Anda di halaman 1dari 27

LOGIKA

DEFINISI
 Logika berasal dari kata Yunani logos. Kata logos
berarti kata, nalar, teori, atau uraian. Logika juga
didefinisikan sebagai kecakapan bernalar yang
berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa, atau alat
untuk berpikir secara lurus
 logika juga merupakan sarana ilmu. Sama halnya
dengan matematika dan statistika.
 Objek material logika adalah manusia itu sendiri
(pemikiran), sedangkan objek formalnya ialah kegiatan
akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat
dan teratur yang terlihat lewat ungkapan pikirnya yang
diwujudkan dalam PRINSIP, HUKUM
Guna Logika
1. Untuk berfikir rasional, kritis, tertib, metodis, tepat dan koheren
2. Meningkatan kemampuan berpikir abstrak, cermat dan objektif
3. Menambah kecerdasan, meningkatkan ketajaman dan
kemandirian berpikir
4. Cinta ilmu pengetahuan dan menghindari kekeliruan serta
kesesatan
Unsur Logika
Unsur utama, yaitu
1. pernyataan awal yang telah diketahui kebenarannya dan
disebut sebagai pangkal pikir (premise),
2. Pernyataan berikutnya yang merupakan kesimpulan
(conclusion).
3. Peran matematika sangat kuat
Syllogism Examples
Correct Syllogism:
 Major Premise: All mammals are warm-blooded animals.
 Minor Premise: No lizards are warm-blooded animals.
 Conclusion: Therefore, no lizards are mammals.

Correct Syllogism:
 Major Premise: All humans are mortal.
 Minor Premise: All Greeks are human.
 Conclusion: Therefore, all Greeks are mortal.

Descartes’ Syllogism (correct)


 Major Premise: Existence has be true if one is thinking.
 Minor Premise: I am thinking.
 Conclusion: I think, therefore, I am.
Syllogisms can be

• Valid or Invalid (reasoning in


incorrect order)
AND
• True or False (reasoning from a
faulty major premise)
Examples of Faulty Syllogisms
FALSE Syllogism (not TRUE -- false major
premise)
 Major Premise: Blondes have more fun
 Minor Premise: Mary is blonde, Jane is brunette
 Conclusion: Mary has more fun than Jane.

INVALID Syllogism (not VALID – order of


reasoning is incorrect):
 Major Premise: All dogs eat meat
 Minor Premise: Bob (a human) eats meat
 Conclusion: Bob is a dog.
Corrections
Syllogism One:
The first faulty syllogism proceeds from a
FALSE major premise and therefore can be
thrown out entirely.

Syllogism Two:
 Major Premise: All dogs eat meat
 Minor Premise: Rover is a dog.
 Conclusion: Therefore, Rover eats meat.
Valid or invalid? True or False?
Example One:
 Major Premise: When it snows the streets get wet.
 Minor Premise: The streets are getting wet.
 Conclusion: Therefore, it is snowing.

Example Two:
 Major Premise: If you buy a Ferrari, you will instantly be popular.
 Minor Premise: Ed just bought a Ferrari.
 Conclusion: Ed will achieve instant popularity.

Example Three:
 Major Premise: When the batter is dead, the car will not start.
 Minor Premise: The car will not start.
 Conclusion: Therefore, the battery is dead.
Corrections: Valid and True
Example One:
 Major Premise: When it snows the streets get wet.
 Minor Premise: It is snowing.
 Conclusion: Therefore the streets are getting one.

Example Two:
 Example Two proceeds from the beginning from a FALSE major
premise (Ferraris give instant popularity) and therefore can be
thrown out entirely.

Example Three:
 Major Premise: When the batter is dead, the car will not start.
 Minor Premise: The battery is dead.
 Conclusion: Therefore, the car will not start.
Some types of syllogisms
 Modus Ponens
 Modus Tollens
 Hypothetical Syllogism
 Disjunctive Syllogism
Modus Ponens
1. If A then B
2. A
3. Therefore, B

Examples:
 If it’s spring, then the birds are chirping
 It’s spring.
 The birds are chirping.

 If a world government doesn’t evolve soon, then wars will continue to occur
 A world government isn’t going to evolve soon.
 Wars will continue to occur
Modus Tollens
1.If A then B
2.Not B
3.Not A

Example:
1. If it’s spring then the birds are chirping
2. The birds aren’t chirping
3. Therefore, it isn’t spring.
Hypothetical Syllogism
1.If A then B
2.If B then C
3. If A then C

Example:
1. If we successfully develop nuclear fusion power, then power will
become plentiful and cheap.
2. If power becomes cheap and plentiful, then the economy will
flourish.
3. If we successfully develop nuclear fusion power, then the
economy will flourish.
Disjunctive Syllogism
1.A or B
2.Not A
3.B

Example:
1. Either Kerry won in 2004 or Bush did.
2. Kerry didn’t win.
3. Bush did win.
PENYIMPULAN

1. Kedua premis positif, penyimpulan juga positif


2. Penyimpulan harus mengacu pada premis yang lemah
3. Jika salah satu premis negatif, maka penyimpulan
harus negatif

Contoh silogisme tunggal :

Semua manusia dapat mati (A)


Semua orang Indonesia adalah manusia (A)
Jadi, semua orang Indonesia dapat mati (A)

Semua anjing menggonggong ( )


Bruno adalah anjing ( )
Jadi, …………………………………………………. ( )
Tidak ada kucing yang mempunyai sayap ( )
Semua burung mempunyai sayap ( )
Jadi, ………………………………………………….( )

Semua manusia berakal budi ( )


Kera tidak berakal budi ( )
Jadi, ………………………………………………… ( )
Semua manusia bukanlah abadi ( )
Semua orang Indonesia adalah manusia ( )
Jadi, ……………………………………………….. ( )

Semua manusia berakal budi ( )


Semua manusia adalah hewan ( )
Jadi, ……………………………………………….. ( )
Epicherema
Silogisme yang salah satu premisnya atau juga kedua
duanya disambung dengan pembuktian.
 Soekarno pahlawan

 Jadi soekarno adalah agung

 Pembuktiannya. Setiap pahlawan adalah agung, karena


pahlawan adalah orang yang berani mengerjakan hal hal
yang mengatasi tuntutan kewajibannya

Enthymema
Silogisme enthymema atau silogisme yang dipersingkat
adalah silogimse yang salah satu premisnya atau
kesimpulannya dilampaui.
• Jiwa manusia adalah rohani
• Jadi, tidak akan mati
Polysillogisme
Deretan silogisme, disusun sedemikian rupa, sehingga
penyimpulannya yang satu menjadi premis untuk silogisme
lainnya.
 Seorang, yang komitmen, memberikan kontribusi lebih
daripada yang dimiliki, merasa puas.
 Seorang yang loyal adalah seorang yang memberikan
lebih daripada yang dimilikinya
 Jadi, seorang yang loyal memberikan lebih daripada
yang dimiliknya.
 Seorang yang loyal adalah serorang yang puas
 Jadi seorang yang puas akan menjadi loyal
 Joko adalah pelanggan yang puas.
 Jadi Joko menjadi loyal
LOGIKA INDUKTIF

 Metodologi penelitian - pend. Induktif


( Empiris – Rasional ).
 Ciri Pokok Penelitian : Logis.
 Logika induktif : proses penalaran dari
jumlah fenomena menuju kesimpulan umum
3. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Ada dua pengertian :
- Necessary causa.
- Sufficient causa.
Metode induksi menurut filosof John Stuart Mill dari Inggris.
a. Metode persetujuan. Hukum Identitas (Principium Identitatis
atau Law of Identity) atau hukum persamaan
b. Metode perbedaan. Hukum Kontradiksi (Principium
Contradictionis atau Law of Contradiction) atau hukum perbedaan
c. Metode persamaan variasi. Hukum Cukup Alasan
(Principium Rationis Sufficientis atau Law of Sufficinet Reason)
d. Metode sisa-sisihan (residu). Hukum Tiada Jalan Tengah
(Principium Exclusi Tertii atau Law of Excluded Middle)
Necessary Cause ; Adanya sesuatu tidak harus
terjadi loss (penyakit, kecelakaan, kebakaran)

Sufficient cause adanya sesuatu itu yang


menyebabkan terjadinya loss

NC SC Dampak
Kebakaran Puntung
Bensin
SPBU rokok
Minamata Makan ikan
mercuri Lumpuh
Desease tercemar
BGM Bayi

Tidak lulus Mhs Tdk ikut ujian

Hamil Laki & Wan Sanggama


Hukum Logika (John Stuart Mill)
Ada empat hukum dasar dalam logika (Aristotoles, ;G.W. Leibniz, 1646-1716; John Stuart
Mill, 1806-1873.

1. Hukum Identitas (Principium Identitatis/Law of Identity) yang menegaskan bahwa sesuatu


itu adalah sama dengan dirinya sendiri. Hukum ini adalah hukum kesamaan yang artinya
bahwa jika a=b dan b=c, maka a=c atau a terjadi maka c juga terjadi.
2. Hukum Kontradiksi (Principium Contradictionis/Law of Contradiction) atau hukum
perbedaan, yang menyatakan bahwa sesuatu itu pada saat yang sama tidak dapat sekaligus
memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Jika a tidak sama dengan
b, dan b tidak sama dengan c, maka tidak mungkin a dan c terjadi bersamaan pada waktu
yang sama.
3. Hukum Tiada Jalan Tengah (Principium Exclusi Tertii/Law of Excluded Middle) yang
mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki
sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain. Jika a diketahui dan b diketahui, maka
adanya kejadian tersebut (c) mesti karena sebab lain.
4. Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis/Law of Sufficinet Reason) yang
menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu haruslah
berdasarkan alasan yang cukup. Artinya tidak ada perubahan yang tiba tiba tanpa alsan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Hukum ini merupakan hukum
pelengkap hukum identitas.
Pengetahuan Pengetahuan
dengan khusus/spesifik
keumuman Deduksi
Pengetahuan
tinggi khusus/spesifik
Pengetahuan
khusus/spesifik

Induksi
TEKNIK LOGIKA INDUKSI

1. GENERALISASI -- mengikat seluruh


fenomena sejenis dengan fenomena individual
yang diselidiki.
Dasar pengujian :
a. Jumlah faktor yang representatif
b. Jumlah variasi fenomena
c. Hal – hal yang menyimpang.
d. Konsistensi dalam penyimpulan.
2. ANALOGI  bertolak dari satu atau
sejumlah peristiwa menuju kepada satu
peristiwa lain yang sejenis.

Unsur pokok dalam penyimpulan Analogi


a. Peristiwa pokok yang menjadi dasar.
b. Peristiwa prinsipal yg menjadi pengikat
c. Peristiwa yg akan dianalogikan.
Cara menilai analogi:
a. Jumlah peristiwa sejenis.

b. Sedikit aspek yg menjadi dasar analogi

c. Sifat analogi yg dibuat

d. Mempertimbangkan unsur yg berbeda.

e. Relevan.
4. HIPOTESIS DAN TEORI

Hipotesis  proposisi yg masih perlu diuji


Teori  proposisi yg telah teruji.

Anda mungkin juga menyukai