Anda di halaman 1dari 16

REFLEKSI SILA KE 3 DAN 4

DALAM PANCASILA

Oleh :
1. Abdul Latif 1216215001
2. Romario Connero 1216215013
3. Razi Muhammad 1216215012
Dasar Filsafat Negara

 Dasar filsafat Negara


Disahkan PPKI 18-07-
17 & tercantum dalam
Pembukaan UUD
1945, diundangkan
dalam Berita Republik
Indonesia th II No. 7.
Bersama – sama
dengan batang tubuh
UUD 1945
Rumusan Masalah

 Apa makna yang terkandung dari sila ke-3


dan sila ke-4 dalam Pancasila?
 Nilai-nilai dan butir-butir yang terkandung
dalam sila ke3 dan sila ke-4 Pancasila?
 Apa implementasi/refleksi dari sila ke-3 dan
sila ke-4 Pancasila bagi Indonesia?
 Apa penyimpangan yang terjadi pada sila ke-
3 dan sila ke-4?
PERSATUAN INDONESIA

Ibrahim Alfian (1998: 24) menyatakan bahwa


bentuk-bentuk organisasi sosial politik seperti
kekerabatan marga dan kesukuan merupakan
hasil perkembangan alamiah, sedangkan
nasionalisme lebih merupakan hasil
perkembangan historis. Nasionalisme
merupakan transformasi pemahaman
kolektivitas berdasar pengalaman kolektif dalam
sejarah. Pembentukan ideologi nasionaisme
sebagai suatu faham yang mempengaruhi
sejarah politik berkembang secara bertahap.
PERSATUAN INDONESIA

Tahap pembentukan
kolektif

Tahap perwujudan
kesadaran Tahap pembentukan
(Nasionalisme) menjadi kesadaran
bentuk organisasi politik

Tahap pembentukan dan


mobilitas kesadaran
menjadi kemauan
bersama
Nilai-Nilai Sila Ke-3

• Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan


dominasi politik bangsa asing dan menggantikannya
Politik dengan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat

• nasionalisme Indonesia muncul untuk menghentikan


eksploitasi ekonomi asing dan membangun masyarakat
SosEko baru yang bebas dari kemelaratan dan kesengsaraan

• Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali


kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan
Budaya perubahan zaman
Butir-Butir Sila Ke-3

• mentransformasikan hal-hal yang bhinneka menjadi seragam sebagai


Unity konsekwensi dari proses integrasi

• keniscayaan bagi negeri-negeri yang terjajah agar bebas dari dominasi


Liberty asing secara politik dan eksploitasi ekonomi

• bagian implisit dari masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang


Equality berlawanan dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter

• Kepribadian yang lenyap disebabkan ditiadakan dan dimarginalkan


Identity secara sistematis oleh pemerintah kolonial Belanda
Implementasi Sila Ke-3

 Perjuangan membentuk negara kekeluargaan


atau gotong royong
 Negara Nasional yang mengatasi
(transendensi) kesukuan
 Negara nasional yang memiliki kejelasan
batas wilayah Negara
 Unitarisme
Penyimpangan sila

 Organisasi Papua Merdeka (OPM)


 Gerakan Aceh Merdeka
 Lepasnya Timor Timur dari NKRI
Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan

Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam


dasar politik Negara, ialah Negara
berkedaulatan rakyat menjadi landasan
mutlak daripada sifat demokrasi Negara
Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar
mutlak, maka sifat demokrasi Negara
Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak
dapat dirubah atau ditiadakan.
Makna Sila Ke-4
Hikmat
Kerakyatan Permusyawaratan Perwakilan
kebijaksanaan
• kekuasaan • penggunaan pikiran • Dalam • suatu tata cara
tertinggi berada yang sehat dengan merumuskan mengusahakan
ditangan rakyat, selalu atau turut sertanya
mempertimbangka
berarti Indonesia n persatuan dan memutuskan rakyat
menganut kesatuan bangsa, suatu hal, mengambil
demokrasi. kepentingan rakyat berdasarkan bagian dalam
dan dilaksanakan kehendak kehidupan
dengan sadar, jujur, rakyat, dan bernegara,
dan bertanggung melalui antara lain
jawab, serta musyawarah dilakukan
didorong oleh itikad
baik sesuai dengan untuk mufakat. melalui badan
hati nurani perwakilan
rakyat.
Kandungan Sila Ke-4

 Mengutamakan kepentingan negara dan


masyarakat.
 Tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain.
 Mengutamakan budaya bermusyawarah
dalam mengambil keputusan bersama
 Bermusyawarah sampai mencapai consensus
atau kata mufakat diliputi dengan semangat
kekeluargaan
Butir-Butir Sila Ke-4
 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan
Penyimpangan terhadap Sila Ke-4

 Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak


dan kewajibannya didalam hukum.
 Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada
didalam Negara Indonesia dalam sistem kelembagaannya
yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya
kepada pemerintah.
 Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan
rakyat, yang seharusnya mereka adalah penyalur aspirasi
demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
 Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak
sesuai dengan azas untuk mencapai mufakat,sehingga
banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
Penyimpangan terhadap Sila Ke-4

 Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya


peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
 Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak
yang berwajib.
 Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan
dari sisi kualitas, tetapi dari kuantitas.
 Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan
daripada kepentingan bersama atau masyarakat.
 Menciptakan perilaku KKN.
 Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung
dimanfaat untuk loyal dan mendukung kelangsungan
kekuasaan presiden..
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai