Obat Topikal
Obat Topikal
Obat Topikal
Indikasi
Pasta dipakai pada lesi kulit yang kering
Beberapa vehikulum yang merupakan
pengembangan dari bentuk dasar monofase
sediaan setengah padat yang terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel organik
dan anorganik.
Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal
dan fase ganda
Gelfase tunggal terdiri dari makromolekul
organik yang tersebar dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya
ikatan antara molekul besar yang terdispersi
dan cairan.
Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul
sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom
alam (seperti tragakan).
Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih
dan halus
Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari
jaringan partikel yang terpisah misalnya gel
alumunium hidroksida.
Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri
dari alumunium hidroksida yang tidak larut
dan alumunium
oksida hidrat
Sediaan ini berbentuk kental, berwarna
putih, yang efektif untuk menetralkan asam
klorida dalam lambung
Gel segera mencair jika berkontak dengan
kulit
dan membentuk satu lapisan. Absorpsi
pada
kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik
dipakai pada lesi di kulit yang berambut
Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan
gel memilliki keistimewaan:
a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.
b. Sangat baik dipakai untuk area berambut.
c. Disukai secara kosmetika.
dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat
dari getah alami seperti tragakan, pektin,
alginate, borak gliserin
sediaan yang terdiri dari komponen obat
tidak dapat larut terdispersi dalam cairan
dengan konsentrasi mencapai 20%
Komponen yang tidak tergabung ini
menyebabkan dalam pemakaian losion
dikocok terlebih dahulu
Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin
oleh karena evaporasi komponen air
Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah
diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada
anak.
Contoh losion yang tersedia seperti losion
calamin, losion steroid, losion faberi
sediaan yang dikemas dibawah tekanan,
mengandung zat aktif yg dilepas pada saat
sistem katup yang sesuai ditekan
Sediaan ini digunakan untuk pemakaian lokal
pada kulit, hidung, mulut, paru
Komponen dasar aerosol adalah wadah,
propelen, konsentrat zat aktif, katup dan
penyemprot
merupakan emulsi yang mengandung satu
atau lebih zat aktif menggunakan propelen
untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah
Foam aerosol merupakan sediaan baru obat
topikal
Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi
emulsi dan surfaktan serta pelarut
Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara
lain ketokonazol foam dan betametasone
foam
Keistimewaan foam:
1. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami
evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat
berpenetrasi
2. Sediaan foam memberikan efek iritasi
yang minimal
bentuk lain solusio yang berisi komponen air
dan alkohol.
Penggabungan komponen alkohol dan air
menjadikan sediaan ini mampu bertahan
lama
Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio
ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk terapi
onikomikosis
MEKANISME KERJA
Farmakokinetik sediaan topikal secara umum
menggambarkan perjalanan bahan aktif
dalam konsentrasi tertentu yang
diaplikasikan pada kulit dan kemudian
diserap ke lapisan kulit, selanjutnya
didistribusikan secara sistemik.
Mekanisme ini penting dipahami untuk
membantu memilih sediaan topikal yang akan
digunakan dalam terapi
Perjalanan sediaan topikal setelah
diaplikasikan pada kulit tergambar pada
Gambar 2.
Gambar 2 Penetrasi melalui tiga kompartemen
kulit18
Secara umum perjalanan sediaan topikal
setelah diaplikasikan melewati tiga
kompartemen yaitu: permukaan kulit, stratum
korneum, dan jaringan sehat
Stratum korneum dapat berperan sebagai
reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah
unsur pada obat masih berkontak dengan
permukaan kulit namun belum berpenetrasi
tetapi tidak dapat dihilangkan dengan cara
digosok atau terhapus oleh pakaian
Unsur vehikulum sediaan topikal dapat
mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif
berikatan pada lapisan yang dilewati seperti
pada epidermis, dermis
Pada kondisi tertentu sediaan obat dapat
membawa bahan aktif menembus hipodermis
Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal
akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis
dan hipodermis
Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa
macam jalur seperti pada Gambar 3
Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit,
terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan
aktif terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat
aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil
dan mudah dilepaskan. Interaksi ini telah ada
dalam sediaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan
interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal
aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap
vehikulum
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif
terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase,
falling phase)
Gambar 3 Jalur penetrasi sediaan topikal19
Penetrasi transepidermal dapat secara
interseluler dan intraseluler. Penetrasi
interseluler merupakan jalur yang dominan,
obat akan menembus stratum korneum
melalui ruang antar sel pada lapisan lipid
yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat
berlangsung pada matriks lipid protein dari
stratum korneum.
Setelah berhasil menembus stratum korneum
obat akan menembus lapisan epidermis sehat
di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke
pembuluh kapiler
Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui
difusi obat menembus dinding stratum
korneum sel korneosit yang mati dan juga
melintasi matriks lipid protein startum
korneum, kemudian melewatinya menuju sel
yang berada di lapisan bawah sampai pada
kapiler di bawah stratum basal epidermis dan
berdifusi ke kapiler
Analisis penetrasi secara folikular muncul
setelah percobaan in vivo.
Percobaan tersebut memperlihatkan bahwa
molekul kecil seperti
kafein dapat berpenetrasi tidak hanya
melewati sel-sel korneum, tetapi juga melalui
rute folikular.
Obat berdifusi melalui celah folikel rambut
dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian
berdifusi ke kapiler
Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan
melalui lapisan epidermis, lebih baik
daripada
melalui folikel rambut atau kelenjar keringat,
karena luas permukaan folikel dan kelenjar
keringat lebih kecil dibandingkan dengan
daerah kulit yang tidak mengandung elemen
anatomi ini.
Stratum korneum sebagai jaringan keratin
akan berlaku sebagai membran semi
permeabel, dan molekul obat berpenetrasi
dengan cara difusi pasif
Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit,
absorpsinya akan melalui beberapa fase:
a. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan
dan belum melewati stratum korneum, se-
Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3
jalur di atas (Gambar 3).
Beberapa perbedaan mekanisme kerja
disebabkan komponen
sediaan yang larut dalam lemak dan larut
dalam air
1. Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek
dominan cairan akan berperan melunakkan
karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang
terdapat di atas permukaan kulit; sebagian kecil
akan mengalami evaporasi
Dibandingkan dengan solusio, penetrasi
tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan
tingtura telah jarang dipakai karena efeknya
mengiritasi kulit.
Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain
tingtura iodi dan tingtura spiritosa.
2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak
bekerja menyerap air, sehingga memberi efek
mendinginkan.
Komponen talcum mempunyai daya lekat dan
daya slip yang cukup besar
Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit
karena komposisinya yang terdiri dari partikel
padat, sehingga digunakan sebagai penutup
permukaan kulit, mencegah dan mengurangi
pergeseran pada daerah intertriginosa
3. Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon
seperti
vaselin, berada lama di atas permukaan kulit
dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu
salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan
sebagai penutup
Salep berbahan dasar salep serap (salep
absorpsi) kerjanya terutama untuk
mempercepat penetrasi karena komponen
airnya yang besar
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan
dasar salep larut dalam air mampu
berpenetrasi
jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai
pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang
dalam
4. Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat
dibandingkan dengan O/W karena
komponen
minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan
lama di atas permukaan kulit dan mampu
menembus lapisan kulit lebih jauh
Namun krim W/O kurang disukai secara
kosmetik
karena komponen minyak yang lama
tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W
memiliki daya pendingin lebih baik dari krim
W/O, sementara daya emolien W/O lebih
besar dari O/W.
5. Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke
lapisan kulit.
sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung
karena sifatnya yangtidak meleleh pada suhu
tubuh
Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi
mampu menyerap lesi yang basah seperti
serum
6. Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih
utama pada permukaan kulit. Penambahan
komponen cairan dan gliserin bertujuan
agar komponen bedak melekat lama di atas
permukaan kulit dan efek zat aktif dapat
maksimal
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan
komponen cairan membuat sediaan ini lebih
mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit,
namun bentuknya yang lengket menjadikan
sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah
jarang dipakai
8. Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan
hipodermis sehingga banyak digunakan pada
kondisi yang memerlukan penetrasi seperti
sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur
transfolikuler
gel juga baik, disebabkan kemampuan gel
membentuk lapisan absorpsi.
CARA PAKAI
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya
disesuaikan dengan lesi pada permukaan
kulit.
Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:
1. Oles
Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara
pakai sediaan topikal yang umum dilakukan.
Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk
Sediaan
Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan
dengan luas kelainan kulit (tabel 2)
Penambahan cara oles sediaan dengan
menggosok
dan menekan juga dilakukan pada obat
topikal dengan tujuan memperluas daerah
aplikasi namun juga meningkatkan suplai
darah pada area lokal, memperbesar absorpsi
sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan
efek eksfoliatif lokal yang meningkatkan
penetrasi
obat.18
2. Kompres
Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio.
Komponen cairan yang dominan menjadikan
kompres efektif untuk lesi basah dan lesi
berkrusta.
Dua cara kompres yaitu kompres terbuka dan
tertutup. Pada kompres terbuka diharapkan ada
proses penguapan.
Caranya dengan menggunakan kain kasa tidak
tebal cukup 3 lapis, tidak perlu steril, jangan
terlampau erat.
Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam
cairan kompres, sedikit diperas, lalu dibalutkan
pada kulit lebih kurang 30 menit.
Pada kompres tertutup tidak diharapkan terjadi
penguapan, namun cara ini jarang digunakan
karena efeknya memperberat nyeri pada lokasi
kompres
3. Penggunaan oklusif pada aplikasi
Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan
penetrasi sediaan; namun cara ini tidak
banyak digunakan.
Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan
hampa udara seperti penggunaan sarung
tangan vinyl, membungkus dengan plastik
Teknik oklusi mampu meningkatkan
hantaran obat 10-100 kali dibandingkan
tanpa oklusi, namun lebih cepat
menimbulkan efek samping obat, seperti efek
atrofi kulit akibat kortikosteroid
4. Mandi
Mandi atau berendam dianggap lebih disukai
daripada kompres pada pasien dengan
lesi kulit luas seperti pada penderita lesi
vesiko bulosa. Contoh zat aktif yang pernah
digunakan untuk mandi seperti potassium
permanganate. Namun cara ini sudah tidak
dianjurkan lagi mengingat efek maserasi
yang ditimbulkan
PRINSIP PEMILIHAN SEDIAAN9
1. Pada kulit tidak berambut, secara umum
dapat dipakai sediaan salep, krim, emulsi.
Krim dipakai pada lesi kulit yang kering dan
superfi sial, salep dipakai pada lesi yang tebal
(kronis).
2. Pada daerah berambut, losion dan gel
merupakan pilihan yang cocok.
3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif
seperti salep, emulsi W/O dapat
menyebabkan maserasi sehingga harus
dihindari.
4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi,
formulasi berisi alkohol dan asam salisilat
sering mengiritasi sehingga harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada
lesi basah, mengandung pus, berkrusta.
1. Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan
zat aktif.
2. Idealnya suatu zat pembawa mudah
dioleskan, mudah dibersihkan, tidak meng-
iritasi dan menyenangkan secara kosmetik,
selain itu
zat aktif dalam pembawa mudah dilepaskan.
3. Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal
seperti: cairan, bedak, salep, krim, bedak
kocok, pasta, pasta pendingin.
4. Beberapa sediaan baru obat topikal: foam
aerosol, cat, gel.
5. Secara umum sediaan topikal melewati tiga
jalur penetrasi yaitu interseluler, transeluler,
transfolikuler.
6. Mekanisme kerja sediaan topikal berupa
difusi pasif menembus lapisan kulit.
7. Cara pakai sediaan topikal pada umumnya
dioleskan pada permukaan kulit, dan dengan
penambahan cara lain seperti ditekan,
digosok,kompres, dan oklusi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA.
Dermatological pharmacology. In: Hardman
JG, Limbird IE, eds. Goodman and Gillman’s
the pharmacological basis of therapeutic.
10th ed. New York: McGraw Hill
2. Strober BE, Washenik K, Shupack JL.
Principles of topical therapy. In: Fitzpatrick
TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen
K, eds. Dermatology in general medicine.
7th ed. New York:McGraw-Hill
3. Sayuti I, Martina A, Sukma GE. Kepekaan
jamur Trichopyton terhadap obat salep,
krim, dan obat tingtur. Jurnal Biogenesis
4. Sharma S. Topical drug delivery system: A
review. Pharmaceut. Rev. 2008;6:1-29.
5. Lipsker D, Kragballe K, Fogh K, Saurat JH.
Other topical medication. In: Bolognia JL,
Jorizzo JL, Rapini RP, eds. Dermatology; 4th
ed. London: Elsevier Limited, 2006:2056-67.
6. Djuanda A. Pengobatan topikal dalam
bidang dermatologi. Yayasan Penerbitan IDI.
Jakarta, 1994.
7. Ansel HC. Introduction to pharmaceutical
dosage forms. Georgia: Lea and Febiger,
1995: 489-95.
8. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Semi
padat. Dalam: Suyatmi S, Kawira J, Aisyah HS,
eds. Teori dan praktek farmasi industri II.
Edisi ke-3. Jakarta: UI Press, 1994: 1091-9
9. Schaefer H, Redelmeier TE, Ohynek GJ,
Lademann J. Pharmacokinetics and topical
aplication of drugs. In: Wolf K, Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leff el DJ,
Fitzpatrick, eds.