itu sendiri.
Yang harus diperhatikan, agar dapat lebih menekan biaya
transportasi, pihak distributor atau retailer haruslah benar-
benar mendekati konsumen.
Fasilitas
Dibandingkan dengan manufacturer storage, biaya fasilitas yang
dikeluarkan lebih besar karena adanya kehilangan agregasi
barang itu sendiri. Pihak distributor atau retailer harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk mem-biaya-i fasilitas
mereka.

Informasi
Infrastruktur sistem informasi yang dibutuhkan model
distributor storage tidak sekompleks yang dibutuhkan model
manufacturer storage. Gudang yang ada di distributor
berperan sebagai penyangga antara konsumen dan produsen,
sehingga akan mengurangi koordinasi diantara kedua entitas
tersebut.
Waktu Respon
Waktu respon jaringan distribusi model ini jauh lebih baik
dibandingkan model manufacturer storage karena rata-rata
fasilitas persediaan barang distributor berjarak lebih dekat
dengan konsumen.

Keberagaman Produk
Keberagaman produk pada model ini lebih sedikit dibandingkan
dengan model manufacturer storage, mengingat distributor atau
retailer akan memilih produk-produk yang “bergerak cepat”.
Merekan akan menghindari produk-produk yang “bergerak
lambat”

Ketersediaan Produk
Untuk mencapai level ketersediaan produk yang sama seperti
model manufacturer storage, model ini membutuhkan biaya
yang lebih besar.
Pengalaman Pengguna
Pengalaman pengguna model ini lebih baik dibandingkan dengan
model drop-ship.
Time to Market
Time to market pada model ini lebih tinggi dibandingkan dengan
model manufacturer storage, karena pihak distributor harus
melakukan proses persediaan barang terlebih dahulu sebelum
dapat benar-benar melakukan penjualan kepada konsumen.
Order Visibility
Order visibility menjadi lebih mudah dibandingkan dengan
manufacturer storage, mengingat proses pengiriman hanya
melalu satu tahapan rantai suplai, yaitu langsung dari fasilitas
persediaan barang distributor.
Returnability
Proses pengembalian barang akan lebih mudah dilakukan dalam
model ini dibandingkan dengan model manufacturer storage,
mengingat proses ini dilakukan hanya kepada pihak distributor atau
retailer
3. Distributor Storage with
Carrier Delivery

Factories

Warehouse Storage
by Distributor/Retailer

Customers

Product Flow
Information Flow
Distributor Storage with Carrier Delivery

Pada model carier delivery ini, persediaan barang tidak


dilakukan oleh produsen di perusahaan mereka, tetapi
dilakukan oleh distributor atau retailer. Proses pengiriman
barangnya-pun dilakukan oleh distributor dan retailer.
Konsumen mendapatkan informasi produk dari distributor
dan retailer ini.
Distributor Storage with Carrier Delivery

Persediaan Barang Distributor Storage with


Carrier Delivery
Relatif terhadap model manufacturer storage, model distributor storage
ini membutuhkan level persediaan barang yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya agregasi yang ada pada model
manufacturer storage.
Khusus untuk produk yang “bergerak cepat”, biaya persediaan barang
yang dikeluarkan tidak terlalu berbeda dengan model manufacturer
storage.
Distributor dan retailer harusnya fokus dalam pemilihan barang, agar
barang yang ada mayoritas adalah barang yang “bergerak cepat”, untuk
meminmalkan biaya persediaan barang itu sendiri.
Transportasi
Biaya transportasi relatif lebih rendah dibandingkan model manufacturer
storage, mengingat pengiriman barang dari produsen ke distributor atau
retailer selalu dalam jumlah yang besar, dimana secara otomatis akan
menghemat biaya transportasi itu sendiri.
Distributor Storage with Carrier Delivery

Fasilitas
Dibandingkan dengan manufacturer storage, biaya fasilitas
yang dikeluarkan lebih besar karena adanya kehilangan
agregasi barang itu sendiri. Pihak distributor atau retailer harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk mem-biaya-i fasilitas
mereka
Informasi
Infrastruktur sistem informasi yang dibutuhkan model
distributor storage tidak sekompleks yang dibutuhkan model
manufacturer storage. Gudang yang ada di distributor
berperan sebagai penyangga antara konsumen dan produsen,
sehingga akan mengurangi koordinasi diantara kedua entitas
tersebut.
Waktu Respon
Waktu respon jaringan distribusi model ini jauh lebih baik dibandingkan
model manufacturer storage karena rata-rata fasilitas persediaan barang
distributor berjarak lebih dekat dengan konsumen.
Keberagaman Produk
Keberagaman produk pada model ini lebih sedikit dibandingkan dengan
model manufacturer storage, mengingat distributor atau retailer akan
memilih produk-produk yang “bergerak cepat”. Merekan akan menghindari
produk-produk yang “bergerak lambat”
Ketersediaan Produk
Untuk mencapai level ketersediaan produk yang sama seperti model
manufacturer storage, model ini membutuhkan biaya yang lebih besar.
Pengalaman Pengguna
Pengalaman pengguna model ini lebih baik dibandingkan dengan model drop-
ship.
Time to Market
Time to market pada model ini lebih tinggi dibandingkan dengan model
manufacturer storage, karena pihak distributor harus melakukan proses
persediaan barang terlebih dahulu sebelum dapat benar-benar
melakukan penjualan kepada konsumen.

Order Visibility
Order visibility menjadi lebih mudah dibandingkan dengan
manufacturer storage, mengingat proses pengiriman hanya melalu
satu tahapan rantai suplai, yaitu langsung dari fasilitas persediaan
barang distributor.

Returnability
Proses pengembalian barang akan lebih mudah dilakukan dalam
model ini dibandingkan dengan model manufacturer storage,
mengingat proses ini dilakukan hanya kepada pihak distributor atau
retailer.
4. Distributor Storage with
Last Mile Delivery

Factories

Distributor/Retailer
Warehouse

Customers
Home
delivery
Product Flow
Information Flow
Last-mile delivery merupakan desain jaringan distribusi dimana
dalam pengiriman barangnya, pihak distributor atau retailer tidak
menggunakan jasa pengiriman pihak ketiga, tetapi langsung
dikirimkan oleh mereka dari rumah ke rumah.

Model ini membutuhkan level persediaan barang yang lebih tinggi


dibandingkan model jaringan distribusi lainnya, kecuali model toko,
mengingat agregasi barangnya lebih rendah dibandingkan model
lainnya. Produk yang menggunakan model ini harusnya merupakan
produk yang “bergerak cepat” dan dibutuhkan oleh pelanggan sesegera
mungkin. Misalnya produk accu mobil
Transportasi
Biaya transportasi yang paling tinggi adalah model ini, terutama
apabila pengirimannya hanya kepada satu pelanggan. Akan jauh lebih
murah apabila menggunakan pihak ketiga yg mengumpulkan terlebih
dahulu pesanan barang dan kemudian akan dikirimkan bersama atau
berada di kota-kota besar dengan padat penduduk.

Fasilitas
Biaya fasilitas jauh lebih besar dibandingkan dengan model
manufacturer storage atau distributor storage yang
menggunakan jasa pengiriman pihak ketiga. Tetapi biaya fasilitas
ini masih lebih rendah dibandingkan model jaringan retail.
Informasi
Infrastruktur sistem informasi model ini mirip dengan model distributor
storage. Pada model ini membutuhkan sedikit fitur tambahan,misalnya fitur
jadwal pengiriman.
Waktu Respon
Waktu respon model ini lebih cepat dibandingkan model distributor storage
yang biasa. Beberapa produk biasanya menjanjikan dikirimpada hari yang
sama seperti waktu pemesanan, sedangkan untuk produk makanan akan
dikirimkan keesokan harinya.
Keberagaman Produk
Keberagaman produk biasanya lebih rendah dibandingkan model
distributor storage
Ketersediaan Produk
Biaya ketersediaan produk adalah yang paling tinggi diantara model
lainnya,kecuali model jaringan retail.

Pengalaman Pengguna
Pengalaman pengguna akan meningkat drastis apabila menggunakan
model jaringan distribusi ini.

Time to Market
Time to market akan lebih tinggi dibandingkan dengan distributor storage.
Order Visibility
Order visibility tidak terlalu kompleks dibandingkan model lainnya
mengingat proses pengirimannya biasanya dilakukan dalam hari yang sama.
Informasi yang dibutuhkan adalah apakah barang sudah dikirim, barang
ditunda atau dibatalkan.
Returnability
Returnability model ini adalah yang terbaik,mengingat distributor
dapat mengambil barang yang dikembalikan oleh pengguna ketika
distributor mengirim barang lain ke pengguna. Tetapi
bagaimanapun,biaya pengembalian barang masih lebih mahal
dibandingkan modellainnya
Manufacturer or Distributor Storage with
Customer Pickup
Factories

Retailer Cross Dock DC

Pickup Sites

Customers
Customer Flow
Product Flow
Information Flow
Dalam pendekatan ini, persediaan barang disimpan pada produsen atau
gudang distributor. Ketika konsumen melakukan order sebuah produk
melalui internet atau telepon, maka konsumen tersebut akan menuju ke
tempat yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengambil barang.
Sebagai contoh, jaringan ritel nasional, alfamart, telah mengeluarkan produk
yang diberi nama alfacart. Produk ini menggunakan sistem O2O, yaitu online
to offline, di mana pengguna melakukan pemesanan di situs web atau
aplikasi mobilenya lalu membayar secara tunai di kasir Alfamart terdekat
dan pengambilan barangnya dengan sistem pick up point atau mengambil
langsung di jaringan Alfamart terdekat sesuai pilihan sendiri.
Persediaan Barang
Biaya persediaan barang model ini dapat dijaga tetap rendah, dengan
memanfaatkan agregasi barang.
Transportasi
Biaya transportasi model ini adalah yang paling rendah dibandingkan model
lainnya, mengingat proses pengiriman barangnya dapat dilakukan bersama-
sama ke pick-up point yang telah ditetapkan.
Dengan pengiriman barang dalam jumlah yang besar, maka biaya
transportasi akan dapat dikurangi secara signifikan.
Fasilitas
Biaya fasilitas akan tinggi jika pickup point harus dibuat khusus. Oleh karena
itu, penggunaan fasilitas yang sudah ada untuk dijadikan pickup point
merupakan solusi yang terbaik dalam menekan biaya fasilitas.
Informasi
Infrastruktur sistem informasi yang baik sangat diperlukan dalammodel ini
agar dapat memberikan keterbukaan informasi dari produsen atau
distributor ke pick-up point hingga konsumen mengambil barang yang ada.
Koordinasi diantara semua entitas yang terlibat menjadi kunci kesuksesan
model ini.
Waktu Respon
Waktu respon yang dibutuhkan sama seperti bila menggunakan model
distributor storage dengan menggunakan jasa pengiriman pihak ketiga.
Bahkan apabila barang yang dipesan secara online sudah tersedia di pick-up
point, maka konsumen dapat mengambilnya pada hari itu juga.
Keberagaman Produk
Keberagaman produknya mirip dengan model jaringan distribusi
manufacturer atau distributor storage.
Ketersediaan Produk
Ketersediaan produknya mirip dengan model jaringan distribusi
manufacturer atau distributor storage.
Pengalaman Pengguna
Pengalaman pengguna pada modek ini dibandingkan model
lainnya akan lebih rendah mengingat konsumen harus mengambil
sendiri barang yang dipesan

Time to Market
Time to market mirip dengan model jaringan distribusi manufacturer atau
distributor storage.
Order Visibility
Order visibility sangat penting bagi konsumen dalam model ini, terutama
adalah pemberitahuan bahwa barang yang dipesan sudah dapat diambil di
pick-up point yang telah ditentukan sebelumnya. Jangan sampai konsumen
datang ke pick-up point tetapi barang yang dipesan belum ada.

Returnability
Proses pengembalian barang dapat dilakukan dengan mudah, mengingat
proses tersebut dapat dilakukan di pick-up point.

Model jaringan distribusi ini cocok untuk produk-produk tambahan yang


akan menjadi nilai tambah bagi distributor atau retailer. Sebagai contoh,
pada alfacart, dijual produk-produk pakaian, elektronik, komputer hingga
peralatan rumah tangga. Apabila produk tersebut ditempatkan di toko
yang sudah ada maka akan memakan banyak waktu.
Penjualan online tersebut dilakukan dalam rangka meng-optimalkan
jaringan rantai suplai yang sudah dimilik oleh alfamart.

Anda mungkin juga menyukai