Anda di halaman 1dari 341

MANAJEMEN DAN ANALISA BIAYA

PRODUKSI/OPERASI (MAGISTER TEKNIK


MESIN)
MANAJEMEN PRODUKSI LANJUT
(MAGISTER TEKNIK INDUSTRI
(Garis Besar Bahan Kuliah)

PROGRAM PASCA SARJANA ISTN

SLAMET AFANDI, Ir. MBA.


Introduction

PERTEMUAN I.
Kuliah ke 1.
Buku Pegangan Utama

1. Prinsip- Prinsip Manajemen Operasi – Barry Render


dan Jay Heizer- terjemahannya oleh Penerbit Salemba
Empat – Ir. Kresnohadi Ariyoto, MBA, Jakarta, 2001.
2. Production and Operations Management –Total Quality
and responsiveness, Hamid Noori and Russell
Radford, McGraw-Hill,Inc, New York, 1995.
3. kjyhu
4. Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis – Ir.
Crown Dirgantoro, MM.MBA, Penerbit Grasindo (PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002)
5. Buku lain yang sejenis
MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI
------------------------------------------------- ----------------------------
KEGIATAN MANAJEMEN YANG MENINTEGRASIKAN
SERANGKAIAN SUB.KEGIATAN PRODUKSI ATAU OPERASI
MISALNYA DALAM SUATU INDUSTRI, DALAM RANGKA
MEMPRODUKSI SUATU PRODUK / BARANG DAN ATAU
JASA YANG TEPAT MUTU DAN TEPAT JUMLAH SESUAI
DENGAN WAKTU DAN BIAYA YANG TELAH DITETAPKAN
DAN DIANGGARKAN SEBELUMNYA, DALAM SUATU SISTIM
PRODUKSI YANG TERINTEGRASI.

DAPAT DIKATAKAN JUGA :


SERANGKAIAN KEGIATAN YANG MEMBUAT PRODUK /
BARANG DAN ATAU JASA MELALUI PERUBAHAN DARI
MASUKAN (INPUT) MENJADI KELUARAN (OUTPUT)
SESUAI SUATU PERENCANAAN PRODUKSI YANG
TERINTEGRASI.
Operations Management
• Create operational systems.
• Manage (plan, organize, staff, direct and
control) the activities relating to the
production of goods and/or services with
maximum efficiency (at the lowest cost)
and effectiveness (in the eyes of the
customer).
• Improve those processes continuously to
create competitive advantage.
The Operations System
The operations system transforms inputs into
desired goods and services.
EXTERNAL
FACTORS

INPUTS PROCESS OUTPUTS

FEEDBACK
Material flow
Information Flow
PRODUKSI

• DIARTIKAN SEBAGAI KONVERSI TAHAP DEMI TAHAP


DARI SATU BENTUK KE BENTUK LAINNYA MELALUI
PROSES MEKANIK, KIMIA ATAU BIOLOGI DALAM
RANGKA MENCIPTAKAN ATAU MENINGKATKAN
HASIL GUNA PRODUK/BARANG DAN ATATU JASA
BAGI KEPUASAN PEMAKAI

• DILAKSANAKAN MELAUI SUATU MANAJEMEN


PRODUKSI YANG TERINTEGRASI

• ADANYA SUATU PROSEDUR ATAU PROSES


PRODUKSI YANG BERSIFAT UMUM DAN SPESIFIK
DARI INDUSTRI MANUFAKTUR YANG
BERSANGKUTAN
Operations Management

Structural
Elements
Create the
Technology New Product Development
Process
Vertical Integration
Innovation
Capacity
Facilities

> > > > > Manage the


Infrastructural Inputs Conversion Outputs Process
Elements
Quality Management
Planning & Control Evaluate
On
Workforce Improve the
Organization
Time Flexibility Process
Cost Service
Quality
Responsibilities of Operations Management

Planning Organizing
– Capacity – Degree of centralization
– Location – Process selection
– Products & services Staffing
– Make or buy – Hiring/laying off
– Layout – Use of Overtime
– Projects Directing
– Scheduling – Incentive plans
Controlling/Improving – Issuance of work orders
– Inventory – Job assignments
– Quality
– Costs
– Productivity
Operations Management Decisions

• Strategic: • Tactical:
• Product/Service • Quality Control
Design • Demand Forecasting
• Process Selection • Supply Chain
• Capacity Planning Management
• Facility Location • Production Planning
• Facility Layout • Inventory Control
• Job Design • Scheduling
Food Processor

Inputs Processing Outputs


Raw Vegetables Cleaning Canned
Metal Sheets Making cans vegetables
Water Cutting
Energy Cooking
Labor Packing
Building Labeling
Equipment
Hospital Process

Inputs Processing Outputs

Doctors, nurses Examination Healthy


Hospital Surgery patients
Medical Supplies Monitoring
Equipment Medication
Laboratories Therapy
PRODUK/BARANG DAN JASA
CIRI-CIRI PRODUK CIRI-CIRI JASA

1. BERWUJUD 1. TIDAK BERWUJUD


2. BISA DIJUAL LAGI 2. SULIT DIJUAL KEMBALI
3. DAPAT DISIMPAN 3. TIDAK DAPAT DISIMPAN
4. TERPISAH DARI KONSUMSI 4. SIMULTAN DENGAN KONSUMSI
5. BEBERAPA ASPEK MUTU DAPAT 5. ASPEK MUTU SULIT DIUKUR
DIUKUR 6. PENJUALAN MERUPAKAN BAGIAN
6. PENJUALAN BERBEDA DARI DARI JASA
PRODUKSI 7. INTERAKSI PELANGGAN TINGGI
7. INTERAKSI PELANGGAN RENDAH 8. PENYEDIA, BUKAN PRODUK, BISA
8. DAPAT DIANGKUT DIANGKUT
9. TEMPAT FASILITAS ADALAH 9. TEMPAT FASILITAS ADALAH
PENTING UNTUK BIAYA PENTING UNTUK KONTAK
10. MUDAH BEROTOMISASI PELANGGAN
11. PENERIMAAN TERUTAMA 10. SULIT DIOTOMISASI
DIHASILKAN DARI PRODUKNYA 11. PENERIMAAN TERUTAMA
DIHASILKAN DARI KUMPULAN
JASA
PROPORSI PRODUK DAN JASA
PRODUK JASA
MOBIL ---------------------- --
KOMPUTER --------------- ---
PASANG KARPET ------------------ ---
FAST FOOD --------------- --------------
RESTORAN --------------- ------------------
BENGKEL MOBIL ------ --------------
RUMAH SAKIT ------ ------------------------
BIRO IKLAN ---- -------------------------------
BANK --- --------------------------------
KONSULTAN -- ---------------------------------
KONSELING - ---------------------------------
UKURAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS KEGIATAN
PRODUKSI/ OPERASI ==== AKAN SELALU BERHUBUNGAN
DENGAN UNSUR BIAYA SEBAGAI SALAH SATU DARI
SUMBER DAYA YANG MENGGERAKAN DAN
MENGOPERASIKAN KEGIATAN PRODUKSI DAN
KEGIATAN-KEGIATAN LAINNYA DALAM SUATU
INDUSTRI MANUFAKTUR,

BIAYA DALAM PENGERTIAN INI  ADALAH KORBANAN


YANG DIKELUARKAN UNTUK MENGGERAKAN ATAU
MEMBIAYAI SUATU KEGIATAN PRODUKSI DAN KEGIATAN-
KEGIATAN LAINNYA DALAM SUATU INDUSTRI
MANUFAKTUR DAN DIKALKULASIKAN DALAM BENTUK
SATUAN MONETER, MISAL DALAM BENTUK RUPIAH,
US DOLLAR, RINGGIT DAN SEBAGAINYA.
Simple Model of a Manufacturing Cost
“The Firm or Business
unit”

INPUTS Value OUTPUTS


added
conversion

Siklus Pembayaran/Pengeluaran. Siklus Penjualan/Penagihan

Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung, Barang Jadi
Overhead Barang Dagangan
Kegiatan Pemasaran Penjualan Jasa,
Administrasi/Gaji dan lainnya.
Beban Bunga
Pajak, dan lainnya.
FUNGSI PRODUKSI SEBAGAI
COST CENTER
A. KEGIATAN PRODUKSI MERUPAKAN SUATU FUNGSI PUSAT BIAYA
YANG TERMAHAL DIBANDINGKAN FUNGSI-FUNGSI LAINNYA DALAM
SUATU USAHA INDUSTRI MANUFAKTUR, DIPERKIRAKAN DAPAT
MENCAPAI 60 %-70 % DARI GROSS SALES
B. PEMBIAYAN KEGIATAN PRODUKSI BERHUBUNGAN DENGAN BIAYA
BAHAN BAKU (RAW MATERIAL COST), BIAYA TENAGA KERJA
LANGSUNG (DIRECT LABOR COST), DAN BIAYA OVERHEAD PABRIK
(FACTORY OVERHAEAD COAST)
C. BIAYA BAHAN BAKU SAJA SECARA RATA-RATA SEMUA INDUSTRI
DAPAT MENCAPAI SEKITAR 56 %, JIKA GROSS SALES VALUE
DIPECAH BERDASARKAN SISTEM CBS (COST BREAK DOWN
STRUCTURE)
D. ATAS DASAR KONDISI DI ATAS, MAKA FUNGSI PRODUKSI HARUS
DIPELAJARI SECARA RINCI KARENA MERUPAKAN SATU DARI TIGA
FUNGSI UTAMA SUATU USAHA (LAINNYA ADALAH PEMASARAN DAN
KEUANGAN/AKUNTANSI), TERMASUK JUGA BAGAIMANA PROSES
PRODUKSI BARANG DAN JASA DILAKSANAKAN, DAN SEKALIGUS
MEMPELAJARI BAGAIMANA MANAJEMEN PRODUKSI/OPERASI
DIJALANKAN DALAM KEGIATAN USAHA SEHARI-HARI.
MATERIALS COSTS AS A PERCENTAGE OF SALES INCOME
Purchased Materials
Materials Sales To
Industry (in millions) (in millions) Sales ratio
Food and kendred products $ 197,274.5 $ 301,562.0 65.4 %
Tobacco products 6,625.7 18,506.8 35.8
Textile mill products 32,258.3 53,276.6 60.5
Apparel and other textile products 29,130.2 56,993.1 51.1
Lumber and wood products 33,168.8 54,185.1 61.2
Furniture and fixtures 14,764.3 31,293.8 47.2
Paper and allied products 53,039.0 93,414.4 56.8
Printing and publishing 39,103.8 111,885.0 34.9
Chemicals and allied products 101.696.1 197,311.3 51.5
Petroleum and coal products 161,291.2 179,131.9 90.0
Rubber and miscellaneous plastics products 35,754.1 71,324.0 50.1
Leather and leather products 4,.444.1 8,567.2 51.9
Stones , clay and glass products 26,178.8 55,064.1 47.5
Primary metal industries 70,603.1 110,300.8 64.0
Fabricated metal products 70,490.3 139,579.7 50.5
Machinery, except electric equipment 102,831.3 215,080.2 47.8
Electric and electronic equipment 83,079.1 192,731.5 43.1
Transportation equipment 180,856.2 301,386.0 60.0
Instruments and related products 20,982.1 61,008.2 34.4
Mescellaneous manufacturing industries 12,442.4 26,527.1 46.9
All industries 1,276,013.4 2,272,131.7 56.0
Source : Annual Survey of manufactures : 1985, u.s. Bureas of the Census, Government Printing Office. Washington DC.1967. P.1-8
Purpose or Goal of a Manufacturing Industry
lanjutan
• Menurut Michael Porter, suatu perusahaan industri
manufaktur dapat BERSAING , antara lain melalui :

• DIFFERENSIASI – membuat “beda” dengan yang lain.


• KEPELOPORAN BIAYA – adanya “rasionalitas biaya”
dikaitkan dengan sistem produksi, misal menghilangkan
kegiatan yang tidak bernilai tambah (lean-perampingan),
cost reduction, diskon, sehingga lebih murah, dan
lainnya.
• FOKUS DAN RESPON YANG CEPAT – antisipasi pasar,
mencari segmen pasar baru, meningkatkan pelayanan,
reaksi terhadap peluang baru, dan lainnya
lanjutan
• Ketiga Strategi Michael Porter tersebut oleh kalangan
praktisi Manajemen Produksi – Operasi diterjemahkan
dalam 6 (enam) strategi khusus, yaitu :

1. FLEKSIBILITAS, misal dalam desain dan volume


2. HARGA RENDAH, adanya rasionalitas dan reduction
3. PENGIRIMAN, kecepatan dan keandalan
4. KUALITAS, misal diukur dari kinerja dan konformasi
5. LAYANAN PURNA JUAL, berupa jaminan
6. UNIT PRODUK YANG LUAS, misal diversifikasi,
modifikasi, outlet pasar, dan lainnya
lanjutan
• Ketiga strategi dan pengembangannya menjadi enam
strategi khusus tersebut dikembangkan untuk
menciptakan adanya semacam KEUNGGULAN
BERSAING (COMPETITIVE ADVANTAGE) dari produk
dan atau jasa yang dihasilkan, atau DISTINCTIVE
ADVANTAGE –KEUNIKAN PRODUK

• Agar strategi tersebut di atas efektif, maka pengambilan


keputusannya harus berdasarkan 10 (sepuluh)
Keputusan Manajemen Produksi atau Operasi yang
merupakan bidang-bidang yang paling berpengaruh
dalam suatu industri manufaktur.
SEPULUH KEPUTUSAN MANAJEMEN PRODUKSI
YANG BERPENGARUH :

1. MUTU- TERDAPAT STANDAR YANG TELAH DITETAPKAN


2. DESAIN BARANG DAN JASA- BATAS BAWAH BIAYA DAN BATAS
BAWAH MUTU
3. DESAIN PROSES DAN KAPASITAS-TERKAIT DENGAN KOMITMEN
BIAYA
4. SELEKSI LOKASI- MENENTUKAN KEBERHASILAN DAN EFISIENSI
5. DESAIN TATA LETAK- DASARNYA KETERKAITAN-KESERASIAN
6. MANUSIA DAN SISTEM KERJA-KEAKHLIAN DAN MUTU KERJA,
EFISIENSI
7. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN/SUPLAI- SUPPLY CHAIN
MANAGEMENT, YAITU TEPAT MUTU- WAKTU-BIAYA- JUMLAH (4 T)
DALAM PENGADAAN MATERIAL
8. PERSEDIAAN- OPTIMAL DAN EFISIEN, MENGIKUTI JADWAL PRODUKSI
9. PENJADWALAN-LAYAK DAN EFISIEN-EFEKTIF, SERTA PENGENDALIAN
10.PEMELIHARAAN- PENGAWASAN KERJA, INTENSITAS
PEMELIHARAANNYA.
SIstem Produksi
PERTEMUAN I
Kuliah 2.
PRODUCTION SYSTEM - SISTEM PRODUKSI

MERUPAKAN SUATU SISTEM YANG BERKAITAN DENGAN


SEMUA KEPUTUSAN,KEGIATAN, PEMBATASAN,
PENGENDALIAN DAN PERENCANAAN YANG
MEMUNGKINKAN BERLANGSUNGNYA PENGUBAHAN
MASUKAN (INPUT) MENJADI KELUARAN (OUTPUT)
OLEH SUATU PROSES PRODUKSI.

SEDANGKAN PROSES PRODUKSI SENDIRI MERUPAKAN


PUSAT KEGIATAN YANG BERSANGKUTAN DENGAN
MANAJEMEN PRODUKSI.
Penyesuaian
Monitor

Masukan Proses Keluaran


-Tenaga Konversi Barang-Jasa
Kerja
-Material Perbandingan
-Factory Aktual vs
Overheadi Keinginan

Umpan Balik

Gambar: Sistem Produksi


Industri Manufaktur
ADANYA SUB-SISTEM DALAM SISTEM PRODUKSI
KESELURUHAN YANG DASAR PEMIKIRAN DISINI
ADALAH DIPAKAINYA SUATU PENDEKATAN
SISTEM SEBAGAI SARANA UNTUK MEMISAHKAN
SEJUMLAH SUB-KEGIATAN DALAM KEGIATAN
PRODUKSI DAN SANGAT EFEKTIF UNTUK
MENUNJUKAN KENYATAAN BAHWA PRODUKSI
MERUPAKAN KEGIATAN YANG SEPENUHNYA
TERGANTUNG PADA BERBAGAI SISTEM LAINNYA
YANG JUGA BEROPERASI DALAM SITEM
PERUSAHAAN KESELURUHAN.
SUB-SISTEM PRODUKSI TERBAGI ATAS :

1. SUB-SISTEM MASUKAN (INPUT)


PENYEDIAAN MATERIAL/PEMBELIAN BAHAN,
PENYEDIAAN TENAGA KERJA, OVERHEAD LAINNYA
SEPERTI LISTRIK-AIR-BAHAN BAKAR DAN LAINNYA,
KALKULASI MODAL KERJA YANG MELIPUTI
PENYEDIAAN DANA UNTUK KEBUTUHAN OPERASI
PERUSAHAAN SEPERTI KAS MINIMUM-PIUTANG –
PERSEDIAAN MATERIAL.
DALAM SUB-SISTEM INI MANAJEMEN PRODUKSI
BERHUBUNGAN DENGAN MANAJEMEN SUMBER DAYA
MANUSIA DAN MANAJEMEN KEUANGAN.
2. SUB-SISTEM KELUARAN (OTPUT)
KEGIATAN PENJUALAN, DISTRIBUSI, TRANSPORTASI,
TERMASUK MENYIMPAN SEMENTARA BARANG
YANG AKAN DIJUAL.
DALAM SUB-SITEM INI, MANAJEMEN PEMASARAN
MEMEGANG PERANAN PENTING, DITUNJANG
MANAJEMEN PRODUKSI DAN KEUANGAN.
3. SUB-SISTEM PERENCANAAN
BERHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN PERENCANAAN
YANG MELIPUTI PERENCANAAN PRA PRODOKSI,
PENJADWALAN, SPESIFIKASI PRODUK MISAL KUALITAS-
KUANTITAS, DAN KEGIATAN PENGENDALIAN YANG
KONTINYU ANTARA LAIN PEMERIKSAAN/INSPEKSI
DAN PENYUSUNAN SOP (STANDARD OPERATING
PROCEDURES).
DALAM HAL INI MANAJEMEN PRODUKSI MEMEGANG
PERANAN PENTING, DENGAN DITUNJANG INFORMASI
MANAJEMEN PEMASARAN, MANAJEMEN SUMBER DAYA
MANUSIA, DAN MANAJEMEN KEUANGAN.
4. SUB-SISTEM PENGENDALIAN
KEGIATAN HARIAN DARI MANAJEMEN PRODUKSI
SEBAGIAN BESAR ADALAH PENGENDALIAN ARTINYA
APAKAH KEGIATAN PRODUKSI BERJALAN SESUAI
DENGAN RENCANA DAN MEMATUHI SOP YANG SUDAH
DISUSUN.
DALAM HAL INI SUB-KEGIATANNYA MELIPUTI : INSPEKSI,
PERAWATAN PABRIK, PENGENDALIAN PROSES TEKNIS,
PENETAPAN BIAYA STANDAR, PENGENDALIAN
PERSEDIAAN MATERIAL, DAN HAL LAINNYA YANG
MENJADI TULANG PUNGGUNG DARI PRODUKSI YANG
EFEKTIF.
MEKANISME PENGENDALIAN INI DAPAT BERHASIL JIKA
DIDUKUNG OLEH ADANYA PERENCANAAN DAN
PENETAPAN TARGET YANG TEPAT.
Tabel I. SUB SISTEM PRODUKSI
Sistem Hubungan Sub – Sistem Kegiatan yang merupakan Unsur
Dengan Sub-sistem
Produksi

Pengendalian Langsung I Pembelian Penetapan Material dan harga, penilaian


Material Vendor, Kebijakan Inventori/sediaan.
Penanganan Bahan Menetapkan Arus Material, Mekanisasi.
K Pergudangan Prosedur, Administrasi Sediaan di Gudang,
Penanganan Fisik
Perencanaan dan Langsung P Pra-Perencanaan Tata Ruang, Waktu, Metode, Volume,
Pengendalian Kapasitas, Proses.
Produksi P Penjadualan dan Program, Angka-Angka Pemakaian,
Pembebanan Pembatasan, Penyerahan.
K Memeriksa Pengendalian kemajuaan, persedur
Kemajuan penolakan.
Pengendalian Langsung K Inspeksi Rencana pengambilan contoh, metode,
Kualitas prosedur.
P Spesifikasi Produk Teloransi, kesesuaian dan kualitas desain.
Pengendalian Proses Pemeriksaan proses, kesanggupan mesin.
Perawatan Langsung K Perawatan Pabrik Perawatan bencana, keruasakan dan
pencegahan.
I Penyelidikan Tenaga mesin, aliran, pembuangan sampah.
Fasilitas Bangunan, tanah, fasilitas.
K Penempatan Analisa Likuiditas dan Profitabilitas
Keuangan Sebagian K Pembiayaan Gaji Anggaran, Penyimpangan Piaya.
I Modal kerja Gaji, Insentif, Pemberian Bonus.
Pembayaran, Hutang, Piutang.
Perencanaan Produk Sebagian P Riset dan Pengem- Riset Murni dan Riset Terapan.
bangan
P Desain Spesifikasi Produk, Analisis Seluk-Beluk Nilai
Teknis,
P Pengembangan Substitusi Material. Make or Buy
Personalia – Sumber Sebagian I Pelatihan Menguji dan Mengoperasikan Pilot-
Daya Manusia Kesejahteraan proyeknya.
I Pendidikan Perencanaan tenaga kerja.
I Penyediaan Tenaga Pengembangan tenaga kerja.
kerja
Pemasaran Sebagian O Distribusi Pengiriman, penggudangan.
P Riset pasar Mengetahui kebutuhan sikap dan
kebutuhan konsumen.
Pengiklanan Promosi menggelarkan poduk.
I penjualan Memperoleh dan memenuhi pesanan,
menetapkan harga, mengendalikan kridit.
K Jasa teknis Mengetahui persyaratan teknisyang di
harapkan oleh pelanggan.

I = Sistem masukan ( input)


O = Sistem Keluaran (auput)
P = Sistem Perencanaan
K = Sistem Pengendalian
CIRI PENTING DARI SISTEM PRODUKSI :

1. BEROPERASI BERDASARKAN MASUKAN (INPUT) UNTUK


MENGHASILKAN KELUARAN (OUTPUT).
2. SALING BERKAITAN DIANTARA SUB-SISTEN TERSEBUT
UNTUK MENCIPTAKAN SINERJI KEBERHASILAN PRODUKSI
DALAM SISTEM PERUSAHAAN KESELURUHAN.
3. TERGANTUNG KEPADA JENIS USAHANYA, SISTEM
PRODUKSI DAPAT MENJADI SUB-SISTEM UTAMA DALAM
SISTEM PERUSAHAAN KESELURUHAN.

MENGINGAT KEGIATAN PRODUKSI BERHUBUNGAN


DENGAN KEPUASAN PELANGGAN (CUSTOMER SERVICE),
MAKA KEGIATAN PRODUKSI AKAN SELALU DISELARASKAN
DALAM PRINSIP CUSTOMER LOYALTI BUILDING
(MEMBANGUN LOYALITAS PELANGGAN) TERUTAMA
DARI SISI MUTU DAN PELAYANAN PURNA JUAL (AFTER
SALES SERVICE).
Jenis Proses Produksi
A. Industri Manufaktur Terus Menerus (Continuous
Manufacturing Process)
• Skala produksi umumnya masal
• Berproduksi untuk pasar
• Produk Standar
• Mesin Khusus (Spsecial Purpose Machine)
• Mesin Otomatis
• Operator mesin, keterampilan cukup
• Tata letak mesin : lay out by product
• Ban berjalan atau conveyor
• Investasi : mesin tinggi, raw material relatif rendah
lanjutan
B. Indsutri Manufaktur terputus-putus (Intermitten
Manufacturing Process)
• Skala produksi relatif tidak masal
• Umumnya job order
• Produk tidak standar
• Mesin relatif tidak otomatis
• Keterampilan operator realatif tinggi
• Tat letak mesin : lay out by process
• Material handling manual : trowley/forklift
• Investasi : Mesin relatif tidak tinggi, raw material relatif
tinggi
• Karyawan relatif banyak.
THE SIX DIMENSIONS CUSTOMER SATISFACTION
OF COMPETITION

Competing
simultaneously along
the six competitive
dimensions enables a
firm to satisfy its
customers
Cost + Quality + Dependability + Flexibility + Time + Service
THE SIX DIMENSIONS OF COMPETITION

Structural
prerequisites enable a
firm to compete along
the six dimensions of
competition
simultaneously
Continuous + Research and + Adoption of + Integration
Improvements Development Advanced of People
Technology and Systems
THE SIX DIMENSIONS OF COMPETITION
PERFORMANCE MEASURE FOR THE SIX DIMENSIONS OF
COMPETITION

Quality
• Percentage of defect-free product
• Number and type of warranty claims
• Internal and external customer satisfaction raters
• Number of employee suggestions generated and implemented
Cost
• Product cost
• Inventory level (in days on hand)
• Total cost of ownership for purchased parts and/or materials (purchase
price + ordering cost + inspection cost + receiving + scheduling delivery
cost, etc).
Dependability
• Percentage of delivery promises met
• Equipment availability (ratio of hours required to hours available)
• Number and/or frequency of changes to schedule given to suppliers
Service
• Response time to customers’ inquiries
• Type and number of services offered
• Number of customer complaints
• Ease of contacting firm
Timelines
• Throughput time (processing time + inspection time +
movement time + waiting and/or storage time). Ratio of
processing time to throughput time
• Equipment setup times
• Length of new product development cycle
Flexibility
• Economic batch size
• Setup downtime, both run time
• Ratio of customer demand lead time to the combined
supplier, in-house, and distribution lead time.
Production Planning and
Inventory Control
PERTEMUAN II
Kuliah ke 3.
Produksi Kapasitas Pemasaran Permintaan Keuangan
Persediaan pelanggan Arus Kas

Sumber DayaManusia
Pemerolehan bahan PerencanaanDaya
Baku Kinerja pemasok gunamanusia

Rekayasa Penyelesaian
Rencana
rancangan
Manajemen Pengembalian Produksi
investasi (ROI)Modal Merubah rencana
Jadwal Produksi produksi
Merubah Utama Merubah jadwal
kebutuhan? Produksi utama Gambar :
Rencana kebutuhan Proses perencanaan
Bahan baku
Merubah Catatan.
kapasitas Tanpa memandang
Rencana Detail dan
Kompleksitas proses
Kebutuhan Kapasitas
Perencanaan, rencana
Apakah Produksi dan turunnya
rencana Jadwal produksi utama,
tidak kapasitas
Harus dikembangkan
Kapasitas ? terpenuhi

ya

Laksanaan Apakah
Rencana kapasitas pelaksanaan
Menepati
rencana
Laksanakan
Rencana bahan baku
HUBUNGAN PPIC/PPC DENGAN
SISTEM PRODUKSI
PPIC (PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL)
ATAU PPC (PRODUCTION PLANNING AND CONTROL) :

MERUPAKAN SALAH SATU FUNGSI STRATEGIS DARI


MANAJEMEN PRODUKSI DALAM MENGKOORDINASIKAN
PENGGUNAAN SUMBER-SUMBER PEMAKAIAN DAN UNTUK
MENYELARASKAN PEKERJAAN SEMUA INDIVIDU, YANG
BERKENAAN DENGAN PRODUKSI AGAR DIPEROLEH JADWAL
PENYELESAIAN YANG DIHARAPKAN DENGAN BIAYA TOTAL
TERENDAH, SERTA KONSISTEN TERHADAP KUALITAS YANG
DITETAPKAN, DAN MENENTUKAN WAKTU SERTA VOLUME
KEBUTUHAN MATERIAL YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUKSI
MANUFAKTUR, SERTA DIHUBUNGKAN DENGAN PENGAWASAN
PERSEDIAAN YANG TEPAT WAKTU- TEPAT JUMLAH - TEPAT
MUTU- TEPAT HARGA, DIMANA HUBUNGAN TERSEBUT AKAN
DIAPLIKASIKAN DALAM SUATU SISTEM PRODUKSI YANG
EFEKTIF DAN EFISIEN.
DAMPAK POSITIF YANG DIHARAPKAN DARI PEMAHAMAN
PPIC :

1. MENJALANKAN KEGIATAN PRODUKSI DENGAN LEBIH EFEKTIF


DALAM KERANGKA UNIT PRODUKSI SEBAGAI SUATU SISTEM

2. MERENCANAKAN DAN MENGENDALIKAN SUMBER DAYA SERTA PROSES


PRODUKSI DENGAN MENGUTAMAKAN PENYELESAIAN YANG TEPAT PADA
WAKTUNYA

3. MENGENDALIKAN BIAYA PRODUKSI, KHUSUSNYA YANG BERHUBUNGAN


DENGAN MATERIAL, SERTA MENETAPKAN AZAS PRODUKTIVITAS DENGAN
TETAP MENJAGA KUALITAS

4. MEMBUAT KEPUTUSAN YANG TEPAT BERDASARKAN PRINSIP PERENCANAAN


DAN PENGENDALIAN YANG AKURAT DAN TERUKUR, DALAM SATU
MANAJEMEN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI
BUSINESS CORPORATE
FORECASTING STRATEGIC
PLANING
FINANCIAL
PLANING
Long range
PRODUCT
MARKET
PLANING
RESOURCE
( CAPACITY )
PLANING
AGGREGATE
PRDUCTION
PLANING
Medium range

MASTER ROUGH-OUT
ITEM PRODUCTION CAPACITY
FORECASTING SCHEDULING PLANNING
( MPS ) ( RCP )

FINAL MATERIAL CAPACITY


ASSEMBLY REQUIREMENT REQUIREMENT
BUDGETING
SCHEDULING PLANING PLANNING
( MRP ) ( CRP )
Short range
PRODUCTION
ACTIVITY
CONTROL ( PAC )
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
-----------------------------------------------------------------------

• PERENCANAAN JANGKA PANJANG


1. CORPORATE STRATEGIC PLANNING ---- RENCANA
PRODUK, MUTU, HARGA, PASAR
2. PRODUCT AND MARKETING PLANNING ----PRODUK
DAN PASAR JANGKA PANJANG
3. FINANCIAL PLANNING ---- KEMAMPUAN
PEMBIAYAAN DAN PROFIT
4. RESOURCES PLANNING ---- FASILITAS, PERALATAN,
SUMBER DAYA YANG DIBUTUHKAN.
LANJUTAN
• PERENCANAAN JANGKA MENENGAH
1. AGREGATE PRODUCTION PLANNING---- RENCANA PRODUKSI
PER JENIS PER BULAN UNTUK JANGKA WAKTU SATU TAHUN,
ADANYA KESEIMBANGAN ANTARA KAPASITAS PRODUKSI DAN
FLUKTUASI PASAR
2. ITEM FORECASTING----PERKIRAAN JENIS DAN JUMLAH
PRODUK YANG AKAN DIPRODUKSI.
3. MASTER PRODUCTION SCHEDULING (MPS)----PENJABARAN
RENCANA PRODUKSI DARI HASIL AGREGATE KEDALAM
RENCANA ENAM SAMPAI DELAPAN MINGGU YANG SUDAH
MEMPERTIMBANGKAN PERAMALAN DAN KAPASITAS
PRODUKSI
4. ROUGH-CUT CAPACITY PLANNING ---- PENYESUAIAN MPS
AKAN KESIAPAN KAPASITAS PENUNJANG SEPERTI GUDANG,
PERALATAN, TENAGA KERJA DAN PEMASOK
LANJUTAN
• PERENCANAAN JANGKA PENDEK
1. MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)---- RENCANA PENGADAAN
BAHAN/MATERIAL YANG DIPERLUKAN UNTUK PELAKSANAAN MPS, SECARA
RINCI MISAL PER MINGGU DAPAT DIKETAHUI JUMLAH, WAKTU, MUTU, BAHAN
YANG PERLU DIADAKAN, DALAM HAL INI DIPERLUKAN INFORMASI
PERSEDIAAN DI GUDANG, KESANGGUPAN PEMASOK, DAN STRUKTUR
MATERIAL (BILL OF MATERIAL/BOM)
2. CAPACITY REQUIREMENT PLANNING (CRP) ----BERISI JADWAL PEMAKAIAN
MESIN DAN PERALATAN SECARA LEBIH RINCI DAN DALAM JANGKA PENDEK,
MISAL LAMANYA SUATU MESIN DIPAKAI UNTK PRODUK TERTENTU DAN PADA
SHIFT KEBERAPA.
3. FINAL ASSEMBLY SCHEDULING ---- RINCIAN KEGIATAN OPERASI YANG
DIPERLUKAN UNTUK MENYELESAIAN PRODUK AKHIR (FINISHING).
4. PRODUCTION ACTIVITY CONTROL (PAC) ---- PENGENDALIAN HARIAN HARIAN
DARI PELAKSANAAN RENCANA YANG TELAH DITETAPKAN, MISAL DALAM
PROSES PERAKITAN DAN PABRIKASI.
5. BUDGETING ---- KEGIATAN UNTUK MEMASTIKAN KESIAPAN DUKUNGAN DANA
DAN RENCANA PEMAKAIANNYA YANG TELAH DISESUAIKAN DENGAN
RENCANA PRODUKSI LAINNYA.
Pesanan Pesanan
Pasti Perkiraan

Pasar dan Data


Kompetisi

Perencanaan Keseluruhan
Jadwal Produksi Induk ( MPS )

Daftar Material
Perencanaan Kebutuhan Material
Data Persediaan (MRP)

Data Pekerjaan
Berjalan
Perencanaan Kebutuhan Kapasitas
Data Status
Pusat Kerja

Operasional Produksi
KONTROL

Gambar : Diagram alur dasar dari sistem perencanaan produksi modern


Penyediaan Ramalan penjualan Keputusan
(a) Bahan di muka Investasi pabrik
PERENCANAAN
JANGKA PANJANG
Kontrak Jangka waktu Perencanaan
bahan Rencana produksi kapasitas

(b) Penyerahan bahan Pesanan khusus bahan Program buku


PERENCANAAN ( kontrak ) dan perkakas pesanan
JANGKA PENDEK

Perintah Kerja
Penyediaan
(c) Latar belakang
Bahan di muka
PERENCANAAN Dokumen
PRODUKSI Penataan waktu
metode

Perawatan
Pengetahuan Pesanan sudah
(d) Dokumen tentang Dan perbaikan
Gudan untuk Disesuaikan dengan
PRODUKSI kemajuan mesin
pekerjaan Keadaan terakhir
MANUFAKTUR

Umpan balik
(e) Untuk menunjukkan Pesanan yang Dokumen penyerahan
DISTRIBUSI Kekurangan bahan Sudah selesai

(f) Menghitung biaya Menghitung Statistik


PEMBUKUAN Data varian Menghitung biaya
biaya penjualan
(AKUNTING) Data varian
PENGENDALIAN
Gambar : Urutan perencanaan Produksi
DIREKTUR BAGIAN KARTU PENATAAN PENETAPAN JADUAL
PELAKSANA TEKNIK PERINCIAN PROSES BESAR PARTAI KEBUTUHAN RUANG
OPERASI EKONOMIS PERKAKAS PERKAKAS
NOTA PERINTAH
INSTRUKSI
UNTUK MEMULAI
PENGESAHAN
PRODUKSI
PRODUKSI
TELAAH
PERENCANAAN
KEBUTUHAN
PENJUALAN

DAFTAR SUKU DAFTAR


CADANG DARI PRIORITAS
BAG. GAMBAR
RANCANGAN
JADUAL
RAMALAN
PENJUALAN
JUDUAL
PABRIK

JADUAL
“A“
BEBAN
MESIN

INSTRUKSI BENGKEL
PERENCANAAN PRODUKSI

PERMOHONAN
PEMBELIAN PD
PEJABAT

NOTA PERSE GUDANG PERAKITAN


NOTA LAPORAN TUJUAN PE SUKU DAFTAR
PESANAN PADA NOTA PENERIMAAN KEBUTUHAN PEMERIKSAAN NYERAHAN CADANG PERAKITAN
PENSUPLAI SARAN BARANG BAHAN HARIAN KEMUKA JADI
Manajemen Pengadaan terpadu
(Integrated Procurenment Management )

Manajemen Material Manajemen Distribusi Fisik

Sumber Pasokan Manufakturing Pelanggan

Dept Produksi
PPIC

Pemasok Pembelian Gudang Material Gudang Barang Jadi

Dept
QA / QC

Gambar : Bagan Cakupan dan Tanggung Jawab Manajemen Pengadaan Materia


secara terpadu (integrated) l
MEMAHAMI PRODUCT LIFE CYCLE (PLC)
---------------------------------------------------------
PLC MERUPAKAN DAUR KEHIDUPAN PRODUK BARANG
ATAU JASA YANG TERBAGI ATAS TAHAPAN-TAHAPAN :

A. INTRODUCTION/PERKENALAN/PROMOSI
B. GROWTH/PERTUMBUHAN
C. MATURITY/KEMATANGAN
D. SATURATION/KEJENUHAN
E. DECLINING/PENURUNAN/KEMEROSOTAN

DALAM PLC, DAUR HIDUP BARANG MODAL BIASANYA


LEBIH PANJANG DARI PADA BARANG KONSUMSI.
GAMBARAN DARI PLC BESERTA URAIAN OPERASINYA,
DITINJAU DARI OPERASI KEUANGAN, PEMASARAN, DESAIN,
PENGEMBANGAN BISNIS DAN PRODUKSI DAPAT DILIHAT
PADA GAMBAR BERIKUT INI.
KEPUTUSAN PERENCANAAN PRODUCT - INTRODUCTI GROWTH – MATURATI- SATURATI- DECLINING-
BISNIS BISNIS LAUNCHING ON - PERTUMBUH- ON – ON-JENUH KEMEROSO-
PROMOSI AN MATANG TAN
VOLUME
PENJUALAN

LABA
RUGI

OPERASI INVESTASI PERENCANAAN CASH FLOW EVALUATING BEP DAN LABA – LABA MULAI LABA MULAI
KEUANGAN PABRIK- LABA PLANNING – COST – HIGH LABA KENAIKAN- STATIS MENURUN
MANUFAKTUR RINCIAN EXPENSES MENIINGKAT NYA
BIAYA DENGAN MELAMBAT
CEPAT *)
OPERASI LAPORAN PERSETUJUAN PROMOSI - EVALUASI USAHA KONSOLI- MENCOBA USAHA
PEMASARAN RISET PASAR DESAIN AWAL STARTING PROMOSI PROMOSI DASI PROMOSI PROMOSI
DAN TINDAK DIPERTA- PEMASARAN BARU DIKURANGI
LANJUT. HANKAN PRODUK

DESAIN DESAIN AWAL NILAI KETEK- MODIFIKASI FEED BACK MENCOBA


PRODUK NIKAN DAN PENYESUAI- DARI DESAIN
ENJINERING AN CUSTOMER ULANG

PENGEMBA- PENGEMBANG- DESAIN YANG MODIFIKASI ANALISIS EVALUASI


NGAN AN AWAL BERSIFAT PRODUK DAN EFIENSI DESAIN
PRODUK FINAL ANALISA MATERIAL- ULANG
INVENTORI INVENTORI

OPERASI MERANCANG OPERASI PROSES DEVELOPING PRODUCT MENGURA- MENDESAIN JANGKA


PRODUKSI PROSES DAN PILOT PROYEK PRODUKSI- SPECIAL FEED BACK- NGI BIAYA ULANG PRODUKSI
PERALATAN TRIAL RUN – RUNNING - QUALITY DARI PRODUKSI ANALISIS SINGKAT
LATIHAN EVALUATING PRODUCT PELANGGAN NILAI PROD. BIAYA LEBIH
KERJA PROD. TINGGI

GAMBAR : ANALISA PRODUCT LIFE CYCLE (PLC)/DAUR KEHIDUPAN PRODUK


*) THE LAW OF THE DIMINISHING RETURN
FORECASTING (RAMALAN) ADALAH BAGIAN
PENTING DARI FUNGSI MANAJEMEN OPERASI
- PRODUKSI
• RAMALAN
PERMINTAAN
MENGARAHKAN
PRODUKSI,KAPASITAS
DAN SISTEM
PENJADWALAN DI
PERUSAHAAN SERTA
MEMPENGARUHI
FUNGSI MARKET
PLANNING, FINANCE,
DAN PERSONALIA
PERAMALAN (FORECASTING) DAN TEKNIK PERAMALAN
---------------------------------------------------------------------------------- -------------------------------
A. LATAR BELAKANG

SEORANG MANAJER HARUS MEMBUAT KEPUTUSAN TANPA MENGETAHUI APA


YANG AKAN TERJADI DI MASA DEPAN.

- PERSEDIAAN DIPESAN TANPA KEPASTIAN BERAPA JUMLAH PENJUALANNYA


- PERALATAN BARU DIBELI PADAHAL TIDAK ADA KEPASTIAN PERMINTAAN
TERHADAP PRODUK
- INVESTASI DILAKUKAN TANPA PENGETAHUAN BERAPA LABA/PROFIT

DALAM MENGHADAPI KETIDAK PASTIAN, MANAJER SELALU BERUSAHA


MEMBUAT ESTIMASI YANG LEBIH BAIK TENTANG APA YANG AKAN TERJADI DI
MASA DEPAN

MEMBUAT ESTIMASI YANG BAIK ADALAH TUJUAN PERAMALAN.

PERAMALAN YANG BAIK ADALAH BAGIAN PENTING DARI MANUFAKTUR DAN


OPERASI JASA YANG EFISIEN, SEKALIGUS MERUPAKAN SARANA PEMBENTUKAN
MODEL YANG PENTING UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
B. PERAMALAN
MERUPAKAN SENI DAN ILMU MEMPREDIKSI PERISTIWA-PERIATIWA MASA
DEPAN, DAN MEMERLUKAN PENGAMBILAN DATA HISTORIS DAN
MEMPROYEKSIKANNYA KE MASA DEPAN DENGAN MENGGUNAKAN
BEBERAPA BENTUK MODEL MATEMATIS, DAPAT JUGA MERUPAKAN
PREDIKSI SUBYEKTIF ATAU INTUITIF TENTANG MASA DEPAN.
PERMALAN BISA JUGA MENCAKUP KOMBINASI MODEL MATEMATIS YANG
DISESUAIKAN DENGAN PENILAIAN YANG BAIK DARI SEORANG MANAJER.

PERAMALAN MERAMALKAN HORISON WAKTU


-------------------------------------------------------------------
1. PERAMALAN JANGKA PENDEK : DIBAWAH 3 BULAN, BISA SAMPAI 1 TAHUN,
UNTUK : PERENCANAAN PEMBELIAN, PENJADWALAN KERJA, JUMLAH
TENAGA KERJA, TINGKAT PRODUKSI.
2. PERAMALAN JANGKA MENENGAH : 3 BULAN S/D. 3 TAHUN, DIGUNAKAN
UNTUK : PERENCANAAN PENJUALAN, PERENCANAAN DAN PERANGGARAN
PRODUKSI, PENGANGGARAN KAS, RENCANA OPERASI.
3. PERAMALAN JANGKA MENENGAH : LEBIH DARI 3 TAHUN, DIGUNAKAN
UNTUK PERENCANAAN PRODUK BARU, PENGELUARAN MODAL, LOKASI
FASILITAS, EKSPANSI, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN.

RAMALAN JANGKA PENDEK CENDERUNG LEBIH AKURAT DARI PADA


PERAMALAN JANGKA MENENGAH DAN PANJANG, DIMANA SEMAKIN PANJANG
KEAKURATAN PERAMALAN SEMAKIN BERKURANG.
BERDASARKAN OBYEKNYA, MAKA PERAMALAN DIBAGAI ATAS :
----------------------------------------------------------------------------------------------
1. RAMALAN EKONOMI (ANTARA LAIN : PREDIKSI TINGKAT INFLASI,
UANG BEREDAR, INDIKATOR-INDIKATOR LAINNYA.
2. RAMALAN TEKNOLOGI (ANTARA LAIN : TINGKAT KEMAJUAN TEKNOLOGI,
PENGGUNAAN PERALATAN TEKNIS P[RODUKSI, DAN LAINNYA)
3. RAMALAN PERMINTAAN DAN PENJUALAN (ANTARA LAIN : PROYEKSI
PERMINTAAN DAN PENJUALAN, MENGARAHKAN PRODUKSI, KAPASITAS,
SISTEM PENJADWALAN, DAN LAINNYA, YANG DIARAHKAN UNTUK
PERENCANAAN KEUANGAN, PEMASARAN, PRODUKSI DAN KEPEGAWAIAN.

RAMALAN PRODUK BERPENGARUH TERHADAP :


----------------------------------------------------------------------
1. SUMBER DAYA MANUSIA (ANTARA LAIN : MEMPERKERJAKAN, MELATIH, DAN
MEMBERHENTIKAN PARA PEKERJA TERGANTUNG PADA PERMINTAAN
PRODUK YANG DIANTISIPASI).
2. KAPASITAS ( KAPASITAS AKAN BERHUBUNGAN BIAYA, BILA DIPERBESAR,
BIAYA INVESTASI AKAN MELONJAK TAJAM, BERPENGARUH TERHADAP
PENGIRIMAN BARANG, JUMLAH PELANGGAN DAN SEBAGAINYA).
3. MANAJEMEN RANTAI-SUPLAI (HUBUNGAN DENGAN PEMASOK YANG BAIK
DAN KEUNGGULAN KERJA YANG TERJAMIN UNTUK PENGADAAN BAHAN
BAKU ATAU MATERIAL DAN SUKU CADANG/SPARE PARTS, TERGANTUNG
PADA RAMALAN YANG AKURAT).
PENDEKATAN JENIS TEKNIK PERAMALAN
--------------------------------------------------------------

1. KUALITATIF
MENGGUNAKAN FAKTOR-FAKTOR PENTING, SEPERTI : INTUISI, PENGALAMAN
PRIBADI, DAN SISTEM NILAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
TERBAGI ATAS :
A. DELPHI
B. SURVEI PASAR -KONSUMEN (TERMASUK JUGA RAMALAN SALES FORCE)
C. JUDGEMENT (OPINI EKSEKUTIF DAN PENDEKATAN NAIF)

2. KUANTITATIF
MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA
HISTORIS DAN ATAU VARIABEL-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN
PERMINTAAN DAN PENJUALAN.
TERBAGI ATAS :
A. TIME SERIES-MODEL SERI WAKTU :
- MOVING AVERAGE (RATA-RATA BERGERAK)
- EXPONENTIAL SMOOTHING (PENGHALUSAN EKSPONENSIAL)
- TREND PROJECTION/PROYEKSI TREND/TEKNIK MATEMATIKA
B. SEBAB AKIBAT -MODEL KAUSAL
- LINEAR REGRESSION/ REGRESI LINEAR
TIME SERIES - MODEL SERI WAKTU
--------------------------------------------------
MEMPREDIKSI BERDASARKAN ASUMSI BAHWA MASA DEPAN ADALAH FUNGSI
DARI MASA LALU, DENGAN KATA LAIN MELIHAT KEPADA APA YANG TERJADI
SELAMA PERIODE WAKTU DAN MENGGUNAKAN SERI DATA MASA LALU UNTUK
MEMBUAT RAMALAN.
PADA AWALNYA- KOMPONENNYA TERDIRI ATAS :
1. TREND (T)- ADALAH GERAKAN KE ATAS ATAU KE BAWAH SECARA
BERANGSUR-ANGSUR DARI DATA SEPANJANG WAKTU
2. MUSIM (S) - POLA DATA YANG BERULANG SETELAH PERIODE HARIAN,
MINGGUAN, BULANAN, ATAU KUARTALAN
3. SIKLUS (C) - POLA DALAM DATA YANG TERJADI SETIAP BEBERAPA TAHUN,
BIASANYA DIKAITKAN DENGAN SIKLUS BISNIS DAN MERUPAKAN HAL YANG
SANGAT PENTING DALAM ANALISIS DAN PERENCANAAN BISNIS JANGKA
PENDEK
4. VARIASI ACAK (R)- ADALAH TANDA DALAM DATA YANG DISEBABKAN OLEH
PELUANG DAN SITUASI YANG TIDAK BIASA, VARIBEL ACAK MENGIKUTI POLA
YANG TIDAK DAPAT DILIHAT, VARIASI ACAK INI SERING DIHAPUS DENGAN
DENGAN MENGHILANGKAN PERIODE WAKTU YANG JELAS-JELAS
MENYIMPANG, ATAU DENGAN MENGHILANGKAN NILAI YANG TINGGI DAN
RENDAH.
DALAM PERKEMBANGAN SELANJUTNYA, KOMPONEN YANG SERING DIPAKAI
ADALAH TREND DAN SIKLUS.
SEBAB AKIBAT - MODEL KAUSAL
------------------------------------------------

BIASANYA MEMPERTIMBANGKAN BEBERAPA VARIABEL YANG DIKAITKAN


PADA VARIABEL YANG SEDANG DIPREDIKSI.

PENDEKATAN INI RELATIF LEBIH KUAT KETIMBANG TIME SERIES, YANG


HANYA MENGGUNAKAN NILAI HISTORIS UNTUK VARIABEL YANG
DIRAMALKAN, DAN DALAM MODEL KAUSAL INI BANYAK FAKTOR YANG
HARUS DIPERTIMBANGKAN.

SEBAGAI CONTOH :

PENJUALAN PRODUK MUNGKIN DIKAITKAN DENGAN ANGGARAN IKLAN


PERUSAHAAN, PEMBEBANAN BUNGA, SELISIH HARGAPESAING, STRATEGI
PROMOSI, MUNGKIN PERTUMBUHAN EKONOMI, DIMANADALAM HAL INI
PENJUALAN DISEBUT VARIABEL DEPENDENT /TIDAK BEBAS, SEDANGKAN
VARIABEL LAINNYA DISEBUT VARIABEL BEBAS/INDEPENDENT.

MODEL KAUSAL MENGEMBANGKAN HUBUNGAN STATISTIK TERBAIK ANTARA


PENJUALAN DENGAN VARIABEL-VARIABEL BEBAS TERSEBUT.

MODEL YANG SERING DIPAKAI ADALAH ANALISIS REGRESI LINIER.


DELAPAN TAHAP UNTUK SETIAP PERAMALAN
------------------------------------------------------------------
TANPA MELIHAT METODE YANG DIGUNAKAN UNTUK MERAMAL, TAHAPAN
BERIKUT INI YANG UMUMNYA DILAKUKAN DALAM PROSES PERAMALAN.
1. MENENTUKAN PENGGUNAAN PERAMALAN ITU - APAKAH TUJUAN YANG AKAN
DICAPAI ?
2. MEMILIH HAL-HAL YANG AKAN DIRAMALKAN
3. MENENTUKAN HORISON WAKTUNYA-JANGKA PENDEK, MENENGAH ATAU
PANJANG ?
4. MEMILIH ALTERNATIF MODEL/TEKNIK PERAMALANNYA
5. MENGUMPULKAN DATA YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMBUAT RAMALAN
6. MENENTUKAN MODEL RAMALAN YANG PALING TEPAT
7. MEMBUAT RAMALAN
8. MENERAPKAN HASILNYA

TAHAP-TAHAP TERSEBUT DI ATAS MERUPAKAN CARA SISTEMATIS, DAN


APABILA SISTEM INI DIPAKAI UNTUK MENGHASILKAN RAMALAN SECARA
BERKALA SEPANJANG WAKTU, DATA HARUS SECARA RUTIN DIKUMPULKAN,
DAN PERHITUNGAN AKTUAL DIGUNAKAN AGAR PERAMALAN BISA DILAKUKAN
SECARA OTOMATIS, BIASANYA DENGAN KOMPUTER.
TIDAK ADA METODE PERAMALAN YANG SEMPURNA UNTUK SEMUA KONDISI,
MANAJEMEN MASIH HARUS MEMANTAU DAN MENGAWASI RAMALAN-
RAMALANNYA AGAR TIDAK TERJADI KESALAHAN, DAN PERAMALAN ADALAH
BAGIAN DARI TUGAS MANAJEMEN YANG MENANTANG DAN PRESTISIUS.
Tabel 2 :
JENIS-JENIS KEPUTUSAN VS TEKNIK PERAMALAN
Jenis Lingkup Kebutuhan Tingkat Methode
Keputusan waktu Ketetapan Manajemen Peramalan
Desain proses Panjang Sedang Puncak Kuantitative
dan sebab
akibat
Perencanaan Panjang Sedang Puncak Kuantitative
kapasitas dan sebab
fasilitas akibat
Perencanaan Menengah Tinggi Menengah Sebab akibat
Produksi Total dan time
series
Penjadualan Pendek Paling tinggi Bawah Time series
Produksi
Manajemen Pendek Paling tinggi Bawah Time series
sediaan
Tabel 3 :
TEKNIK PERAMALAN KUALITATIF

TEKNIK CARA BIASANYA TINGKAT KETETAPAN PERKIRAAN


PERAMALAN DIPAKAI BIAYA
UNTUK JANGKA JANGKA JANGKA
PENDEK MENENGAH PANJANG

Delphi Para ahli Ramalan Sedang Sedang s/d Sedang s/d Sedang s/d
berkumpul penjualan s/d sangat sangat baik sangat besar
dalam suatu jangka panjang baik baik
kelompok
diskusi Perencanaan
kemudian pabrik dan
menjawab kapasitas
pertanyaan produksi
yang sama lalu
didiskusikan
beberapa babak Meramalkan
perubahan
teknologi
TEKNIK CARA BIASANYA TINGKAT KETETAPAN PERKIRAAN
PERAMALAN DIPAKAI BIAYA
JANGKA JANGKA JANGKA
UNTUK
PENDEK MENENGAH PANJANG
Survei Panel diskusi, Ramalan Sangat Baik Sedang Besar
kuesioner, penjualan total baik
market test,
survei langsung Ramalan
produk

Ramalan setiap
jenis produk

Judgem Peramalan Ramalan total Kurang Kurang s/d Kurang s/d Kecil
ent dilakukan oleh 1 penjualan s/d sedang sedang
orang atau sedang
lebih, Ramalan setiap
berdasarkan jenis pdoruk
pengalaman,
firasat, tanpa
metode yang
sistematis
A. TIME SERIES
Time series menganalisis data yang ada dengan melihat
kecenderungannya (trend), misalnya :
Data penjualan per tahun sebagai berikut :
Tahun 1985 Rp. 10 juta
Tahun 1986 Rp. 12 juta
Tahun 1987 Rp. 14 juta
Tahun 1988 Rp. 16 juta
Maka ramalan penjualan tahun 1989 adalah Rp. 18 juta.
Secara umum teknik time series yang sering digunakan
adalah :
1. Moving average
2. Exponential shoothing
3. Teknik matematika
1. Moving Average
Peramahan moving average dilakukan berdasarkan rata-rata data tahun-tahun
sebelumnya, contoh :

Tahun Penjualan
(Milyar) Moving average, 3 tahun
1983 125 Penjualan 1989 = 135  139  142  138,5
3
1984 120 Moving average, 4 tahun
128  135  139  142
1985 128 Penjualan 1989 =  136
4
1986 135 Moving average, 6 tahun
125  120  128  135  139  142
1987 139 Penjualan =  131,5
6
1988 142

2. Exponential Smoothing
exponential smooting pada dasarnya adalah koreksi dari moving averange.
Teknik ini menganalisa penyimpangan antara ramalan dengan kenyataan.
Penyimpangan ini dieliminasi dan ditambahkan untuk peramalan selanjutnya.
Contoh : DATA-DATA PENJUALAN
Tahun Penjualan Moving Selisih
(milyar) Average 3
tahun
1983 125 -- --

1984 120 -- --

1985 128 -- --

1986 135 124,5 10,7

1987 139 127,7 11,3

1988 142 134,0 8,0

1989 138,7 30,0

Selisih rata-rata 30 : 3 = 10 milyar


Ramalan penjualan tahun 1989 = 138,7 + 10 = 148,7 milyar
3. Teknik Matematika
Teknik matematika meramalkan berdasarkan model data. Yang paling populer
adalah tehnik trend atau teknik garis liniear.
teknik trend mengasumsikan pola data berbentuk garis lurus dengan persamaan :
Y = a + bX
a = Y b = XY X = 0
n X2
Bila jumlah datanya genap, maka urutan X = ..5,3,1,-1,-3,-5 …
Bila jumlah datanya ganjil, maka urutan X = ..3,2,1,0,-1,-2,-3..

Tahun Penjualan (Milyar) X2


X Y XY
1983 5 125 625 25
1984 3 120 360 9
1985 1 128 128 1
1986 -1 135 -135 1
1987 -3 139 -417 9
1988 -5 142 -710 25
 0 789 -149 70
Hitung a dan b menggunakan persamaan diatas :
A = 789/6 = 131,5 b=-149/70 = -2,1286
Persamaan garisnya menjadi :
Y = 131,5 – 2,1286 X
Untuk tahun 1989 X = -7, maka
Y = 131.5 – 2,1286 (-7)
= 146,399 milyar
Metode ini sering disebut juga dengan Coded Methode

Perhitungan Pengaruh Musiman

Pengaruh musiman diperhitungkan untuk melakukan distribusi terhadap


hasil perhitungan dengan teknik trend yang model datanya sepanjang
tahun tidak merata dan kelihatannya cenderung mengikuti model
musiman.

Penjualan per kuartal


Index musiman = x 100%
Total penjualan per tahun
Jika penjualan per kuartal untuk 3 tahun terakhir adalah :

Kuartal 1986 1987 1988 IM kuartal I th 1986 adalah


30/135 x 100% = 22,2%
I 30 31 33 IM krt II th 1986 adalah
33/135 x 100% = 24,4%
II 33 34 35
IM krt III th 1986 adalah
III 35 35 35
35/135 x 100% = 25,9%
IV 37 39 39
IM krt IV th 1986 adalah
Total 135 139 142 37/135 x 100% = 27,5%

dan seterusnya dihitung sampai tahun 1988


Tabel Index musiman berdasarkan perhitungan di atas :

Kuartal 1986 1987 1988 Ramalan IM


1989
I 22,2 22,3 23,2 22,6

II 24,4 24,5 24,7 24,5

III 25,9 25,2 24,7 25,3

IV 27,5 28,0 27,4 27,6


Ramalan IM 1989 dihitung dari rata-rata kuartal yang sama tahun
sebelumnya, misal :
Ramalan IM 1989 kuarta 1 = 22,2 + 22,3 + 23,2 = 22,6
3
Dari perhitungan metode trend diperoleh ramalan penjualan untuk tahun
1989 adalah 146,399 milyar, sehingga untuk per kuartalnya dapat
dihitung sebagai berikut :

Kuartal I = 146,399 x 22,6 = 33,086 milyar


Kuartal II = 146,399 x 24,5 = 35,868 milyar
Kuartal III = 146,399 x 25,5 = 37,039 milyar
Kuartal IV = 146,399 x 27,6 = 40,406 milyar
V. TEKNIK SEBAB-AKIBAT
Teknik sebab-akibat menganalisis sampai sejauh mana pengaruh faktor
tertentu terhadap faktor yang akan kita ramalkan, contoh :
o Sampai sejauh mana pengaruh penjualan terhadap promosi
o Sampai sejauh mana pengaruh populasi penduduk yang
berpenghasilan menengah terhadap penjualan rumah.
o Sampai sejauh mana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
penjualan
o Sampai sejauh mana hubungan antara banyaknya jumlah hari hujan
dalam setahun dengan penjualan payung.
Hubungan antara kedua faktor diwujudkan dalam bentuk koefisien korelasi
(r) yang nilainya antara -1 sampai +1
nXY  (Y )
r
nX 2

 (X ) 2 nY 2  (Y ) 2 
r = + 1  hubungannya erat dan sebanding
r = - 1  hubungannya erat tapi berlawanan
r = 0  tidak ada hubungan sama sekali
Tabel Index musiman berdasarkan perhitungan di atas :
Tahun Penjualan Promosi (juta) XY X2 Y2
(milyar X Y
1983 125 10 1250 15625 100
1984 120 12 1440 14400 144
1985 128 14 1792 16384 196
1986 135 17 2295 18225 289
1987 139 20 2780 19321 400
1988 142 27 3834 20164 729
 789 100 13391 104119 1858

6 x 13391  789 x 100


r  0,91
6 104119  789 6 x1858 100 
2 2

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penjualan dengan promosi


sangat erat dan sebanding, artinya menaikkan promosi akan menaikkan juga
penjualan demikian pula sebaliknya menurunkan promosi menurukan pula
penjualan.
Supply Chain
Management
PERTEMUAN II
Kuliah ke 4.
BAHASAN
• SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
• PROCUREMENT-PURCHASING
• PERENCANAAN KEBUTUHAN RAW
MATERIAL (MRP – MATERIAL
REQUIREMENT MATERIAL)
• GUDANG DAN PENGENDALIAN RAW
MATERIAL DAN MATERIAL LAINNYA.
ALUR RAW MATERIAL SUPPLY
Raw Materials Raw Materials Manufacturing Finished Goods Markets
Supply Points Storage Storage

Storage Plant Warehouse A

Storage Plant Warehouse B

Storage Plant Warehouse C


Inbound Outbound
Logistics Logistics
Supply Chain

 All facilities, functions, activities,


associated with flow and transformation
of goods and services from raw materials
to customer, as well as the associated
information flows
 An integrated group of processes to
“source,” “make,” and “deliver” products
Supply Chain Illustration
Supply Chain Processes
Value Chain vs. Supply Chain
• Value chain
– every step from raw materials to the eventual end
user
– ultimate goal is delivery of maximum value to the end
user
• Supply chain
– activities that get raw materials and subassemblies
into manufacturing operation
• Terms are used interchangeably
Supply Chain Management
(SCM)
• Managing flow of information through supply
chain in order to attain the level of
synchronization that will make it more
responsive to customer needs while lowering
costs
• Keys to effective SCM
– information
– communication
– cooperation
– trust
Supply Chain Uncertainty
• Factors that contribute to
uncertainty
• One goal in SCM: – inaccurate demand
forecasting
– respond to uncertainty in
customer demand – long variable lead times
without creating costly – late deliveries
excess inventory – incomplete shipments
• Negative effects of – product changes batch
uncertainty ordering
– lateness – price fluctuations and
discounts
– incomplete orders
– inflated orders
• Inventory
– insurance against supply
chain uncertainty
Information Technology: A Supply
Chain Enabler
• Information links all aspects of • Bar code and point-of-sale
supply chain – data creates an instantaneous
• E-business computer record of a sale
– replacement of physical • Radio frequency identification
business processes with (RFID)
electronic ones – technology can send product
• Electronic data interchange data from an item to a reader
(EDI) via radio waves
– a computer-to-computer • Internet
exchange of business – allows companies to
documents communicate with suppliers,
customers, shippers and other
businesses around the world,
instantaneously
E-business and Supply Chain
• Cost savings and price reductions
• Reduction or elimination of the role of
intermediaries
• Shortening supply chain response and
transaction times
• Gaining a wider presence and increased
visibility for companies
• Greater choices and more information for
customers
E-business and Supply Chain
(cont.)
• Improved service as a result of instant
accessibility to services
• Collection and analysis of voluminous amounts
of customer data and preferences
• Creation of virtual companies
• Leveling playing field for small companies
• Gaining global access to markets, suppliers, and
distribution channels
Build-to-order cars over
the Internet
Supply Chain Integration
• Information sharing among supply chain members
– Reduced bullwhip effect
– Early problem detection
– Faster response
– Builds trust and confidence
• Collaborative planning, forecasting,
replenishment, and design
– Reduced bullwhip effect
– Lower Costs (material, logistics, operating, etc.)
– Higher capacity utilization
– Improved customer service levels
Supply Chain Integration (cont.)
• Coordinated workflow, production and
operations, procurement
– Production efficiencies
– Fast response
– Improved service
– Quicker to market
• Adopt new business models and technologies
– Penetration of new markets
– Creation of new products
– Improved efficiency
– Mass customization
Collaborative Planning,
Forecasting, and Replenishment
• Process for two or more companies in a
supply chain to synchronize their
demand forecasts into a single plan to
meet customer demand
• Parties electronically exchange
– past sales trends
– point-of-sale data
– on-hand inventory
– scheduled promotions
– forecasts
Suppliers
• Procurement
– purchase of goods and services from suppliers
• On-demand (direct response) delivery
– requires supplier to deliver goods when demanded
by customer
• Continuous replenishment
– supplying orders in a short period of time according
to a predetermined schedule
• Cross-enterprise teams coordinate processes
between company and supplier
Outsourcing
• Sourcing
– selection of suppliers
• Outsourcing
– purchase of goods and services from an
outside supplier
• Core competencies
– what a company does best
• Single sourcing
– a company purchases goods and services from
only a few (or one) suppliers
E-Procurement
• Direct purchase from suppliers over the Internet
• Direct products go directly into production
process a product, indirect products not
• E-marketplaces
– web sites where companies and suppliers conduct
business-to-business activities
• Reverse auction
– a company posts orders on the Internet for suppliers
to bid on
Relationship between Facilities and Functions
along the Wal-Mart Supply Chain

Source: Adapted from Garrison Wieland for “Wal-Mart’s


Supply Chain,” Harvard Business Review 70(2; March–April
1992), pp. 60–71.
Distribution

 Encompasses all channels, processes, and


functions, including warehousing and
transportation, that a product passes on its
way to final customer
 Often called logistics
 Logistics
 transportation and distribution of goods
and services
 Driving force today is speed
 Particularly important for Internet dot-coms
Transportation
• Rail
– low-value, high-density, bulk
products, raw materials,
intermodal containers
– not as economical for small
loads, slower, less flexible
than trucking
• Trucking
– main mode of freight transport
in U.S.
– small loads, point-to-point
service, flexible
– More reliable, less damage
than rails; more expensive
than rails for long distance
Transportation (cont.)

•Air
– most expensive and fastest, mode of
freight transport
– lightweight, small packages <500 lbs
– high-value, perishable and critical
goods
– less theft
•Package Delivery
– small packages
– fast and reliable
– increased with e-Business
– primary shipping mode for Internet
companies
Transportation (cont.)

•Water
– low-cost shipping mode
– primary means of international shipping
– U.S. waterways
– slowest shipping mode
•Intermodal
– combines several modes of shipping-
truck, water and rail
– key component is containers
•Pipeline
– transport oil and products in liquid form
– high capital cost, economical use
– long life and low operating cost
Internet Transportation
Exchanges
 Bring together shippers and
carriers
 Initial contact, negotiations,
auctions
 Examples
www.nte.com
www.freightquote.com
SCM Software
• Enterprise Resource Planning (ERP)
– software that integrates components of a
company by sharing and organizing
information and data
– SAP was first ERP software
– mySAP.com
• web enabled modules that allow collaboration
between companies along the supply chain
Linking Supply Chain with SAP
Measuring Supply Chain
Performance
• Key performance indicators
– inventory turnover
• cost of annual sales per inventory unit
– inventory days of supply
• total value of all items being held in inventory
– fill rate
• fraction of orders filled by a distribution center within a
specific time period
Key Performance Indicators

Cost of goods sold


Inventory turns =
Average aggregate value of inventory

Average aggregate value of inventory =


=(average inventory for item i) X (unit value item i)

Average aggregate value of inventory


Days of supply =
(Costs of goods sold)/(365 days)
Key Performance
Indicators: Example
1. Cost of goods sold: $425 million
2. Production materials and parts: $4,629,000
3. Work-in-process: $17,465,000
4. Finished goods: $12,322,000
5. Total average aggregate value of inventory (2+3+4): $34,416,000

$425, 000, 000


Inventory turns = = 12.3
$34,416,000

$34,416,000
Days of supply = = 29.6
($425,000,000)/(365)
Other Measures of Supply Chain
Performance
• Process Control
– used to monitor and control any process in
supply chain
• Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
– establish targets to achieve “best in class”
performance
SCOR Model Processes

Make Deliver
Plan Source
Transform Provide products
Develop a course Procure goods
of action that best product to a to meet demand,
and services to
meets sourcing, finished state to including order
meet planned
production and meet planned management,
delivery or actual
or actual transportation
requirements demand
demand and distribution
Return
Return
products,
post-delivery
customer
support
POLA HUBUNGAN DENGAN
PEMASOK – SUPPLY CHAIN
• HUBUNGAN PASAR BEBAS (DASARNYA MRP, EOQ, ROP, BOM,
KLASIFIKASI ABC, NEGOSIASI, PO)- BERLAKU MEKANISME
PASAR DAN BARGAINING POWER, SERTA NEGOSIASI
LANGSUNG, DAN LANGSUNG DIBUAT PO, BISA
DIKEMBANGKAN JUGA DALAM BENTUK KONTRAK
PEMBELIAN.
• KEMITRAAN JIT(JUST IN TIME) - PEMBELI DAN PEMASOK
BEKERJASAMA UNTUK MENGHILANGKAN KESIA-SIAAN
(INVENTORI DIUSAHAKAN ZERO) DAN PENGADAAN MATERIAL
MENJADI SANGAT TERUKUR.
• INTEGRASI VERTIKAL – BERSIFAT KEDEPAN (FORWARD) DAN
KEBELAKANG (BACKWARD) SEBAGAI SUATU KESATUAN
YANG BERURUTAN ANTARA PEMBELI DAN PEMASOK DALAM
FUNGSINYA MASING-MASING, TAPI KURANG BAIK BAGI YANG
SEDANG MENGALAMI PERUBAHAN TEKNOLOGI (PERTANIAN
GANDUM <------- INDUSTRI TEPUNG <--- INDUSTRI
BISKUIT/ROTI )
lanjutan
• JARINGAN KIERETSU- DALAM HAL INI PEMASOK MENJADI
BAGIAN KOALISI PERUSAHAAN, DAN HUBUNGAN BERJANGKA
PANJANG, PEMASOK DAPAT MENJADI SUB.KONTRAKTOR
(INDUSTRI BATERE, BAN, MESIN, JOK KURSI, KOMPONEN DAN
YANG TERKAIT, MENSUPLAI INDUSTRI OTOMOTIF MOBIL
SEBAGAI SUATU KOALISI – KESATUAN; DAN MODEL LAINNYA).

• PERUSAHAAN MAYA (VIRTUAL) – MENGANDALKAN BERBAGAI


HUBUNGAN DENGAN PEMASOK UNTUK MEMBERIKAN
PELAYANAN PADA SAAT DIPERLUKAN ( INDUSTRI PERBANKAN
BERHUBUNGAN DENGAN PERUSAHAAN JASA REKRUTMEN,
AGEN KARTU KREDIT, NOTARIS, DEBT COLLECTOR; INDUSTRI
GARMENT BERHUBUNGAN DENGAN PERUSAHAAN
PERANCANG, OBRAS, SULAMAN, DAN MESIN JAHIT, DAN
SEBAGAINYA)
ALTERNATIF – ALTERNATIF
CARA PEMBELIAN
• BULK BUYING – PARTAI
BESAR/CURAH, HARGA SEDANG
TURUN, DAPAT DIJUAL KEMBALI
• CONTRACT BUYING – DIBUAT
KONTRAK, KEBUTUHAN BESAR DAN
TERATUR, JANGKA PANJANG
• PROGRESSIVE STOCK BUYING –
MENGIKUTI PASANG SURUTNYA
PERSEDIAAN, CATATAN UP TO DATE
lanjutan
• HAND TO MOUTH BUYING – PEMBELIAN
SEKETIKA PADA SAAT DIBUTUHKAN
• HEDGING BUYING – PEMBELIAN BARANG
BARU DIIKUTI DENGAN PENJUALAN
BARANG STOCK, UNTUK BARANG
PERDAGANGAN
• SPECULATIVE BUYING – MEMBELI UNTUK
DIJUAL KEMBALI DENGAN HARAPAN HARGA
BARANG TERSEBUT MENINGKAT
lanjutan
• BLANKET BUYING ATAU STOCKLESS
BUYING – MEMBELI SEKALIGUS
UNTUK SATU TAHUN, TETAPI
PENYERAHAN DARI PEMASOK
TERGANTUNG PERMINTAAN PEMBELI
PER BULANNYA, TETAPI HARGA
FLOATING - DAPAT DINEGOSIASIKAN
SETIAP 3 BULAN SEKALI ATAU
TERGANTUNG KESEPAKATAN.
SYARAT PENYERAHAN
• LOCO – HARGA BARANG DI GUDANG
PEMASOK, PEMBELI MENGANGKUT SENDIRI
BARANG TERSEBUT
• FOB (FREE ON BOARD) – HARGA BARANG
SAMPAI SELESAI DIMUAT DI ATAS KAPAL
• C & F (COST AND FREIGHT) – HARGA FOB
DITAMBAH FREIGHT (ONGKOS ANGKUT
LAUT) DARI LOADING PORT KE
DESTINATION PORT
lanjutan
• CIF (COST INSURANCE AND FREIGHT)
– HARGA C & F DITAMBAH DENGAN
PREMI ASURANSI (INSURANCE
PREMIUM)
• FRANCO – HARGA PEMBELIAN SUDAH
TERMASUK SEMUA BIAYA SAMPAI
BARANG DIBONGKAR DI GUDANG
PEMBELI
lanjutan
DALAM SYARAT PENYERAHAN INI HARUS
DIPERHITUNGKAN UNTUK MEMILIH YANG
PALING KECIL RESIKONYA, HAL-HAL
SEBAGAI BERIKUT :
• LEAD TIME
• GANGGUAN DIPERJALANAN
• RISK ASSESTMENT YANG AKAN DIPILIH
• TIMBULNYA HIGH COST ECONOMY
• BIAYA YANG INDIRECT DENGAN PEMBELIAN
(BIAYA “SILUMAN” - TANPA KUITANSI, HARUS
DIVERIFIKASI)
POTONGAN HARGA - DISCOUNT
• QUANTITY DISCOUNT – UNTUK SEJUMLAH
KUANTITAS PEMBELIAN TERTENTU
DIPEROLEH POTONGAN KHUSUS, MISAL 1
KG.
• CASH DISCOUNT – JIKA PERJANJIAN
KREDIT PADA WAKTU TERTENTU, DILUNASI
LEBIH CEPAT MENDAPATKAN POTONGAN
HARGA, MISAL : 2/10, NET 30 – JANGKA
WAKTU BAYAR 30 HARI, DIBAYAR LEBIH
CEPAT MAKSIMAL 10 HARI DIBERI DISKON
2 % DARI TOTAL HARGA PEMBELIAN
lanjutan
• SEASONAL DISCOUNT – ADA POTONGAN
UNTUK MEMBELI BARANG TERTENTU
DILUAR MUSIMNYA, MISAL MEMBELI JAS
HUJAN PADA MUSIM KEMARAU
• TRADE DISCOUNT – TERDAPAT POTONGAN
HARGA TERGANTUNG KLASIFIKASI
PEMBELI, MISAL DISTRIBUTOR 15 %,
PENGECER 10 %, DAN LAINNYA
Kasus: Pembahasan Pemotongan Harga
Pemasok yang menawarkan potongan harga untuk
pembelian dalam jumlah besar sebaiknya tetap dihitung
dengan cermat.

Contoh perhitungan:

Kebutuhan (B) = 10.000 unit / tahun


Biaya pengiriman (O) = Rp. 10.000,- / order
Jumlah Pesanan (Q) Harga/Unit (P)
1.000 unit Rp. 1.000,-
2.000 unit Rp. 900,-
5.000 unit Rp. 875,-

Biaya total pertahun = Biaya Pengiriman + Biaya Penyimpanan + Harga


Barang
Keterangan:
Biaya Pengiriman = Frekuensi Pengiriman x
Per tahun Biaya Pengiriman/order = B/Q x O

Biaya = Rata-rata sediaan di


Penyimpanan Gudang x Biaya
Penyimpanan = Q/2 x I x P
I, diambil 25% - 35% (sedikit diatas bunga Bank)
Kemungkinan I
Q = 1.000 unit, P = Rp. 1.000/unit (I = 25%)
BT = (10.000/1.000 x 10.000) + (1.000/2 x 0,25 x
1.000) + (10.000 x 1.000)
= 100.000 + 125.000 + 10.000.000
= 10.225.000
Kemungkinan II
Q = 2.000 unit, P = Rp. 900,-/unit
BT = (10.000/2.000 x 10.000) + (2.000/2 x 0,25 x
900) + (10.000 x 900)
= 50.000 + 225.000 + 9.000.000
= 9.275.000
Kemungkinan III
Q = 5.000 unit, P = Rp. 875,-/unit
BT = (10.000/5.000 x 10.000) + (5.000/2 x 0,25 x
875) + (10.000 x 875)
= 20.000 + 546.875 + 8.750.000
= 9.316.875

Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa tidak semua potongan


harga menyebabkan penghematan. Seperti terlihat kemungkinan
III, meskipun potongan harganya lebih besar, biaya totalnya lebih
tinggi dibandingkan dengan kemungkinan II.
Material Requirements
Planning (MRP)

• Computerized inventory control and


production planning system
• When to use MRP?
– Dependent demand items
– Discrete demand items
– Complex products
– Job shop production
– Assemble-to-order environments
Demand Characteristics
Independent demand Dependent demand

100 x 1 =
100 tabletops

100 tables 100 x 4 = 400 table legs

Continuous demand
400 – Discrete demand
400 –
300 –
No. of tables

300 –
No. of tables
200 –
200 –
100 –
100 –

1 2 3 4 5
Week M T W Th F M T W Th F
Material Master
production
Requirements schedule

Planning
Product Material Item
structure requirements master
file planning file

Planned
order
releases

Work Purchase Rescheduling


orders orders notices
MRP Inputs and Outputs
• Inputs
– Master production schedule
– Product structure file
– Item master file
• Outputs
– Planned order releases
• Work orders
• Purchase orders
• Rescheduling notices
Master Production Schedule
• Drives MRP process with a schedule of finished
products
• Quantities represent production not demand
• Quantities may consist of a combination of
customer orders and demand forecasts
• Quantities represent what needs to be
produced, not what can be produced
• Quantities represent end items that may or may
not be finished products
Master Production Schedule
(cont.)

PERIOD
MPS ITEM 1 2 3 4 5
Clipboard 85 95 120 100 100
Lapdesk 0 50 0 50 0
Lapboard 75 120 47 20 17
Pencil Case 125 125 125 125 125
Product Structure

Clipboard

Top clip (1) Bottom clip (1)

Pivot (1) Spring (1)

Rivets (2)
Finished clipboard Pressboard (1)
Product Structure Tree

Clipboard Level 0

Pressboard Clip Ass’y Rivets


(1) (1) (2) Level 1

Top Clip Bottom Clip Pivot Spring


(1) (1) (1) (1) Level 2
Modular BOMs
X10
Automobile

Engines Exterior color Interior Interior color Body


(1 of 3) (1 of 8) (1 of 3) (1 of 8) (1 of 4)

4-Cylinder (.40) Bright red (.10) Leather (.20) Grey (.10) Sports coupe (.20)
6-Cylinder (.50) White linen (.10) Tweed (.40) Light blue (.10) Two-door (.20)
8-Cylinder (.10) Sulphur yellow (.10) Plush (.40) Rose (.10) Four-door (.30)
Neon orange (.10) Off-white (.20) Station wagon (.30)
Metallic blue (.10) Cool green (.10)
Emerald green (.10) Black (.20)
Jet black (.20) Brown (.10)
Champagne (.20) B/W checked (.10)
Time-phased Bills

Forward scheduling: start at today‘s date and schedule forward to determine


the earliest date the job can be finished. If each item takes one period to
complete, the clipboards can be finished in three periods
Backward scheduling: start at the due date and schedule backwards to
determine when to begin work. If an order for clipboards is due by period three,
we should start production now
MRP Processes

1. Exploding the bill of material


2. Netting out inventory
3. Lot sizing
4. Time-phasing requirements
MRP Matrix
MRP: Example
Product Structure Record

Clipboard Level 0

Pressboard Clip Ass’y Rivets


(1) (1) (2) Level 1

Lapdesk Level 0

Pressboard Trim Beanbag Glue


(2) (3’) (1) (4 oz) Level 1
MRP: Example

Planned Order Report


PERIOD
ITEM 1 2 3 4 5

Clipboard 100 100 100


Lapdesk 50 50
Pressboard 100 150 100
Lot Sizing in MRP Systems
• Lot-for-lot ordering policy
• Fixed-size lot ordering policy
– Minimum order quantities
– Maximum order quantities
– Multiple order quantities
– Economic order quantity
– Periodic order quantity
LAMPIRAN
ALUR KONVERSI PROSES PRODUKSI KOTAK KARTON

KERTAS KARTON
BIAYA FILM
TINTA
PRINTING
BIAYA POTONG

POTONG
BIAYA LIPAT

LIPAT

PENGELEMAN LEM

KEMAS

TRANSPORTASI

PROSES SET UP PROSES MANUFAKTUR BOM


Process Plans
• ASSEMBLY CHART FOR A BIG MAC
• Set of documents that detail manufacturing and
service delivery specifications
– assembly charts
– operations sheets
– quality-control check-sheets
Sesame seed top bun
Beef patty
Assembly Chart
SA
Salt for a Big Mac
Cheese
Lettuce
First-layer assembly
Sauce
Onions
Middle bun
Beef patty
SA
Salt
Cheese
Lettuce
Second-layer assembly
Sauce
Onions
Pickles
Bottom bun
Wrapper
Completed Big Mac
Inventory Policies and
Warehousing
PERTEMUAN III
Kuliah ke 5.
1.Kebijakan Pengendalian Persediaan
Sekarang Anda diajak untuk membahas kebijakan dalam mengendalikan
sediaan. Sebetulnya berapa banyakkah sediaan yang harus anda simpan
dalam gudang?
Sediaan Optimal untuk mencapai jumla sediaan yang memadai, Anda perlu
mengusahakan agar jumlah sediaan optimal. Sediaan Optimal artinya jumlah
sediaan tersebut tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit.
Dasar dari penarikan kebijakan ini ialah teknik analisis yang disebut Analisis
Pareto atau Hukum Pareto.
Hukum Pareto, Setelah mengadakan berbagai macam penelitian .
Vilfredo Pareto menemukan “ Hukum “ yang kemudian disebut “ Hukum
Pareto “. Hukum Pareto menyatakan bahwa dari sekumpulan sediaan yang
dipunyai, sebagian kecil dari jenis sediaan sudah akan menguasai sebagian
besar nilai sediaan. Jadi seandainya Anda mempunyai 100 jenis lebih 80 %
dari seluruh nilai sediaan ( hukum 20 : 80 )
Yang dimaksud dengan nilai sediaan tersebut ialah nilai dari barang yang terpakai ( kalau Anda
produsen ) atau terjual ( kalau Anda pedagang ) oleh perusahaan dalam jangka waktu satu
tahun. Oleh karena itu, nilai sediaan ini disebut juga nilai pemakai atau nilai penjualan.

Kira – kira berapa unit


yang akan saya pesan

JUMLAH PESANAN SEBESAR NILAI KPE / EOQ

Kalau perusahaan Anda dalam satu tahun memakai atau menjual 20 jenis barang senilai  Rp 20
juta, maka pemakaian atau penjualan  5 jenis barang ( 25 % dari 20 ) tersebut sudah akan
berniali Rp 16 juta ( 80 % dari 20 ).
Agar jelas, Anda dapat melihat gambaran angka tersebut dari catatan pemakaian
sediaan berikut ini:
No Kode Pemakaian Setahun Harga Satuan Nilai Nilai Kumulatif Nilai Kumulatif
Urut Sediaan ( Unit ) ( Rp ) Pemakaian ( Rp. Ribu ) ( Dalam % )
3 4 ( Rp. Ribu ) 6 7
1 2 5

1. 1.002 26.000 290 7.540 7.540 37.6


2. 1.005 22.000 120 2.640 10.180 50.8
3. 1.003 27.000 90 2.430 12.610 63.0
4. 1.012 12.000 180 2.160 14.770 73.7
5. 1.015 19.000 50 950 15.720 78.5
6. 1.009 30.000 30 900 16.620 83.0
7. 1.018 4.000 170 680 17.300 86.4
8. 1.019 5.000 110 550 17.850 89.1
9. 1.0.13 24.000 20 480 18.330 91.5
10. 1.001 2.000 120 240 18.570 92.7
11. 1.014 600 390 234 18.804 93.9
12. 1.006 800 270 216 19.020 95.0
13. 1.020 800 260 208 19.228 96.0
14. 1.007 2.000 90 180 19.408 96.9
15. 1.008 300 440 132 19.540 97.6
16. 1.016 300 420 126 19.666 98.2
17. 1.011 11.000 10 110 19.776 98.7
18. 1.017 700 130 91 19.867 99.2
19. 1.004 100 840 84 19.951 99.6
20. 1.010 1.000 80 80 20.031 100

Catatan : Untuk perdagangan , maka kolom” pemakaian “ diganti dengan “ penjualan”


Dari tabel diatas tampak bahwa nilai pemakaian setahun dari sediaan No. 1 sampai
dengan No. 5 sudah mencapai Rp. 15.720 ribu atau 78.5 % dari seluruh pemakaian
sediaan yang berjumlah Rp. 20.031 ribu.
Oleh sebab itu sediaan dari No.1 sampai dengan No.5 tadi dalam perusahaan disebut
sediaan vital.

Susunan Pareto
Susunan tabel tadi dinamakan susunan pareto
Cara penyusunnannya dengan jalan :
1. Meletakkan nilai pemakaian paling besar di urutan No. 1 , seterusnya makin ke
bawah ditaruh nilai pemakaian yang lebih kecil dan yang terendah nilai
pemakaiannya ditetapkan pada urutan terbawah ( lihat lajur (5)).
Nilai pemakaian ini merupakan hasil perkalian antara pemakaian setahun ( unit )
dengan harga satuan ( Rp ).
jadi nilai pemakaian ( 5 ) = ( 3 ) x ( 4 ).
2. Lajur ( 6 ) berisi nilai pemakaian secara kumulatif.
Contoh :
* Nilai kumulatif dari sediaan No.1 dan 2 adalah
Rp 7.540 + Rp 2.640 = Rp 10.180 ribu
* Nilai Kumulatif dari sediaan No.1,2 dan 3 yaitu
Rp 10.180+ Rp 2.430 = Rp 12.610 ribu
* dan seterusnya.
3. Lajur ( 7 ) menunjukkan persentasi dari nilai pemakaian kumulatif terhadap nilai
seluruh pemakaian.
Misal :
* Nilai kumulatif dari sediaan 1 = Rp 7.540 : Rp 20.031
= 37.6 %

* Nilai kumulatif sediaan 1 dan 2 = Rp 10.180 : Rp 20.031


= 50.8 %

* dan selanjutnya.
Klasifikasi bahan berdasar atas Hukum Pareto di sebut juga sebagai klasifikasi ABC

Sediaan Kelas A
Dengan demikian perlu Anda perhatikan bahwa sediaan No. 1,2,3,4 dan 5
merupakan sediaan vital karena telah menghabiskan 78,5 % ( ~ 80 % ) dari
seluruh biaya sediaan setahun. Jenis sediaan sampai dengan batas 80 % tadi disebut
sediaan kelas A.

Sediaan Kelas B
Sediaan No. 6,7 dan 8 telah menambah nilai pemakaian dari 78,5 % menjadi 89,1 %
( ~ 90 % ) . Jenis sediaan dengan batas antara 80 % sampai dengan 90 % disebut
Sediaan kelas B.
Sediaan Kelas c
Yang terakhir adalah sediaan No. 9 sampai dengan No. 20 walaupun berjumlah 12
jenis atau 60 % populasi, namun nilai pemakaiannya hanya sebesar 10 % dari
keseluruhan pemakaian . Jenis sediaan dengan nilai pemakaian antara 90 % sampai
dengan 100 % dikelaskan sebagai sediaan kurang vital atau sediaan kelas C.

Kebijakan Sistem ABC


Melihat pada tingkat kevitalan sediaan tadi , tentu wajar sekali kalau terhadap
sediaan kelas A Anda lakukan pengendalian yang lebih seksama daripada kelas B dan
kelas C. oleh karena itu Anda perlu menetapkan garis kebijakan tertentu dalam
mengendalikan sediaan tersebut.

Pengendalian untuk sediaan kelas A dengan cara pencatatan yang cermat ,


pengecekan pemasukan dan pengeluaran yang lebih sering, pencacahan sediaan (
stok taking ) yang teratur . Penataan yang lebih aman dan sebagainya.

Sekarang jelas bahwa terhadap sediaan kelas C, pengendaliannya dapat dilakukan


oleh pegawai biasa, laporan dan pengecekan tidak terlalu sering dan sebagainya.

Sekarang jelas bahwa terhadap sediaan yang vital, sedang dan kurang vital, Anda
akan menarik garis kebijakan ( policy ) yang tidak perlu sama. Kebijakan tersebut
dapat berbeda disesuiakan dengan situasi , kesenggangan waktu, tenaga, serta
kondisi gudang, sarana dan lainnya.
ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ )

EOQ = 2. D.Co
Cu . i

D = Total kebutuhan bahan pertahun


Co = Biaya untuk setiap kali pemesanan
Cu = Harga per unit bahan
I = Biaya pemeliharaan ( Prosentase ) per unit Bahan
Dari harga per unit bahan ( Rp )
Contoh:
1. D = 9.000 unit
Co = Rp 500
Cu = Rp 1.000
I = 1.6 %

EOQ = 2. 9.000 . 500 = 9.000.000


1.000 x 1.6 % 16

= 750 unit persatu kali pemesanan


Contoh:
2. TC = Total Cost per satu kali pemesanan
TC EOQ = CC + CR
= EOQ . ( Cu . i ) + D ( Co )
2 EOQ
= 750 . ( 1.000 ) ( 1,6 % )+ 9.000 ( 500 )
2 750
= 6.000 + 6.000
= Rp. 12.000
EOQ tercapai optimal CC = CR

Cc = Cost of Reordering
= Biaya Pemesanan per tahun Konstan
CR = Carrying Cost
= Biaya Pemeliharaan per tahun
3. Frekuensi Pemesanan Pertahun = D
EOQ
= 9000 = 12 Kali
750
8. Tabel Penentuan Kuantitas Pemesanan yang paling Optimal ( EOQ )

A B C D E F G H
9.
(1)x(3) (2):2 5x6 (4)+(7)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 9.000 500,00 500,00 4.500 16,00 72.00,00 72.500.00


6 1.500 500,00 3.000,00 750 16,00 12.000,00 15.000,00
10 1.000 500,00 5.000,00 500 16,00 8.000,00 13.000,00
12 750 500,00 6.000,00 375 16,00 6.000,00 12.000,00
15 600 500,00 7.500,00 300 16,00 4.800,00 12.300,00
18 500 500,00 9.000,00 250 16,00 4.000,00 13.000,00
20 450 500,00 10.000,00 225 16,00 3.600,00 13.000,00

Keterangan : A : Frekuensi pemesanan


B : Kuantitas setiap kali pesan
C : Biaya setiap kali pesan ( Co )
D : Total biaya pemesanan pertahun ( Cc)
E : Rata-rata persediaan
F : i per unit dalam Rp ( biaya pemeliharaan )
G : Total biaya pemeliharaan per tahun ( CR)
H : Total cost
Rop = R – Order Point
= Titik Pemesanan Kembali

Rop = Leadtime x Kuantitas pemakaian perhari

Contoh

Leadtime = 4 hari
Kuantitas pemakaian / hari = 9.000 = 25 unit
360
Rop = 4 x 25 unit
= 100 unit

 Pesanan dilakukan kembali pada saat persediaan bahan dalam


perusahaan berjumlah 100 unit.
 Jika ada “ Safety Stock “ maka pemesanan kembali dilakukan pada
saat .. Rop + Safety Stock
 Adanya Safety Stock maka CC >
Contoh Perhitungan Material/Bahan Dasar/Bahan Mentah
a) Kebutuhan Bahan Dasar/Bahan Mentah
Besarnya bahan dasar/bahan mentah yang dibutuhkan untuk berproduksi
dalam satu tahun dapat dihitung dengan menghitung jumlah rencana
produksi dalam satu tahun, yang contoh perhitungan secara garis
besarnya, dapat dilihat berikut ini:
Rencana Penjualan x
Persediaan akhir produk y
+
Kebutuhan produk x+y
Persediaan awal produk z -
Rencana produksi (x + y) – z
Dari sejumlah rencana produksi (x + y) – z dalam satu tahun maka
kebutuhan material/bahan dasar/bahan mentah adalah mengalikan
dengan standar penggunaan bahan dasar yang digunakan (pola
konversi).
Contoh :
Rencana Penjualan : 1.300 unit
Rencana persediaan akhir produk : 200 unit
+
Kebutuhan produk : 1.500 unit
Persediaan awal produk : 300 unit
-
Rencana produksi : 1.200 unit
Untuk menghasilan 1 (satu) unit produk dibutuhkan 6 Kg bahan dasar AZ dan 0,5
kg bahan dasar BD.
Maka kebutuhan bahan dasar :
AZ = 1.200 unit x 6 kg/unit = 7.200 kg
BD = 1.200 unit x 0,5 kg/unit = 600 kg

(b) Pembelian Bahan Dasar


Jumlah bahan dasar yang harus dibeli dapat dihitung dengan
memperselisihkan dengan persediaan akhir dan persediaan awal dari bahan
dasar yang bersangkutan.
Contoh :
a. Kebutuhan bahan dasar AZ = 7.200 kg
b. Kebutuhan bahan dasar BD = 600 kg
c. Persediaan Awal bahan dasar AZ = 300 kg
d. Persediaan Awal bahan dasar BD = 200 kg
e. Persediaan Akhir bahan dasar AZ = 300 kg
f. Persediaan Akhir bahan dasar BD = 100 KG
Maka :
Pembelian bahan dasar AZ =
a. Kebutuhan = 7.200 kg
b. Persediaan akhir = 300 kg
+
Bahan dasar yang harus tersedia = 7.500 kg
a. Persediaan awal = 300 kg
-
Pembelian bahan dasar AZ = 7.200 kg

Pembelian bahan dasar BD =


a. Kebutuhan = 600 kg
b. Persediaan akhir = 100 kg
Bahan dasar yang harus tersedia = 700 kg
a. Persediaan awal = 200 kg
Pembelian bahan dasar BD = 500 kg
Jadi besarnya pembelian bahan dar belum tentu sama dengan kebutuhan bahan
dasar, karena ditentukan oleh besarnya tingkat persediaan.
Dalam hal cara penyediaan/pembelian pada garis besarnya terdapat dua alterantif pilihan,
yaitu :
a. Alternatif kesatu, dibeli sekaligus jumlah seluruh kebutuhan tersebut dan kemudian
disimpan di gudang, dimana setiap kali dibutuhkan oleh kegiatan produksi, bahan
sudah tersedia sejumlah bahan dasar untuk kebutuhan proses produksi yang
cukup panjang.
Akan tetapi hal ini akan membawa konsekuensi bagi perusahaan untuk
menanggung ongkos persediaan atau penyimpanan yang tinggi.
dalam kondisi tersebut diatas, maka frekuensi pembelian yang dilakukan adalah
rendah/sedikit, tetapi dengan jumlah pembelian yang besar pada setiap kali
pembelian.
b. Alternatif kedua, berusaha memenuhi kebutuhan bahan dasr tersebut dengan
membeli berkali-kali dalam jumlah yang kecil untuk setiap pembeliannya.
Dalam hal ini frekuensi pembelian yang dilakukan akan tinggi/banyak, dengan
jumlah pembelian kecil untuk setiap kali pembeliannya.
Cara ini tentu saja akan membawa kemungkinan timbulnya resiko terlambatnya bahan
dasar datang, sehingga dapat mengganggu kebutuhan pabrik, dimana apabila terjadi
keadaan itu maka produksi dapat terganggu karenanya. Sehingga dalam hal ini, perlu
direncanakan dengan cermat tentang cara penyediaan seperti ini, sedangkan di laih pihak
keuntungan dari cara ini adalah bahwa perusahaan tidak perlu menanggung ongkos-
ongkos penyimpanan yang terlalu besar terhadap bahan dasar ini.
Penentuan Persediaan
Untuk menghindari persediaan yang terlalu besar atau kecil, maka
optimalisasi besarnya persediaan dapat ditentukan lebih dahulu
dengan cara metode sebagai berikut :
1. Monthly Average (rata-rata bulanan)
Dalam hal ini diperhitungkan lebih dahulu rata-rata kebutuhan
barang/produksi atau bahan dasar setiap bulan dalam satu tahun.
kemudian besarnya persediaan ditentukan kelipatan yang
diinginkan oleh perusahaan dari besarnya rata-rata kebutuhan
setiap bulan.
Contoh :
Kebutuhan produk/bahan dasar dalam satu tahun adalah sebagai
berikut;
Januari 850 unit
Pebruari 875 unit
Maret 900 unit
April 925 unit
Mei 950 unit
Juni 975 unit
Juli 1.000 unit
Agusutus 1.025 unit
September 1.050 unit
Oktober 1.075 unit
Nopember 1.100 unit
Desember 1.125 unit
Jumlah 12.000 unit
12.000 unit
Rata-rata kebutuhan per bulan =
12 bulan
= 1.000 unit perbulan
Jika perusahaan menginginkan persediaan 2 (dua) kali
rata-rata kebutuhan per bulan, maka besarnya persediaan :
= 2 x 1.000 unit
= 2.000 unit setiap bulan
2. Monthly Monthly Average
Dengan metode ini rata-rata kebutuhan per bulan diperhitungkan dari
beberapa bulan sebelumnya dan beberapa bulan setelahnya dengan jumlah yang
sama pada bulan yang bersangkutan.
Besarnya persediaan adalah kelipatan yang diinginkan oleh perusahaan dari
besarnya rata-rata kebutuhan setiap bulannya.
Dari contoh yang sama seperti tersebut dalam no.1, maka bila perhitungan
moving, misalnya ditetapkan 5 (lima) bulan, maka dapat ditentukan dengan cara,
dimana dengan patokan rata-rata kebutuhan bulan Januari, sebelumnya diambil
data 2 bulan sebelumnya yang belum ada datanya.
Contoh :
Nopember 800 unit
Desember 825 unit
Maka rata-rata kebutuhan bulan Januari :
Nopember 800 unit
Desember 825 unit
Januari 850 unit
Pebruari 875 unit
Maret 900 unit
Jumlah 4.250 unit
4.250 unit
Rata-rata kebutuhan = = 850 unit/bulan
5 bulan

Jika perusahaan menginginkan persediaan 2 (dua) kali rata-rata


kebutuhan per bulan, maka besarnya persediaan Januari adalah :
2 x 850 unit = 1.700 unit
Untuk bulan berikutnya dapat dicari dengan cara yang sama sampai
bulan Desember.

3. Penentuan Batas Minimum dan Maksimum Persediaan yang lalu


Dari data persediaan waktu yang lalu, dapat diketahui untuk dicari
besarnya persediaan yang terendah sebagai batas minimum dan
besarnya persediaan yang tertinggi sebagai batas maksimum, misalnya
batas minimum 1.200 unti dan batas maksimum 2.000 unit.
Atas dasar minimum dan batas maksimum tersebut, maka
besarnya persediaan berada pada interval : 1.200 unit dan 2.000 unit.
4. Inventory Turn Over-ITO (Tingkat
Perputaran Persediaan)
a. Tingkat perputaran persediaan barang jadi
dapat dihitung dengan rumus :
Rencana Penjualan/tahun
Persediaan rata-rata
Besarnya persediaan rata-rata
Persediaan awal + Persediaan akhir
=
2
b. Tingkat perputaran persediaan bahan dasar
dihitung dengan rumus :
Bahan baku yang dibutuhkan (raw material
used) dalam satu tahun
=
Persediaan rata-rata
Contoh :
Untuk tingkat perputaran persediaan barang jadi :
- Rencana penjualan 1 tahun = 300.000 unit
- Persediaan awal = 50.000 unit
- Persediaan akhir = 100.000 unit
Maka besarnya tingkat perputaran
Persediaan 300.000 unit
= 50.000 + 100.000
2
300.000 unit
=
75.000 unit
= 4 x dalam satu tahun
Besarnya persediaan per bulan :
12
x Penjualan per bulan
4
cTq Ro
Oleh karena C = dan O 
2 q
cTq Ro
Mata TIC = 
2 q

c. Re-Order Point (R.OP)


ROP adalah titik/saat/waktu tertentu, dimana
perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar
kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan
habisnya bahan dasar yang dibeli, dimana titik ini dikaitkan
dengan perhitungan metode EOQ.
Ketepatan waktu tersebut harus diperhitungkan dengan
cerman sebab apabila pemesanan kembali agak mundur dari
waktu tersebut, maka akan menambah pembelian bahan dasar
atau disebut Stock Out Cost (COS), dan apabila terlalu awal
diperlukan biaya Extra Carrying Cost (ECC), atau biaya
penyimpanan yang lebih.
Ada beberapa cara untuk menetapkan besarnya R.OP :
1. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time/LT
(waktu datangnya bahan dasar dari pemesanan
sampai sekarang) ditambah persentase tertentu
sebagai persediaan pengamanan/besi (safety stock).
Contoh :
- Penggunaan bahan per hari = 500 kg
- Lead time = 4 hari
- Persediaan safety stock = 50% dari kebutuhan
selama LT
Maka re-order point pada waktu persediaan berjumlah:
(4 x 500 kg) + 50% (4 x 500 kg) =
2.000 kg + 1.000 kg = 3.000 kg
2. Menetapkan jumlah penggunaan selama LT ditambah penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock
Contoh :
- Penggunaan bahan per hari = 500 kg
- Lead time = 4 hari
- Persediaan safety stock = sebesar kebutuhan 3 hari
Maka re-order point pada waktu persediaan berjumlah:
(4 x 500 kg) + 50% (4 x 500 kg) =
2.000 kg + 1.500 kg = 3.500 kg

3. Penetapan LT/lead time dengan biaya minimum


- Dari 20 data historis tentang lead time menunjukkan
- Lead Time Frekuensi
4 hari 4 kali
5 hari 10 kali
6 hari 6 kali
Maka probabilitasnya adalah :
Lead Time Frekuensi Probabilitas
4 hari 4 kali 20%
5 hari 10 kali 50%
6 hari 6 kali 30%
- Bahan dasar A yang akan dibeli = 7.200 kg
- Biaya pemesanan = Rp. 500,- setiap kali pesan
- Biaya penyimpanan/unit = Rp. 5,-/tahun
- Stock out cost (biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan dasar
pengganti apabila persediaan sudah habis dan pesanan belum datang
Rp. 1,-/kg.
- Perhitungannya adalah sebagai berikut :

2 x 7200 x 500
EOQ 
5
 1.400.000
1.200 kg
Selama 1 (satu) tahun harus melaksanakan pemesanan sebanyak :
7.200 kg
 6x
1.200 kg
Perhitungan extra carrying cost/ECC (biaya yang dikeluarkan akibat
datangnya pesanan bahan baku terlalu awal)
• Biaya penyimpanan per hari setiap pesanan
1.200 kg x Rp. 5,00
 Rp. 20,00 / hari
300 kg
• Bila Lead Time 4 hari
maka ECC yang dikeluarkan adalah 0
Sebab :
Lead time 4 hari adalah yang paling cepat dari sejumlah
data historis, sehingga tidak mungkin ada yang
pesanannya datang lebih cepat lagi.
• Bila Leat Time 5 hari
Maka ada kemungkinan probabilitas 20% akan datang
dalam lead time 4 hari jadi akan lebih cepat 1 hari dan
memerlukan biaya ECC. Biaya ECC yang dikeluarkan
dalam 1 hari lebih cepat :
1 (0,20) x Rp. 20.000 = Rp., 4,00
• Bila Lead Time 6 hari
Maka akan ada 2 kemungkinan :
aa. Kemungkinan dengan probabilitas 50% akan datang dalam 5
hari sehingga 1 hari lebih cepat
ECC = 1 (0,50) x Rp. 20,00 = Rp. 10,00
bb. Kemungkinan dengan probabilitas 20% akan datang dalam 4
hari sehingga 2 hari lebih cepat.
ECC = 2 (0,20) x Rp. 20,00 = Rp. 8,00
Jadi total ECC = Rp. 10,00 + Rp. 8,00 = Rp. 18,00
Perhitungan stock out cost/SOC (biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan pengganti/substitusi akan datangnya pesanan
lebih lambat datang)
Kebutuhan bahan mentah per hari ;
7.200 kg
 Rp. 24 kg/ hari
300 hari
- Stock Out Cost = Rp. 1,00/kg
• Bila Lead Time 6 hari
maka SOC yang dikeluarkan adalah 0
Sebab :
Lead time 6 hari adalah yang paling panjang sehingga tidak
mungkin pesanan bahan dasar akan datang lebih lama lagi,
sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan
dasar substitusi.
• Bila Leat Time 5 hari
Maka ada kemungkinan dengan probabilitas 30% akan
datang 6 hari sehingga terlambat 1 hari dan harus memberi
bahan dasar substitusi.
SOC = 1 (0,30) x 24 kg x Rp. 1,00 = Rp. 7,2
• Bila Leat Time 4 hari
Maka akan ada kemungkinan :
aa. Kemungkinan dengan probabilitas 30% akan datang
dalam 6 hari sehingga akan lebih lambat dalam 2 hari.
bb. Kemungkinan dengan probabilitas 50% akan datang dalam 5 hari
sehingga akan lebih lambat dalam 1 hari.
SOC = 1 (0,5) x 24 kg x Rp. 1,00 = Rp. 26,4
Total SOC = Rp. 14,4 + 12,00 = 26,4
Dari dua perhitungan antara ECC dan SOC dapat digambarkan dalam tabel
berikut ini
Tabel . Analisis ECC dan SOC
ECC SOC
Selama Selama Total Biaya
Setiap satu tahun Setiap satu tahun dalam satu
Lead Time tahun
pesanan (6 x pesanan (6 x
Rp. pesanan) Rp. pesanan) Rp.
Rp. Rp
4 hari 0 - 26,40 158,40 158,40
5 hari 4,00 24,00 7,20 43,20 67,20
6 hari 18,00 108,00 0 - 108,00

Jadi lead time dengan biaya yang paling minimal adalah 5 hari dengan total
biaya Rp. 67,20.
Dengan demikian dapat ditatapkan, 5 hari sebelum bahan dasar habis harus
memesan kembali.
Persediaan Pengaman/Besi Bahan Dasar
(Safety Stock)
Dengan ditentukannya EOQ, sebenarnya
masih ada kemungkinan terjadinya out of stock
di dalam proses produksi, yang terjadi
kemungkinan oleh adanya :
a. Penggunaan bahan dasar di dalam proses
produksi lebih besar dairpada yang diperkirakan
sebelumnya. Hal ini akan berakibat pesediaan
akan habis diproduksi sebelum
pembelian/pesanan yang berikutnya datang,
sehingga terjadilah out of stock.
b. Pesanan/pembelian bahan dasar itu tidak dapat
datang tepat pada waktunya sehingga akan
mundur.
Disamping itu faktor yang lain mempengaruhi besar kecilnya
persediaan pengaman/besi adalah :
1. Jumlah Yang Dibeli Setiap Kali Memesan Bahan Dasar
2. Ketetapan Perkiraan Standar Penggunaan Bahan Dasar
Terhadap Produk. Apabila penetapan standar penggunaan
bahan dasar (standar usage rate) adalah tepat untuk
selama periode maka persediaan pengaman/besi relatif
kecil dan sebaliknya.
3. Perbandingan SOC dan ECC
Apabila SOC > ECC maka persediaan pengaman/besi
relatif besar
Bila SOC < ECC maka persediaan pengaman/besi relatif
kecil.

Ketidakpastian dalam pemakaian bahan dasar akan


mengakibatkan out of stock, dimana dari keadaan tersebut
maka perusahaan perlu menetapkan adanya persediaan
pengaman.besi (safety stock) untuk menjamin kelancaran
proses produksi akibat adanya out of stock.
DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN BAKU

Nomor Surat Order Produksi Tanggal Surat Order Produksi

Nama Produk Nomor Kode Produksi

No. Kode Nomor Suku Jumlah yang Keterangan


Barang Cadang Satuan Diperlukan

Kepala Departemen Bagian Perencanaan & Pengawasan Produksi

Lampiran I . Formulir Daftar Kebutuhan Bahan


Material di mana persediaan tidak
Dikontrol dengan komputer

Departemen Pengguna

Permintaan
Cetak Jadwal
Pembelian
Permintaan MRP
Tulisan
Pembelian
Tangan

Diperiksa oleh
Planner

Diperiksa oleh Perubahan


Purchaser Purchaser

Permintaan
Perbaikan

Salinan Surat
Jadwal Pembelian
MRP

Ke Departemen
Gambar : Skema Kegiatan material dalam sebuah
Ke Pemasok terkait
Sistem Komputer Manajemen Material
Perubahan Surat Laporan Laporan Surat Permintaan Surat
Pemesanan Persetujuan Penerimaan Pemeriksaan Barang Gudang Tagihan

Pemasukan Data

• Catatan Surat Pembelian


• Catatan Persediaan
• Catatan Pemasok
• Catatan Kontrak
• Catatan Peralatan

Laporan Laporan Laporan


Memo Perubah Daftar PO Daftar
Daftar Daftar Unjuk kerja Unjuk Manajemen
Tindak an Yang telah Pesanan
Yang Barang Purchaser Kerja per Data ter-
Lanjut Pesanan dibuka Yang
Akan Yang Per komoditi Pemasok, Pilih untuk
Ke Memerlukan
dipesan habis Per planner: Per Analisis dari
Pemasok Tindakan 1.Biaya Pengangkut: Setiap cata-
Terhadap 2.Pengiriman 1.pengiriman Tan yang
kualitas 3.Kualitas 2.kualitas tersimpan
4.Jadwal 3.Servis
4.Harga

Gambar : Aktivitas dasar manajemen materail Memeriksa


Dalam Sistem Berbasiskan Komputer Pemasok
INVENTORY CONTROL
• INVENTORY ATAU PERSEDIAAN BERHUBUNGAN
DENGAN KETERSEDIAAN MATERIAL ATAU BAHAN
UNTUK KEPERLUAN MANUFAKTUR ATAU HASIL
PRODUKSI MANUFAKTUR
• DIPAKAI UNTK KELANCARAN DAN EFISIENSI DALAM
KEGIATAN MANUFAKTUR, DAN DENGAN
PERENCANAAN YANG BAIK DAPAT MEMBERIKAN
KEUNTUNGAN YANG SIGNIFIKAN BAGI SUATU
INDUSTRI MANUFAKTUR, WALAUPUN PERLU HATI-
HATI KARENA DAPAT MENIMBULKAN BIAYA YANG
BESAR, SEHINGGA PERLU DIHITUNG PADA
TINGKATAN EKONOMIS
SISTEM PENGAWASAN
INVENTORI
• SISTEM SIKLIKAL – PALING SEDERHANA, DIPAKAI PERUSAHAAN
KECIL,DIKERJAKAN DENGAN BERBASIS WAKTU DIMANA SECARA PERIODIK
TINGKAT PERSEDIAAN BARANG DIPERIKSA ULANG BERDASARKAN
PERTIMBANGAN LOGIS
• SISTEM JIT (JUST IN TIME) –DIKERJAKAN DENGAN BERBASIS BAHWA SEMUA
PERSEDIAAN DALAM SISTEM TERMASUK PERSEDIAAN BARANG JADI DIJAGA
PADA TINGKAT MINIMAL MUTLAK (ZERO DEFECT)
• SISTEM MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) – DIRANCANG UNTUK
PENGGUNAAN MATERIAL PRODUKSI TAK BEBAS (DEPENDEN), ADANYA BOM
(BILL OF MATERIAL) ATAU STRUKTUR MATERIAL YANG DIBUTUHKAN UNTUK
MEMPRODUKSI SATU JENIS PRODUK, MENJAGA PERSEDIAAN AGAR TETAP
TERSEDIA DALAM WAKTU YANG RELATIF LAMADENGAN MEMPERHATIKAN
LEAD TIME DAN SAFETY STOCK, SERTA KEBUTUHAN PER JENIS MATERIAL
• SISTEM ROP (RE ORDER POINT)– SISTEM TITIK PESANAN, DALAM HAL INI
BASISNYA ADALAH EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY), DAN PENENTUAN
KAPAN PESANAN YANG LAYAK HARIS DILAKUKAN, DALAM HAL INI DIKENAL
PERSEDIAAN MAKSIMUM DAN MNIMUM, SERTA PERSEDIAAN RATA-RATA
Pergudangan dan
Pemeliharaan Mesin
PERTEMUAN III
Kuliah ke 6.
MAKSUD DAN TUJUAN MANAJEMEN DAN
ADMINISTRASI PERGUDANGAN

• MEMAKSIMALKAN PELAYANAN PERSEDIAAN


KEPADA USER (PENGGUNA INTERNAL) DAN
CUSTOMER (PENGGUNANA EKSTERNAL)
• EFISIENSI PERSEDIAAN DAN EFEKTIVITAS
OPERASIONAL DI DALAM GUDANG
• MENINGKATKAN KECEPATAN DAN KEAMANAN
PELAYANAN, PEMINDAHAN, TRANSPORTASI, DAN
PENGHEMATAN BIAYA OPERASIONAL GUDANG
• TURUT MENUNJANG MEMAKSIMALKAN LABA
PERUSAHAAN
LAY OUT GUDANG
• BERPENGARUH TERHADAP EFISIENSI OPERASI GUDANG
• BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS PERGERAKAN DALAM
GUDANG
• BERPENGARUH TERHADAP KECEPATAN PELAYANAN
• SECARA UMUM DIKENAL :

1. TYPE BLOCK --- MODEL INI MENUNJUKKAN AREA BANGUNAN


GUDANG YANG DIBAGI DALAM BAGIAN ATAU BLOCK SESUAI
FUNGSINYA DAN JUGA UNTUK MENGGAMBARKAN ARUS PRODUK
SESUAI FASILITASNYA.
2. TYPE BOARD --- MODEL INI MENUNJUKKAN ADANYA POLA JALAN
SEMPIT, DAN ADANYA AREA MATERIAL HANDLING EQUIPMENT PADA
SETIAP LOKASI PENEMPATAN DENGAN ADANYA RAK/PALLET YANG
DIDESIN SECARA KHUSUS, OPERASI GUDANG BERJALAN CEPAT
DAN EFEKTIF, DILENGKAPI PINTU PENERIMAAN DAN PENGIRIMAN
YANG TERPISAH.
Industri Kompeksi

Maintenance Employee entrange


3 x 5,2 SF 2 x 3,5 SF

Reserve Storage
Packing 88 x 155 SF
22 x 39 SF

Flat receiving
22,5 x 39 SF
Shiping
32 x 57 SF

Return processing
6 x 10 SF Hanging receiving
6 x 10 SF

Flat receiving

B L O C K L A Y O U T
docks 3 x 5 SF

Gambar Layout block gudang


Industri Kompeksi
SISTEM OPERASIONAL GUDANG

• SECARA GARIS BESARNYA MELIPUTI KEGIATAN SEBAGAI


BERIKUT :

1. PENGANGKUTAN - DARI PEMASOK (VENDOR/SUPPLIER) KE


GUDANG PEMBELI
2. PEMINDAHAN – BERHUBUNGAN DENGAN GERAKAN PINDAH
BARANG DARI TEMPAT SATU KE YANG LAINNYA
3. PENEMPATAN – BARANG DITEMPATKAN DISUATU TEMPAT
TERTENTU SEBELUM DIGUNAKAN OLEH USER ATAU
CUSTOMER
4. PENGAMBILAN – BERHUBUNGAN DENGAN KELUAR
MASUKNYA MATERIAL , PEMILIHAN, PENGANGKATAN,
PENGIRIMAN DAN SEBAGAINYA SESUAI DENGAN
KEPERLUANNYA.
PENGANGKUTAN
• ALTERNATIF PILIHAN ALAT ANGKUT DIKAITKAN
DENGAN BIAYA PENGANGKUTANNYA, KEAMANAN
MATERIAL, KECEPATAN TIBA, JARAK TEMPUH,
WAKTU YANG DIBUTUHKAN, DAN SEBAGAINYA.
• PILIHAN ALAT ANGKUT DILIHAT DARI BIAYANYA :

1. PESAWAT UDARA (MISAL 21,88 CENT/TON/MILE)


2. TRUK (MISAL 7,70 CENT/TON/MILE)
3. KERETA API (MISAL 1,40 CENT/TON/MILE)
4. KAPAL LAUT (MISAL 0,30 CENT/TON/MILE)
5. SALURAN PIPA (MISAL 0,27 CENT/TON/MILE)
PEMINDAHAN

Sarana yang dapat dipergunakan,


antara lain :
1. Pallet & Keranjang
Crane
2. Gantungan
3. Kereta Dorong
4. Tangga
5. Forklif
6. Conveyor
7. Rail Car
8. Crane
9. lainnya Forklift
1. Pallet Load
2. Pallet Rak
3. Rak Painted
4. Mechanic
1. Manual
2. Automatis
3. Computerize
4. Lainnya…
 Petugas dengan tangan langsung ambil/pindah barang.
 Petugas dengan bahu ( panggul ) ambil/pindah barang.
 Petugas dengan kereta roda dua ambil/pindah barang.
 Petugas dengan kereta papan roda 4 ( Dolly ) ambil/pindah barang.
 Petugas dengan kereta dorong ( Jack ) ambil/pindah barang.
 Petugas dengan kereta paller ( jack ) ambil/pindah barang
 Petugas dengan kereta pallet electric ambil/pindah barang.
 Petugas dengan kereta remote ambil/pindah barang.
 Petugas dengan lift truck atau tractr ambil/pindah barang.
 Petugas dengan kereta gandeng , cair & handy tolky ambil.pindah barang.
 Petugas dengan korsel ( Carousel system ) ambil/pindah barang.
Pemeliharaan Mesin
Perencanaan Pemeliharaan atau perawatan mesin
merupakan salah satu kegiatan penying dalam operasi
industri manufaktur
Terdapat lima kegiatan pokok :
1. Mechanical Maintenance (pemeliharaan mesin-
pemeriksaan-pelumasan-reparasi-dan lainnya)
2. Electrical Maintenance (pemeliharaan instalasi listrik)
3. Instrument Maintenance (pemeliharaan instrumen)
4. Electric Power Maintenance (perawatan penbangkit
listtrik)
5. Workshop (bengkel pemeliharaan)
Production Cost Analysis
PERTEMUAN IV.
Kuliah 7.
Skema Hubungan Rencana Operasi dan Keuangan
OPERATING PLAN FINANCIAL PLAN

ACTION PLANS BUDGETS

SALES REVENUES

OPERATIONS OPERATING COST WORKING


CAPITAL

PERSONNEL, FINANCE, GENERAL & CASH FLOW


ADMINISTRA-TION ADMINISTRA-TIVE
EXPENSES

CAPITAL
BUDGET
FINANCIAL FINANCIAL
INVESTMENT
EXPENSES

INCOME STATEMENT
BALANCE SHEET
KERANGKA HUBUNGAN STRATEGI BISNIS DAN STRATEGI
KEUANGAN DALAM SUATU INDUSTRI MANUFAKTUR
PERUSAHAAN

Visi, Misi Goals, Objectives

Strategi dan Kebijakan

Program Kerja dan Anggaran

Aktivitas (Pelaksanaan)

Pengendalian Biaya (Cost Control) Pengurangan Biaya (Cost Reduction)


- Proses Produksi - Pra-Produksi atau Pengembangan
- Post-Produksi atau Pemasaran

Pasar

KINERJA
(Cost Reduction dan Cost Control)

Keuangan Non-Keuangan
-Likuiditas - Efisiensi
- Leverage - Kualitas
- Aktivitas - Waktu
- Profitabilitas
Purpose or Goal of a Business
lanjutan
• Profit atau Laba pada dasarnya adalah
pendapatan dikurangi biaya
• Pendapatan = Revenue
• Biaya = Cost
• Beban = Expense
PENDAPATAN DALAM
PERUSAHAAN
• Revenue pada dasarnya merupakan perkalian
volume penjualan produk atau jasa dikalikan
harga per satuan produk atau jasa
• Dalam pendapatan tersebut terdapat
pendapatan utama (main revenue) dan terdapat
juga pendapatan non utama (by revenue), serta
pendapatan lainnya dari suatu unit usaha.
• Dari sisi manajemen keuangan dan akuntansi
terdapat pertanyaan kapan transaksi penjualan
tersebut disebut sebagai pendapatan,
mengingat terdapat penjualan secara tunai atau
penjualan secara kredit.
lanjutan
• Pada perusahaan kecil biasanya pendapatan
dinyatakan pada saat uang diterima – cash
basis
• Pada perusahaan menengah – besar biasanya
pendapatan dinyatakan pada saat penyerahan
barang, walaupun uang belum diterima karena
penjualan dinyatakan secara kredit (catatan
akuntansi yang bersifat statis)- accrual basis
BIAYA DALAM PERUSAHAAN
1. Dalam perusahaan sebagai suatu unit bisnis, semua
aktivitas diukur dengan satuan uang yang lazim
disebut biaya (cost).
2. Biaya adalah Kas atau setara Kas yang dikorbankan
untuk memproduksi atau memperoleh barang atau
jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat
(benefit) atau keuntungan (profit) di masa mendatang.
3. Pengertian Biaya berbeda dengan pengertian beban
(expenses) yang diartikan sebagai pengeluaran untuk
mendapatkan pendapatan pada suatu periode
tertentu, misal beban harga pokok penjualan, beban
administrasi, beban bunga dan lainnya. Jika unsur-
unsur tersebut belum menjadi komponen perhitungan
rugi/laba, maka unsur-unsur tersebut merupakan biaya
lanjutan
• Dengan demikian biaya dapat dikatakan juga
sebagai semua pengeluaran untuk memperoleh
barang dan jasa dari pihak ketiga.
• Pada perusahaan kecil transaksi tersebut dicatat
sebagai biaya pada saat uang dikeluarkan.
• Pada perusahaan besar transaksi tersebut
dicatat sebagai biaya pada saat pemakaian
barang atau jasa tersebut.
OBYEK BIAYA
• Merupakan fokus utama pengambilan
keputusan karena memerlukan pengorbanan
waktu, tenaga, pikiran, material yang dapat
diukur dengan satuan uang
• Berhubungan dengan perencanaan laba,
pengendalian kegiatan bisnis,
pengevaluasian kinerja
lanjutan
Terdiri atas :
• Produk atau jasa biaya bahan material
langsung, tenaga kerja langsung, dan factory
overhead
• Pelanggan  biaya pemasaran
• Organisasi  biaya administrasi dan biaya
manajemen (gaji dan terkait)
lanjutan
• Departemen  biaya departemen
produksi dan atau biaya departemen
pembantu produksi
• Aktivitas  biaya pengelolaan bahan
baku, biaya pengelolaan barang dalam
proses, biaya pengelolaan barang jadi,
pemeliharaan peralatan/mesin,
pengiriman tagihan, dan biaya aktivitas
lainnya
lanjutan
• Proyek/Konstruksi  biaya yang dikeluarkan
untuk pembangunan fisik, seperti jalan
proyek, bangunan pabrik, instalasi listrik-air-
telekomunikasi, dan pengadaan
mesin/peralatan lainnya, alat transportasi,
peralatan kantor, dan investasi fisik lainnya,
dibebankan kedalam biaya investasi tangible
• Proyek/Intangible cost  biaya yang
berhubungan dengan persiapan usaha dan
pra operasi, seperti pendirian, perizinan,
studi kelayakan, pra operasi dan lainnya yang
sejenis
Cost Breakdown Structure (CBS)
• CBS merupakan struktur pemecahan biaya,
dimana seluruh unsur biaya dalam kegiatan
operasional usaha harus secara jelas diketahui,
dan jelas juga alokasinya kedalam unsur-unsur
utama biaya.
CBS dalam Investasi usaha baru

• Investasi Tangible, misal : tanah, bangunan, mesin,


peralatan teknis lainnya, peralatan kantor, alat transportasi,
dan lainnya
• Investasi Intangible, misal : perizinan, pendirian, kelayakan
usaha, pra operasi, dan lainnya
• Investasi Working Capital, misal : kebutuhan kas minimum,
piutang, hutang, dan diperhitungkan untuk satu cash cycle
(siklus kas, berapa lama ?)
CBS dalam Operasional Industri
Manufaktur
• Biaya Produksi, yang terdiri atas : biaya bahan/material
langsung, biaya tenaga kerja langsung, factory overhead
• Biaya Non Produksi, yang terdiri atas : biaya pemasaran
(biaya promosi, biaya distribusi, biaya pengiriman, dan
lainnya) dan biaya administrasi/kantor (termasuk gaji
tetap, dan biaya-biaya diluar biaya produksi dan
pemasaran)
• Pemecahan biaya tersebut di atas berkaitan dengan
penilaian persediaan dan perhitungan laba, disebut
sebagai Klasifikasi Biaya menurut fungsinya; dalam
kaitan yang sama terdapat Klasifikasi Biaya yang
berkaitan dengan cost center, yaitu biaya langsung dan
biaya tak langsung.
Arus Biaya Produksi
Disimpan sebagai

Pembayaran untuk Harga pokok Persediaan bahan


Kas Aktiva yg
dapat disusutkan
Sebagai Bahan Baku yang baku
hutang akrual dibeli
Dikeluarkan
untuk
Biaya produksi lainnya:
Barang dalam proses:
-Tenaga kerja
langsung -BB langsung
-Overhead -TK langsung
Pabrik Harga pokok -OP yang dibebankan
1.TK tidak barang jadi
langsung
2.BB tidak
langsung
3.Listrik
4.Air Harga pokok barang
5.Dsb Persediaan yang dijual
barang jadi
Biaya Produksi

Bahan Langsung-RM Tenaga Kerja Langsung Biayar Overhead Pabrik


Bahan langsung Biaya tenaga kerja yang Seluruh biaya manufaktur yang tidak
adalah bahan yang dapat ditelusuri dengan termasuk dalam bahan langsung dan
menjadi bagian tak mudah ke produk jadi tenaga kerja langsung. Biaya overhead
terpisahkan dari produk (misalnya tenaga kerja di pabrik termasuk bahan tidak langsung,
jadi dan dapat ditelusuri bagian perakitan) sering pemeliharaan dan perbaikan peralatan
secara fisik dan mudah ke juga disebut touch labor. produksi, listrik da perbaikan peralatan
produk tersebut (misalnya properti, penyusutan, asuransi fasilitas-
kayu untuk meja) fasilitas produksi.

Biaya Utama (Price Cost) Biaya Konversi

Biaya Non Produksi

Biaya Marketing - Penjualan Biaya Administrasi-Gaji


Semua biaya yang diperlukan untuk Meliputi biaya gaji, operasi kantor dan
menangani pesanan konsumen dan memperoleh kesekretariatan, dan admnistarsi harian termasuk
produk atau jasa untuk disampaikan kepada ATK, dan lainnya yang berkaitan dengan
konsumen. Biaya-biaya tersebut disebut order- manajemen umum organisasi dan perkantoran,
getting and order-filling (biaya untuk memperoleh serta sumber daya manusia, dan lainnya yang
dan memenuhi pesanan). Biaya marketing meliputi terkait.
pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka
penjualan, komisi penjualan, biaya gudang produk
jadi, dan lainnya yang terkait.
Biaya Berdasarkan Perilaku
Dibagi Atas :
• Biaya Tetap, merupakan fungsi dari waktu, FC= f (t),
konstan per satuan waktu tertentu, misal biaya gaji,
biaya penyusutan
• Biaya Variabel, merupakan fungsi dari penjualan dan
produksi, VC= f (s,p), artinya berubah secara
proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi atau penjualan, misal biaya raw material-
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
lainnya.
• Pemisahan tersebut di atas berkaitan dengan
perencanaan dan pengendalian.
• Pemisahan unsur-unsur biaya tetap dan biaya
variabel harus jelas terlihat dalam perhitungan
Analisis BEP (Break Even Point)
Ringkasan perilaku biaya tetap dan biaya variabel

Perilaku Biaya

Biaya Total Per Unit


Variabel Biaya variabel total Biaya variabel akan
akan bertambah dan selalu konstan untuk
berkurang secara per unit
proporsional terhadap
perubahan tingkat
aktivitas
Tetap Total biaya tetap tidak Biaya tetap per unit
dipengaruhi oleh akan berkurang
perubahan tingkat apabila jumlah unit
aktivitas dalam yang dihasilkan
cakupan yang relevan bertambah.
Ringkasan Klasifikasi Biaya

Tujuan Klasifikasi Biaya Klasifikasi Biaya


Menyiapkan laporan keuangan  Biaya produksi (inventoriable cost)
eksternal  Bahan Langsung
 Tenaga Kerja Langsung
 Overhead Pabrik
 Biaya periode (Beban)
 Biaya non produksi
 Biaya penjualan atau marketing
 Biaya administrasi

Memprediksi perilaku biaya untuk  Biaya variabel


merespon perubahan aktivitas  Biaya tetap

Menentukan biaya ke obyek biaya  Biaya langsung


seperti departemen atau produk  Biaya tidak langsung

Pembuatan Keputusan  Biaya Diferensial


 Sunk Cost
 Opportunity Cost
Uraian Penjelasan :

1). Sektor Pendapatan/Penghasilan


(REVENUES)

- Pertambahan aktiva perusahaan yang mengakibatkan


bertambahnya modal sendiri, tetapi bukan karena penambahan
setoran modal baru dari para pemiliknya, dan bukan pula
merupakan pertambahan aktiva perusahaan yang disebabkan
karena bertambahnya hutang.
- Suatu kontra prestasi yang diterima oleh perusahaan atas
“sesuatu” yang diberikan kepada pihak lain atau atas jasa-jasa
yang diberikan kepada pihak lain.
Revenues dapat dibedakan menjadi dua sub, yaitu:

a. Sub Pendapatan Utama (Operating


Revenues),

ialah pendapatan yang diterima perusahaan, yang


berasal dan berhubungan erat dengan usaha pokok
perusahaan,
Misal pendapatan utama dari perusahaan produsen
tekstil adalah penghasilan yang diperoleh dari
penjualan-penjualan tekstil hasil produksinya itu.
b).Sub Pendapatan Bukan
Utama (Non Operating
Revenues),
ialah pendapatan yang diterima
perusahaan, yang tidak berasal dan tidak
berhubungan erat dengan usaha pokok-
pokok perusahaan, melainkan dari usaha
sampingan perusahaan,
Misal pendapatan bukan utama dari
perusahaan produsen tekstil adalah
semua penghasilan yang diperoleh di luar
penjualan-penjualan tekstil hasil
produksinya itu.
2). Sektor Biaya (Cost/Expenses)
- Pengurangan Aktiva perusahaan yang
mengakibatkan berkurangnya modal sendiri,
tetapi bukan karena pengurangan
(pengambilan) modal oleh para pemiliknya, dan
bukan pula merupakan pengurangan Aktiva
perusahaan yang disebutkan karena
berkurangnya Utang.
- Suatu kontra prestasi yang diberikan oleh
perusahaan atas “sesuatu” yang diterima dari
pihak lain, atau jasa-jasa yang diterima dari
pihak lain.
Biaya dapat dibedakan menjadi dua sub,
yaitu:
a).Sub Biaya Utama
(Operating Expenses),
ialah biaya yang menjadi tanggungan
perusahaan, yang berhubungan erat
dengan usaha pokok perusahaan.
Misalnya : biaya utama dari perusahaan
produsen tekstil adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan usaha
memproduksi tekstil tersebut.
Contoh dalam industri manufaktur (industri lain disesuaikan
dengan kondisi industrinya), secara umum dikelompokan 3
kelompok biaya, sebagai berikut :

a1. Biaya Produksi atau Biaya Pabrik (Factory Cost),


ialah semua biaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan
tempat dimana proses produksi berlangsung; dan dibedakan lagi
menjadi tiga sub.kelompok biaya, yaitu:

(1). Biaya Bahan Mentah (Direct/Raw Materials Cost),


ialah biaya yang terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di
dalam proses produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang
nantinya akan dijual.

(2). Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost),


ialah upah yang dibayarkan perusahaan kepada para tenaga kerja
yang secara langsung memproses bahan mentah, untuk diubah
menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.
(3) Biaya Pabrik Tidak Langsung (Indirect/ Factory
Overhead Cost),
ialah semua yang terdapat serta terjadi di di dalam
lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung
berhubungan dengan kegiatan proses produksi, yaitu
proses mengubah bahan mentah menjadi barang lain
yang nantinya akan dijual; antara lain:
-Biaya Bahan Pembantu (Indirect Materials),
-Upah Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor),
-Biaya Reparasi Pabrik (Factory Repair),
-Depresiasi Mesin (Depreciation of Machinery),
-Depresiasi Gedung Pabrik (Depreciation of Factory
Building),
-Depresiasi Peralatan Pabrik (Depreciation of Factory
Equipment),
-Biaya Listrik Pabrik (Factory Heat and Light) dan
sebagainya.
a2. Biaya Administrasi dan Umum (General and
Administration Expenses),

ialah semua biaya yang terjadi dan terdapat di dalam


lingkungan kantor administrasi perusahaan, serta biaya-
biaya lain yang sifatnya untuk keperluan perusahaan
secara keseluruhan ini, antara lain:
- Gaji Karyawan Kantor (Office Salaries), ialah gaji
yang dibayarkan kepada para karyawan di kantor
administrasi.
- Gaji Pemeliharaan Kantor (Office Maintenance),
ialah biaya untuk keperluan pemeliharaan ruangan
dan peralatan kantor administrasi.
- Biaya Perbaikan Kantor (Office Repair), ialah biaya
untuk perbaikan ruangan dan peralatan kantor
administrasi.
- Depresiasi Peralatan Kantor (Depreciation of
Office Furniture), ialah beban depresiasi terhadap
peralatan-peralatan di kantor administrasi.
- Depresiasi Gedung Kantor (Depreciation of
Office Building), ialah beban depresiasi terhadap
bangunan (gedung) kantor administrasi
- Biaya Listrik Kantor (Office Heat and Light),
ialah biaya listrik untuk keperluan kantor
administrasi.
- Biaya Telepon Kantor (Office Telephone), ialah
biaya telepon untuk keperluan kantor administrasi
- Biaya Asuransi Kantor (Office Insurance), ialah
biaya asuransi terhadap bangunan dan peralatan
kantor administrasi
- Biaya Supplies Kantor (office supplies), biaya untuk
keperluan tulis menulis dan keperluan kantor lainnya
a3. Biaya Penjualan (Selling Expenses), ialah semua
biaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan
bagian penjualan, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh Bagian Penjualan/ pemasaran, antara lain:
- Gaji Karyawan Penjualan (Store Salaries),
ialah gaji yang dibayarkan kepada para
karyawan di Bagian Penjualan.
- Biaya Pemeliharaan Bagian Penjualan
(Store Maintenance), ialah biaya untuk
pemeliharaan ruangan peralatan Bagian
Penjualan.
- Biaya Perbaikan Bagian Penjualan
(Depreciation of Store Furniture), ialah beban
depresiasi terhadap peralatan-peralatan Bagian
Penjualan.
- Depresiasi Gedung Bagian Penjualan
(Depreciation of Store Building), ialah
beban depresiasi terhadap bangunan
(gedung) Bagian Penjualan.
- Biaya Listrik Bagian Penjualan (Store Heat
and Light), ialah biaya listrik untuk keperluan
Bagian Penjualan.
- Biaya Telepon Bagian Penjualan (Store
Telephone), ialah biaya telepon untuk
keperluan Bagian Penjualan.
- Biaya Asuransi Bagian Penjualan (Store
Insurance), ialah biaya asuransi terhadap
bangunan dan peralatan bagian penjualan.
- Biaya Supplies Bagian Penjualan (Store Supplies),
ialah biaya untuk keperluan-keperluan tulis-menulis serta
keperluan-keperluan kecil lainnya di Bagian Penjualan, seperti
kertas, karbon, lem, tinta, tali dan sebagainya.
- Biaya Advertensi (Advertising), ialah biaya pemasangan iklan
di berbagai media massa
.
Pengelompokan dan item dari biaya tersebut diatas dapat
disesuaikan kembali sesuai kebijakan perusahaan masing-
masing.

Biaya Pabrik nantinya akan membentuk Biaya Produksi atau Harga


Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured) serta Harga Pokok
Penjualan (Cost of Goods Sold). Sedangkan yang termasuk dalam
kelompok Biaya Administrasi dan Biaya Penjualan, secara bersama-
sama sering dinamakan dengan Biaya Komersial (Commercial
Expenses) atau Selling and General Administration Expenses
(SGAE).
Menentukan periode kapan
Harga pokok akan diterapkan

Spesifikasi Jadwal

Pekerjaan yang Departemen dan


Harga dibutuhkan Mesin-mesin

Nilai upah Nilai overhead

Biaya material Biaya tenaga kerja Biaya overhead

Harga Pokok Produksi

Gambar : Alur penetapan harga pokok


Penjualan Utiliti pabrik Produksi

Biaya Penjualan Belanja barang Biaya Produksi


Dan diskusi Modal

Pembelian Kas SDM

Penelitian
Dan
Pengembangan

Gambar : Hubungan antar masing-masing anggran profesional


b. Sub-sektor Biaya Bukan Utama
(Non-operating Expenses),
ialah biaya yang menjadi beban
tanggungan perusahaan, yang tidak
berhubungan erat dengan usaha pokok
perusahaan.
Misalnya : Biaya Bukan Utama dari
perusahaan produsen tekstil adalah
semua biaya yang menjadi beban tanggu-
ngan perusahaan, tetapi diluar usaha
memproduksi tekstil tersebut.
Review Problem I : Istilah Biaya
Sejumlah istilah baru mengenai biaya didiskusikan dalam bab ini.
Membutuhkan waktu untuk mempelajari arti dari masing-masing istilah dan
bagaimana dapat mengklasifikasikan dengan tepat. Untuk membantu proses
belajar anda, perhatikanlah contoh berikut ini : Porter Company memproduksi
furniture termasuk meja. Beberapa biaya yang terjadi dalam proses produksi
meja dan operasi umum perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Sebuah meja dibuat dari kayu dengan biaya $100 per meja
2. Meja tersebut dirakit oleh para pekerja, dengan upah #40 per meja
3. Para pegawai perakitan diawasi oleh seorang mandor yang dibayar
$25.000 per tahun
4. Biaya listrik $2 per jam untuk setiap mesin. Untuk membuat sebuah
meja dibutuhkan 4 jam mesin.
5. Biaya penyusutan mesin yang digunakan untuk membuat meja
$10.000 tiap tahun
6. Gaji pimpinen Porter Company $100.000 tiap tahun
7. Porter Company membelanjakan $250.000 tiap tahun untuk
mengiklankan produk
8. Tenaga penjual diberi komisi $30 untuk setiap meja yang terjual
9. Selain memproduksi meja, Porter Company dapat menyewakan ruang
yang terisa seharga $50.000 tiap tahun.
Dalam tabulasi berikut ini, biaya-biaya ini
diklasifikasikan sesuai dengan istilah-istilah biaya yang
telah dibahas pada bab ini. pelajari dengan hati-hati
klasifikasi setiap biaya. Jika anda tidak mengetahui
mengapa biaya tertentu diklasifikasikan ke dalam
kategori tertentu, bacalah kembali bagian yang
membahas istilah biaya tersebut. Istilah biaya variabel
dan biaya tetap berkaitan dengan bagaimana biaya
tersebut berperilaku terhadap jumlah yang diproduksi
selama setahun.
Pemecahan Biaya Produk Terhadap unit produk

Bi. Bi. Bi. Bahan Tenaga Overhea Lang Tidak Sunk Opport
Varia Tetap Periodik lang kerja d pabrik sung lang cost unity
bel sung lang sung cost
sung
1. Kayu per meja X X X
($100)
2. Biaya tenaga kerja X X X
untuk merakit meja
($40 per meja)
3. Gaji mandor pabrik X X X
($25.000 per tahun)
4. Biaya listrik ($2 per X X X
jam mesin)
5. Penyusutan mesin X X X*
(10.000 per tahun)
6. Gaji pimpinan X X
($100.000 per tahun)
7. Beban Iklan X X
($250.000 per tahun)
8. Komisi penjualan X X
($30 per unit)
9. Pendapatan sewa X#
ruang
* SUNK COST karena pembelian mesin sudan dilakukan beberapa tahun yang lalu
# OPPORTUNITY COST karena merupakan manfaat yang potensial yang akan didapat atau dikorbankan bila ruang yang menganggur
tersebut digunakan untuk memproduksi meja. Opportunity cost adalah kategori khusus yang biasanya tidak dicatat dalam pembukuan
perusahaan. Untuk menghindari kemungkinan bingung dengan biaya yang lain, kita tidak akan mengklasifikasikan dengan cara yang
lain selain opporunity cost.
Rugi/Laba – Profit and Loss
Statement
• LAPORAN LABA RUGI ADALAH SUATU RINGKASAN MENGENAI
PENDAPATAN DAN BIAYA (EXPENSES) PERUSAHAAN SELAMA
PERIODE TERTENTU YANG SELISIH ANTARA KEDUANYA
BERUPA LABA ATAU RUGI AKAN BERDAMPAK PADA KEPADA
EKUITAS YANG ADA DI NERACA.
• PENDAPATAN AKAN MENAIKAN EKUITAS DAN BIAYA AKAN
MENURUNKAN EKUITAS.
• LAPORAN DIBUAT PER TAHUN, TAPI DAPAT JUGA
PERTRIWULAN TERGANTUNG KEBUTUHAN INTERNAL
• DENGAN DIGUNAKANNYA PRINSIP AKRUAL DALAM
PERHITUNGAN, MAKA LABA BERSIH ATAU RUGI BERSIH YANG
ADA DI LAPORAN LABA RUGI TIDAK AKAN PERNAH SAMA
JUMLAHNYA DENGAN SELISIH ANTARA SELURUH KAS MASUK
DAN SELURUH KAS KELUAR YANG ADA PADA LAPORAN ARUS
KAS SUATU PERUSAHAAN
lanjutan
• Laporan Rugi/Laba, disajikan dalam bentuk pilihan :
A. Langkah Tunggal – Single Step, cara sederhana kurang
memadai untuk analisa, pendapatan – seluruh biaya=
Rugi/Laba
B. Langkah Berganda – Multiple Step, memadai untuk
analisa,
Langkah 1. Penjualan Kotor – (Retur+Potongan
Penjualan) – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor.
Langkah 2. Laba Kotor – Biaya-biaya Operasi = Laba
Operasi.
Langkah 3. Laba Operasi + Penghasilan Lain – Biaya
Lain = Laba Bersaih Sebelum Pajak dan Bunga
lanjutan
• Harga Pokok Penjualan  harga pokok dari barang
yang terjual.
• Harga Pokok Penjualan untuk perusahaan perdagangan
= Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan
Akhir
• Harga Pokok Penjualan perusahaan industri manufaktur
= Persedian Awal Barang Jadi + Harga Pokok Produksi
– Persediaan Akhir Barang Jadi.
• Harga Pokok Produksi = Persediaan Awal Barang
setengah jadi + Biaya Bahan mentah + Upah Buruh
langsung + Biaya Umum Pabrik – Persediaan Akhir
Barang setengan Jadi
• Penilaian Persediaan dilakukan secara : FIFO (First In
First Out), LIFO (Last In First Out), dan Metode rata-rata
Aliran biaya dan klarifikasinya dalam perusahaan manufaktur

Biaya-Biaya
Neraca

Pembelian Bahan Persediaan Bahan


Biaya Produksi

Baku Mentah
Bahan Langsung
Masuk Produksi
Tenaga Kerja
Langsung Persediaan Barang
dalam Proses
Barang jadi (Hrg
Overhead Pabrik Pokok Produksi Laporan R/L

Persediaan Barang Harga Pokok


Jadi Penjualan
Periodik
Biaya

Pemasaran/Penjualan dan Beban Penjualan


Administrasi dan Administrasi
CONTOH
LAPORAN RUGI LABA MANUFAKTUR
Per akhir tahun 2006 (dalam jutaan rupiah)

Penjualan Rp. 3. 600


Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Barang Jadi Rp. 200
Harga Pokok Produksi (lihat halaman sebelumnya) Rp. 2. 600
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual Rp. 2. 800
Persediaan Akhir Barang Jadi Rp. 100
Harga Pokok Penjualan Rp. 2. 700
Laba Kotor Rp. 900
Ongkos-ongkos Operasi (Administrasi/Umum, Penjualan.) Rp. 200
Laba Sebelum Bunga & Pajak Rp. 700
Bunga Rp. 150
Laba Sebelum Pajak Rp. 550
Pajak
(40%) Rp. 220
Laba Bersih
Setelah Pajak Rp. 330
Rekening Persediaan dalam Perusahaan Perdagangan
Reston BookStore berupa biaya keseluruhan atas pembelian
buku dari penerbit untuk dijual kepada masyarakat, dan
disebut persediaan barang dagangan.
Sebagai contoh Saldo awal dan saldo akhir rekening ini
dapat dilihat dalam data berikut ini :

Reston Bookstore-Perusahaan Perdagangan


Rekening Persediaan
Persediaan Awal Persediaan
Akhir
Persediaan Barang 100.000 150.000
Dagangan
Perusahaan Dagang
Reston Bookstore

Harga pokok Penjualan 1.000.000


pembelian Harga Pokok Penjualan
barang Persediaan awal 100.000
dagangan dari
supplier selama Tambah : pembelian 650.000
periode tertentu Brg yang tersedia utk dijual 750.000
Kurang : persediaan akhir 150.000 600.000
Laba Kotor 400.000
Beban operasi
Beban Penjualan
Beban Administrasi 100.000
200.00 300.000
Laba Bersih 100.000
Peraga 2-4 : Perhitungan harga pokok produksi
Bahan Langsung
Persediaan awal bahan langsung 60.000
Tambah : Pembelian 400.000 Bahan
Bahan mentah yang siap digunakan 460.000 Langsung
Kurang : Persediaan akhir bahan mentah 50.000
Bahan mentah yang digunakan dalam produksi 410.000
Tenaga Kerja
Tenaga kerja langsung 60.000
Langsung
Biaya Overhead Pabrik 6.000
Asuransi Pabrik 100.000
Sewa mesin 50.000
Utilitas pabrik 75.000 Biaya overhead
Supplies 21.000 pabrik
Penyusutan 90.000
Pajak properti 8.000
350.000

Total Biaya Produksi 820.000


Tambah : L Barang dalam proses awal 90.000 Harga Pokok
910.000 Produksi
Kurang : Persediaan Barang dalam proses akhir 60.000
Harga Pokok Produksi 850.000
Peraga 2-5 : Alternatif pendekatan perhitungan harga pokok penjualan
Perhitungan bahan mentah yang digunakan
Persediaan bahan mentah awal 60.000
+ Pembelian bahan mentah 400.000
-Persediaan bahan mentah akhir 50.000
= Bahan mentah yang masuk produksi 410.000

Perhitungan Total Biaya Produksi


Bahan mentah yang masuk produksi 410.000
+Tenaga Kerja langsung 60.000
-Total biaya overhead pabrik 350.000
=Total biaya produksi 820.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Persediaan barang dalam proses awal 90.000
+Total biaya produksi 820.000
-Persediaan barang dalam proses akhir 60.000
=Harga pokok produksi 850.000

Perhitungan harga pokok penjualan


Persediaan barang jadi awal 125.000
+Harga pokok produksi 850.000
-Persediaan barangjadi akhir 175.000
=Harga pokok penjualan 800.000
ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP)

Dalam Penyusunan Anggaran dapat


diproyeksikan juga posisi BEP atau titik
pulang pokok atau titik impas perusahaan

Dalam hal ini, klasifikasi biaya atas Biaya


Tetap (Fixed Cost)= f (t), dan Biaya
Variabel (Variable Cost) = f (s,prod.), harus
jelas penempatannya.
Contoh Rumus BEP untuk single product

• BEP = FC
-----------------
P/unit – VC/unit

FC = Fixed Cost (biaya tetap)


VC = Variable Cost (biaya variabel)
P = Price unit sold (harga jual per unit)
Process Selection with
Break-Even Analysis
• Cost
– Fixed costs
• constant regardless of the number of units produced
– Variable costs
• vary with the volume of units produced
• Revenue
– price at which an item is sold
• Total revenue
– is price times volume sold
• Profit
– difference between total revenue and total cost
Process Selection with
Break-Even Analysis (cont.)

Total cost = fixed cost + total variable cost


TC = cf + vcv
Total revenue = volume x price
TR = vp
Profit = total revenue - total cost
Z = TR – TC = vp - (cf + vcv)
Process Selection with
Break-Even Analysis
(cont.)
TR = TC
vp = cf + vcv
vp - vcv = cf
v(p - cv) = cf
cf
v= p-c
v

Solving for Break-Even Volume


Break-Even Analysis: Example

Fixed cost = cf = $2,000


Variable cost = cv = $5 per raft
Price = p = $10 per raft

Break-even point is
cf 2000
v= p-c = = 400 rafts
v 10 - 5
Break-Even Analysis: Graph

$3,000 — Total
cost
line

$2,000 —

$1,000 —

Total
revenue
line
400 Units
Break-even point
Process Selection

Process A Process B
$2,000 + $5v = $10,000 + $2v
$3v = $8,000
v = 2,667 rafts

Below 2,667, choose A


Above 2,667, choose B
$20,000 — Total cost of
process A

Process $15,000 — Total cost of


process B
Selectio
n: Graph $10,000 —

$5,000 — Choose Choose


process A process B

| | | |
1000 2000 3000 4000 Units

Point of indifference = 2,667 Units

Example 4.2
Contoh. Perhitungan untuk BEP multi produk
Jawab :

a. Break Even Point dalam Jutaan Rupiah

Keterangan Produk Total

Kain Batik Stagen

Penjualan Rp. 87.500 Rp. 15.000 Rp. 102.500

Fixed Operating
Rp. 28.275
Cost
Variable Operating
Rp. 50.000 Rp. 9.000 Rp. 59.000
Cost

F 28.275,00
BEP = = = 28.275,00
(1 - TV ) 59.000,00 0,4243902
(1 - )
S 102.500,00

= Rp. 66.625,00 (dibulatkan)

Lanjut…
b. Break Even Point dalam Unit
(4)
(3)
(2) (2x3)
(1) Contribution
Perbandingan Contribution
Unit Penjualan Margin
Penjualan Margin
Per Unit
Tertimbang
Batik 25.000 unit 25.000/40.000 Rp. 1.500,00 Rp. 937.50
Stagen 15.000 unit 15.000/40.000 Rp. 400,00 Rp. 150,00
40.000 unit Total Rp. 1.087,50
*) Contribution margin/unit = harga jual per unit – variable operating cost per unit

BEP = 28.275.000,00 = 26.000 unit


1.087,50
Jadi break even point tercapai pada titik penjualan sebesar 26.000 unit,
masing-masing 16.250 unit untuk kain batik (25/40 x 26.000) dan 9.750
untuk stagen (15/40 x 26.000)
Untuk lebih jelasnya maka ada baiknya tingkat break even point
sebesar 26.000 unit tersebut diuji kebenarannya sebagai berikut:

Produk
Total
Keterangan
Kain Batik Stagen (dlm ribuan)
(dlm ribuan) (dlm ribuan)

Penjualan Rp. 56.875,00 Rp. 9.750,00 Rp. 66.625,00

Dikurangi Rp. 28.275,00

Fixed operating cost dikurangi


Rp. 38.350,00
variable oprating cost

EBIT 0
CONTOH KASUS
Kasus 1
Sebuah perusahaan manufaktur memiliki lini produksi yang terdiri dari 5 pabrik di mana masing-
masing pabrik memiliki kapasitas sebagai berikut :
A.( 600 )
B.( 659 )
C.( 650 )
D.( 550 )
E.( 600 )
Keluaran lini produksi adalah 500 unit / shift
Bagaimana menghitung :
a. Kapasitas sistem
b. Efisiensi lini produksi

Penyelesaian:
a. Pabrik D memiliki kapasitas terkecil, maka kapaitas sistem adalah 550 unit / shift
b. Efisiensi = Keluaran / Kapasitas sistem x 100
= ( 500/550 )x 100 = 90.91%
CONTOH KASUS
Kasus 2
Sebuah perusahaan berminat membeli sebuah mesin yang memiliki kapasitas produksi 170.000 unit barang per tahun. Mesin
merupakan bagian dari total lini produksi. Efisiensi sistem lini produksi adalah 85 %.
Tentukan :
a. Kapasitas sistem
b. Jika waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan masing-masing barang adalah 100 detik dan mesin bekerja 2000 jam
per tahun. Jika utilisasi mesin adalah 60 % dan efisiensi mesin 90 %, hitunglah keluaran mesin.
c. Berapa mesin yang dibutuhkan?

Penyelesaian :
a. Kapasitas sistem = Keluaran per tahun
Efisiensi sistem
= 170.000 / 0.85
= 200.000 unit / tahun
= 200.000 / 2000
= 100 unit / jam
b. Keluaran per tahun = Kapaitas x % Utilisasi x Efisiensi
Kapasitas = 60 x 60 detik
100 detik per unit
= 36 unit
Keluaran / Jam = 36 x 0,6 x 0,9
= 19,44 unit
= 20 unit
c. Jumlah mesin yang dibutuhkan = Kapasitas sistem
Keluaran / jam
= 100 / 20
= 5 mesin
CONTOH KASUS
Kasus 3
Sebuah pabrik memerlukan Forklift Electric. Sebuah Forklift berharga Rp. 700.000.000,- per unit dan
diperkirakan memiliki jual sisa Rp 100.000.000,- setelah berusia 5 tahun.
Tentukanlah jadwal penyusutan , nilai buku dari Forklift tersebut di akhir masa pakainya dengan
menggunakan:
a. Metode garis lurus ( Straight Line = SL )
b. Total penyusutan ( Sum of Years Digit = SOYD )
c. Metode saldo menurun ( Double Declining Balance = DDB ) dengan konversi ke garis lurus
jika perlu

Penyelesaian :
H ( harga ), S ( sisa ) , N ( lama penyusutan ), P ( penyusutan ), NB ( nilai buku )
a. Straight Line ( SL )
p= ( H – S ) = 700 jt - 100 jt = 120 jt per tahun
N 5
Tahun Penyusutan Nilai Buku
1 120jt 700jt – 120jt = 580jt
2 120jt 700jt – 240jt = 460jt
3 120jt 700jt – 360jt = 340jt
4 120jt 700jt – 480jt = 220jt
5 120jt 700jt – 600jt = 100jt
b. Sum of Year Digit ( SOYD ) = Jumlah angka tahunan
SYOD = N [ N + 1 ] = 5 [ 5 + 1 ] = 15
2 2
P = N (H–S)
SOYD

Tahun Penyusutan Nilai Buku


1 5/15 ( 700 – 100 jt ) = 200 700jt – 200= 500 jt
2 4/15 ( 700 – 100 jt ) = 160 700jt – 360= 340 jt
3 3/15 ( 700 – 100 jt ) = 120 700jt – 480= 220 jt
4 2/15 ( 700 – 100 jt ) = 80 700jt – 560= 140 jt
5 1/15 ( 700 – 100 jt ) = 40 700jt – 600= 100 jt
E 600 jt
c. Double Declining Balance ( DDB )
DDB = 2 [ H -  P ( TAHUN KUMULASI ) ]
N
Tahun DDB NILAI BUKU
1 2/5 ( 700 – 0 jt ) = 280 700jt – 280 = 420
2 2/5 ( 700 – 280 jt ) = 168 448 700jt – 448 = 252
3 2/5 ( 700 – 448 jt ) = 100,8jt 548,8 700jt – 548,8 = 151,2
4 2/5 ( 700 – 548,8jt ) = 60,48jt 609,28 700jt – 609,28 = 90,72
5 2/5 ( 700 – 609,28jt ) = 36,29jt 645,57 700jt – 645,57 = 54,43

Penyusutan pada akhir usia pemakaian berarti dikonversikan ke garis lurus ( SL) :

3 thn : P ( SL ) = [ NB ( sisa tahun ) – S ] / 3


= ( 252 – 100 ) / 3 = 50,66

4 thn : P ( SL ) = [ NB ( sisa tahun ) – S ] / 2


= ( 151,2 – 100 ) / 3 = 25,6 / thn

Tahun DDB Nilai Buku


1 280 700-280 = 420
2 168 700-448 = 252
3 100,8 700-548,8 = 151,2
4 25,6 700-574,4 = 125,6
5 25,6 700-600 = 100jt
600
CONTOH KASUS
Kasus 4
Sebuah perusahaan memerlukan 2 unit komputer guna keperluan bagian Teknologi Informasi. Apabila
menggunakan Analisa manfaat – Biaya, alternatif mana yang harus dipilih jika tingkat bunga 10 % pertahun?
Komputer Biaya Manfaat TahunanNilai Sisa Usia Pakai
A Rp 48 jt 13 jt 0 6 th
B Rp 40 jt 12 jt 0 6 th

Penyelesaian:
Alternatif A :
Nilai ( manfaat ) = 13 jt ( P / A, 10 %, 6 )
= 13 jt x 4,355
= 56,615
Nilai Biaya = 48
NM = 56,615
NB = 48
= 1,179
Alternatif B :
Nilai ( manfaat ) = 12 jt ( P / A , 10 % , 6 )
= 12 jt x 4,355
= 52,260
Nilai Biaya = 40
NM = 52,260
NB = 40
= 1,3065
Dari perbandingan alternatif di atas, maka dipilih B, karena rasio M/B yang dihasilkan lebih besar.

M = 56,615 – 52,260
B = 48 40
= 4,36
8
= 0,544

M = 0,544 < 1 , maka dipilih alternatif B


B Karena biaya kecil

N = N–N
bersih ( M ) ( B )
 = 56,615 – 48 = + 8,615
 = 52,260 – 40 = + 12,260

Agar N bersih maksimum , maka pilih angka yang lebih positif, yaitu Alternatif B.
Contoh Kasus.
Kasus 5.
Berikut ini dapat dilihat contoh perhitungan anggaran variabel dengan
menggunakan metode titik terendah dan titik teringgi, sebagai berikut :

Biaya bahan Jam mesin


Bakar langsung
Tertinggi/bulan Rp. 2.800.000 12.000
Terendah/bulan Rp. 2.200.000 9.000
Perbedaan Rp. 600.000

Rp. 600.000
Biaya Variabel per jam = = Rp. 200,-
3.000
Perhitungan Biaya Tetap = Rp. 2.800.000 – 12.000 (Rp. 200,-)
= Rp. 400.000,-
Beberapa perkiraan biaya bahan bakar yang diperlukan, jika dalam
satu bulan diperkirakan ada 10.000 jam mesin langsung?

Dari data tersebut diatas terlihat, bahwa perbedaan karena


perubahan jam mesin langsung adalah Rp. 200,- per jam mesin
langsung. Artinya, setiap ada penambahan 1 jam mesin langsung
diperkirakan biaya bahan bakarnya naik sebesar Rp.200,-

Perhitungan biaya tetap sebesar Rp. 400.000,- diperoleh dari biaya


total titik tertinggi dikurangi dengan biaya variabel per jam mesin
langsung dikalikan jam mesin langsung tertinggi. Dengan demikian,
maka biaya bahan bakar untuk 10.000 jam mesin langsung adalah :

Rp. 400.000 + 10.000 (Rp. 200) = Rp. 2.400.000

Contoh perhitungan diatas dapat dijadikan acuan bagi Tim Penyusun


Budget Produksi dalam mendeteksi unsur biaya yang dapat bersifat
variabel.
Cost and Lean
Manufacturing
PERTEMUAN IV.
Kuliah 8.
Cost Reduction-Lean
Manufacturing
• Berhubungan dengan kegiatan pengurangan
biaya, yang terjadi sebagai adanya pengelolaan
aktivitas (activity management), dimana
tujuannya adalah menghilangkan pemborosan
ketidakekonomisan (tidak bisa berhemat) yang
akan menyebabkan biaya menjadi berkurang.
• Dengan demikian cost reduction merupakan
akibat dihilangkannya atau setidaknya
dikuranginya pemborosan
lanjutan
Pemborosan terjadi diakibatkan oleh
adanya :
1. Aktivitas bukan penambah nilai, dan
2. Aktivitas penambah nilai yang tidak
dilaksanakan secara efisien
Dengan demikian, maka Cost Reduction
merupakan aplikasi dari Lean
Manufacturing (perampingan kegiatan
manufaktur).
lanjutan
• Fokus pengelolaan aktivitas adalah
penyebab terjadinya biaya itu sendiri,
dengan demikan langkah cost reduction
dilakukan melalui penghapusan
aktivitas bukan penambah nilai dan
memperbaiki aktivitas penambah nilai,
yang akibatnya adalah menurunkan
biaya.
KEGIATAN BUKAN PENAMBAH NILAI
DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR

• PEMBUATAN SKEDUL  adalah


penggunaan waktu dan sumber daya
untuk menentukan kapan berbagai bahan
atau material yang berbeda dimasukkan
kedalam proses produksi dan bagaimana
berbagai produk tersebut diproduksi
lanjutan

• PEMINDAHAN adalah aktivitas yang


menggunakan waktu dan sumber daya
untuk memindahkan bahan baku atau
material, produk dalam proses, dan
produk jadi dari satu departemen ke
departemen yang lainnya
lanjutan

• PENANTIAN  adalah aktivitas yang


didalamnya bahan baku dan produk dalam
proses, menggunakan waktu dan sumber
daya dalam menanti proses berikutnya.
lanjutan

• INSPEKSI  adalah aktivitas yang


mengkonsumsi waktu dan sumber daya
untuk menjamin produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi mutu yang telah
ditetapkan
lanjutan

• PENYIMPANAN  adalah aktivitas yang


menggunakan waktu dan sumber daya,
selama produksi dan bahan baku
disimpan sebagai sediaan
LANGKAH IMPLEMENTASI DALAM
RANGKA COST REDUCTION

1.PENGHILANGAN AKTIVITAS (activity


elimination)  pengurangan biaya dapat
dicapai dengan melakukan penghilangan
aktivitas bukan penambah nilai
lanjutan

• Aktivitas inspeksi terhadap bahan baku yang


diterima dari pemasok diperlukan untuk
menjamin bahwa pemasok menyerahkan
barang sesuai dengan spesifikasi mutu yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
• Langkahnya : dengan cara memilih pemasok
yang mampu menyerahkan bahan baku tanpa
cacat (defect free) dan yang bersedia
memperbaiki kinerjanya, akan dapat dihilangkan
kebutuhaan akan aktivitas inspeksi sehingga
biaya menjadi berkurang
lanjutan

2. PEMILIHAN AKTIVITAS (activity


selection) pengurangan biaya dapat
dicapai dengan melakukan pemilihan
aktivitas dari serangkaian aktivitas
yang diperlukan untuk melaksanakan
berbagai strategi yang kompetitif, dimana
strategi yang berbeda menyebabkan
aktivitas yang berbeda.
lanjutan

• Strategi desain produk yang berbeda akan


memerlukan aktivitas yang berbeda secara
signifikan, aktivitas yang berbeda menyebabkan
biaya yang berbeda.
• Langkahnya : karena setiap strategi memiliki
serangkaian aktivitas dan biaya yang
bersangkutan, sehingga jika keadaan lain tetap,
strategi yang memerlukan biaya terendah
adalah yang sebaiknya dipilih oleh manajemen.
lanjutan

3. PENGURANGAN AKTIVITAS (activity


reduction)  pengurangan biaya dapat
dicapai dengan mengurangi waktu dan
sumber daya yang diperlukan oleh suatu
aktivitas
lanjutan

• Pendekatan pengurangan biaya ini terutama


ditujukan terhadap perbaikan efisiensi aktivitas
penambah nilai atau terhadap perbaikan
aktivitas bukan penambah nilai sebagai strategi
jangka pendek sampai aktivitas tersebut
dihilangkan
• Langkahnya : misal mengadakan studi waktu
atas setiap pekerjaan dalam rangka
meningkatkan produktivitas, yang tercepat
diambil sebagai standar kinerja
lanjutan

4. PEMBAGIAN AKTIVITAS (activity sharing)


 pengurangan biaya dapat dicapai dengan
menaikan efisiensi aktivitas penambah nilai
dengan meningkatkan aktivitas ke tingkat
skala ekonomi (economic of scale), dimana
dengan menaikan aktivitas sampai ke skala
ekonomis , tanpa disertai dengan kenaikan
total biaya aktivitas itu sendiri, pengurangan
biaya per satuan aktivitas akan diperoleh.
lanjutan

• Dengan menurunnya biaya per satuan aktivitas, biaya yang


dapat dirunut (traceable) ke produk yang menggunakan aktivitas
akan menurun.

• Langkahnya : misal produk baru dirancang untuk dapat


menggunakan suku cadang yang telah dibuat untuk produk
yang lain, dimana dengan menggunakan suku cadang yang
sudah ada, aktivitas yang bersangkutan dengan suku cadang
tersebut dibebankan dengan aktivitas yang semakin banyak,
sehingga biaya per satuan aktivitas menjadi berkurang.

Sebagai akibatnya, produk yang menggunakan suku cadang


tersebut akan mengalami penurunan biaya, sehingga pembeli
produk akan mengalami penurunan biaya, sehingga pembeli
produk akan menikmati penurunan harga yang harus
ditanggung akibat pembagian aktivitas (activity sharing) yang
dilakukan oleh perusahaan.
Just in Time (JIT)
• Suatu filosofi yang berfokus pada pengurangan biaya melalui
pengurangan persediaan
• Sistem JIT pada hakikatnya adalah pengendalian mutu total (Total
Quality Control-TQC)
• Seluruh persediaan harus ada pada tempatnya pada saat dibutuhkan,
tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat
• Produk yang dibutuhkan oleh pelanggan harus tersedia pada waktunya
, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat
• Pengurangan persediaan berarti pengurangan biaya penyimpanan dan
biaya pengelolaan
• Keterlibatan karyawan optimal, loyalitas tinggi
• Masa kerja karyawan lama, dan multi akhli
• Manajemen Partisipatif, dan terdesentralisasi
JIT dan Kecepatan
• Terdapat hubungan langsung antara ukuran
barang dalam proses dengan kecepatan
produksi
• Kecepatan produksi juga mempengaruhi barang
jadi
• Peningkatan kecepatan ini dapat diterapkan
pada persediaan bahan baku, pembelian,
desain prosuk, pengembangan, dan produk
• Sebagai akibatnya, respon terhadap permintaan
pelanggan atas perubahan selera atas produk
atau kesempatan untuk suatu produk baru dapat
dilaksanakan lebih cepat
JIT dan Produksi
• JIT harus ditetapkan pada lini dimana barang dalam
proses harus menunggu atau berpindah
• Kesalahan dalam satu langkah produksi akan
berpengaruh terhadap keseluruhan produksi
• Minimum produk harus juga dipertimbangkan
• Pengurangan persediaan bahan baku juga memberikan
keuntungan
JIT dan Pembelian
• JIT dalam hal pembelian menekankan pada
pengurangan jumlah pemasok dan peningkatan
jumlah material dan fungsi pengadaan
• Tujuannya adalah agar barang yang dibeli
langusung ditujukan pada pemakai / lini produksi
• Perlu dipertimbangkan lay out dari proses
produksi
• Perlu digunakan Blanket Purchase Orders/order
penyelimut, bersifat jangka panjang minimal
satu tahun
• Pemasok adalah partner yang dibina
JIT dan Organisasi Produksi

• Perlu perubahan dalam lay out pabrik, dari


bagian yang berdiri sendiri menjadi bagian
yang multi fungsi
• Pekerja harus dilatih untuk dapat bekerja
multi fungsi
• Pekerja harus diberi tanggung jawab untuk
dapat mengontrol sendiri pekerjaannya
CONTOH PROGRAM
“COST REDUCTION”
PURCHASING ACTIVITY (kegiatan pembelian)

A. Langkah Strategis :
A1. Berdasarkan EOQ (Economic
Order Quantity)  lot pembelian yang paling ekonomis dengan
mempertimbangkan biaya
pemesanan dan penyimpanan
A2. Sistim JIT (Just In Time)  nilai
persediaan diusahakan
sekecil mungkin, tidak ada
penyimpanan, reliabilitas
pemasok harus tinggi dalam kualitas dan pengiriman
lanjutan

A3. Sistem Pembelian terpusatvolume


pembelian besar, pemasok memberikan quantity
discount.
A4. Standarisasi menyederhanakan proses fungsi
pembelian, item sedikit-volume besar-ada
discount.
A5. Make or Buy  didasarkan pertimbangan produk
baru, kinerja pemasok tidak memuaskan, biaya
produksi tidak efisien, perubahan kebutuhan
lanjutan

A6. Analisis Nilai  dari sisi prosedur, material substitusi dan


fungsi material.
A7. Evaluasi yang Ketat  atas spesifikasi produk, after sales
service, keandalan produk dan sebagainya.
A8. Membina Hubungan Baik dengan pemasok
A9. Prioritas Pembelian atas dasar Sistem ABC A sebagai
fast moving di stock, tetapi B dan C sebagai moderate dan
slow moving tidak distock, atau distock seperlunya.
lanjutan
PURCHASING ACTIVITY (kegiatan pembelian)

B. Langkah Taktis Keputusan pembelian


yang bersifat situasional, artinya pemasok butuh uang, harga
barang turun, penawaran termurah dari pemasok sebagai
hasil negosiasi yang ulet.
INVENTORY MANAGEMENT
(manajemen persediaan)
A. Pengembangan MRP (Material Requirement Planning), termasuk
mendesain BOM (Bill of Material) yang akurat.
B. Penggunaan Hukum Pareto/Sistem ABC, EOQ, dan sistem JIT.
C. Penerapan ROP (Re Order Point, titik pesan kembali),
pemesanan baru dilakukan setelah sisa persediaan berada pada
titik ROP
D. Menghitung persediaan rata-rata bulanan, dan penentuan batas
minimum dan maksimum, serta mengurangi safety stock
E. Rekonsiliasi rutin antara kartu persedian dan kartu gudang, misal
setiap bulan
F. Melakukan Stock Opname setahun sekali
ADMINISTRASI ACTIVITY
(aktivitas administrasi)

A. Pendelegasian wewenang berdasarkan


bobot tanggung jawab
B. Pengembangan SOP yang didesain
bersama, dan disesuaikan dengan Sistem
Pengendalian Internal
C. Mengurangi birokrasi, sehingga
pengembilan keputusan dapat lebih cepat.
RESEARCH DEVELOPMENT ACTIVITY
(aktivitas penelitian dan pengembangan)

A. Dibatasi berdasarkan waktu (misal tiap 5 tahun)


B. Dibatasi pada hal-hal yang dirasakan top urgent
C. Mengembangkan tenaga peneliti internal, dimana riset
menjadi bagian dari tugasnya sehari-hari
D. Pencatan data historis secara akurat, sehingga
dengan cepat dapat digunakan
PRODUCT DEVELOPMENT ACTIVITY
(aktivitas pengembangan produk)
A. Produk diproduksi dan dikembangkan berdasarkan
PPIC (Production Planning and Inventory Control)
yang akurat dan terukur
B. Pengembangan produk berdasarkan pasar
C. Menjaga produk pada growth stage dalam Product Life
Cycle (PLC), dengan melakukan modifikasi sebalum
produk masuk pada maturation/saturation stage
D. Melaksanakan Lean Produkction, berproduksi lebih
hemat dalam suatu kegiatan produksi, dengan
mengembangkan rasa saling percaya dan keterikatan
diantara pekerja satu sama lain, yang digabungkan
dengan desain pekerjaan yang terus diperbaiki (lihat
konsep The Toyota Way).
OUTSOURCING ACTIVITY

Aktivitas yang bukan aktivitas utama diserahkan


kepada pihak lain dengan kontrak tertentu, dalam hal
ini sekaligus dapat mengurangi jumlah karyawan
artinya dipindahkan menjadi karyawan perusahaan
outsourcing tersebut, walaupun demikian perlu
dipahami ketentuan yang berlaku dalam UU no.13,
agar dapat memuaskan semua pihak yang terlibat,
terutama bagi karyawan yang dipindahkan tersebut,
apakah perlu di PHK terlebih dahulu, atau bagaimana
perjanjian yang diberlakukan.
INVESTMENT ACTIVITY (aktivitas investasi)

A. Memilih investasi proyek yang paling


menguntungkan
B. Memilih alternatif pembelian mesin yang paling
baik posisi cashflownya
C. Menggunakan analisa yang sudah ditentukan
untuk kegiatan investasi
5S/5R
Seiri = Ringkas = Sort
Seiton = Rapi = Stabilize
Seiso = Resik = Shine
Seiketsu = Rawat = Standardize
Shitsuke = Rajin = Sustain

Cost Reduction Program


5S Scan Goal Eliminate or Correct
 Seiri  Keep only what you  Unneeded equipment, tools, furniture;
(sort) need unneeded items on walls, bulletins; items
blocking aisles or stacked in corners;
unneeded inventory, supplies, parts; safety
hazards
 A place for  Items not in their correct places; correct
everything and places not obvious; aisles, workstations, &
 Seiton everything in its equipment locations not indicated; items not
(set in order) place put away immediately after use
 Cleaning, and  Floors, walls, stairs, equipment, & surfaces
 Seisou looking for ways to not lines, clean; cleaning materials not easily
(shine) keep clean and accessible; labels, signs broken or unclean;
organized other cleaning problems
 Necessary information not visible; standards
 Maintaining and not known; checklists missing; quantities and
 Seiketsu monitoring the first limits not easily recognizable; items can’t be
(standardize) three categories located within 30 seconds
 Sticking to the rules  Number of workers without 5S training;
 Shisuke number of daily 5S inspections not performed;
(sustain) number of personal items not stored; number
of times job aids not available or up-to-date
5R/5S

Low Cost
Tidak perlu teknologi terbaru
Tidak perlu investasi (capex) yang mahal
Bukan dengan teori manajemen terbaru
Simple, tapi terus menerus
Dapat dilakukan oleh siapapun dan kapanpun, dan dimanapun
Tidak perlu biaya konsultan yang mahal
Hasil dapat segera terlihat secara visual
Pengertian Dasar 5S/ 5R
Dalam aktifitas TPS,
Pelaksanaan Improvement
dilakukan secara bertahap
dan terus menerus.

5S/ 5R merupakan
sistem/ cara/ sarana
untuk mencapai suatu
keteraturan, ketertiban,
kebersihan , kedisiplinan,
keselamatan dalam
melaksanakan proses
kerja
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh manajemen
ketika akan mengimplementasikan 5R/5S adalah :
 Mempersiapkan mental karyawan dalam menerima 5R/5S
 Disediakan waktu khusus untuk mendiskusikan falsafah dan
manfaat 5R/5S,
 Yaitu menciptakan lingkungan kerja yang bersih, higienis,
rapi, aman, menyenangkan dan menghindari kecelakaan
 Berdampak positif langsung bagi karyawan dan keluarganya
Ringkas/seiri
 Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan di tempat kerja
(Jepang = gemba).
 Yang tidak diperlukan harus disingkirkan.
 Tujuannya adalah membuat tempat kerja ringkas, yang hanya menampung
barang-barang, alat kerja dan dokumen yang diperlukan saja.

Rapi/seiton
 Menata semua barang, dokumen, file yang ada setelah ringkas,
 Dengan pola yang teratur dan tertib.
 Penggunaan label identifikasi,
 Pemanfaatan rak/tempat khusus,
 Penerapan garis marka dan rambu tanda batas.
Resik/seiso
 Menciptakan dan menjaga kondisi mesin, tempat kerja dan lingkungan kerja
yang siap pakai dan dalam keadaan bersih.
 Tidak ada kotoran di tempat kerja,
 Mesin-mesin dan alat kerja selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara,
 Mencegah terhadap timbulnya kotoran.

Rawat/seiketsu
 Memperluas konsep kebersihan pada diri pribadi dan terus menerus
mempraktekkan tiga langkah terdahulu.
 Selalu menjaga keadaan yang sudah baik melalui standard,
 Saling mengingatkan antar karyawan, dan dengan disiplin kerja.
Rajin/shitsuke
Membangun disiplin diri pribadi dan membiasakan diri untuk menerapkan
5R/5S melalui norma kerja dan standardisasi.
Benefits of Lean
Manufacturing

• Reduced inventory
• Improved quality
• Lower costs
• Reduced space requirements
• Shorter lead time
• Increased productivity
lanjutan
• Greater flexibility
• Better relations with suppliers
• Simplified scheduling and control activities
• Increased capacity
• Better use of human resources
• More product variety
Implementing Lean Manufacturing

• Use lean production to finely tune an


operating system
• Somewhat different in USA than Japan
• Lean production is still evolving
• Lean production isn’t for everyone
Lean Services

• Basic elements of lean


production apply equally to
services
• Most prevalent applications
– lean retailing
– lean banking
– lean health care
Lean Manufacturing

• Doing more with less inventory, fewer


workers, less space
• Just-in-time (JIT)
– smoothing the flow of material to arrive
just as it is needed
– “JIT” and “Lean Production” are used
interchangeably
• Muda
– waste, anything other than that which
adds value to the product or service
Waste in Operations
lanjutan
lanjutan
Basic Elements
1. Flexible resources
2. Cellular layouts
3. Pull production system
4. Kanban production control
5. Small lot production
6. Quick setups
7. Uniform production levels
8. Total productive
maintenance
9. Supplier networks
KANBAN
SUPLEMEN
Kanbans
• Card which indicates standard quantity
of production
• Derived from two-bin inventory system
• Maintain discipline of pull production
• Authorize production and movement of
goods
Types of Kanban

• Production kanban • Signal kanban


– authorizes production of – a triangular kanban
goods used to signal
• Withdrawal kanban production at the
previous workstation
– authorizes movement of
goods • Material kanban
• Kanban square – used to order material in
– a marked area designated advance of a process
to hold items • Supplier kanban
– rotates between the
factory and suppliers
Determining Number of
Kanbans
average demand during lead time + safety stock
No. of Kanbans =
container size

dL + S
N =
C
where

N = number of kanbans or containers


d = average demand over some time period
L = lead time to replenish an order
S = safety stock
C = container size
Determining Number of
Kanbans: Example
d = 150 bottles per hour
L = 30 minutes = 0.5 hours
S = 0.10(150 x 0.5) = 7.5
C = 25 bottles

dL + S (150 x 0.5) + 7.5


N= =
C 25
75 + 7.5
= = 3.3 kanbans or containers
25

Round up to 4 (to allow some slack) or


down to 3 (to force improvement)
Inventory Hides Problems
Less Inventory Exposes Problems
Components of Lead Time
• Processing time
– Reduce number of items or improve efficiency
• Move time
– Reduce distances, simplify movements, standardize
routings
• Waiting time
– Better scheduling, sufficient capacity
• Setup time
– Generally the biggest bottleneck
Uniform Production Levels

• Result from smoothing production


requirements
• Kanban systems can handle +/- 10%
demand changes
• Smooth demand across planning
horizon
• Mixed-model assembly steadies
component production
Examples of Visual
Control (cont.)
Total Productive
Maintenance (TPM)
• Breakdown maintenance
– Repairs to make failed machine operational
• Preventive maintenance
– System of periodic inspection and
maintenance to keep machines operating
• TPM combines preventive maintenance
and total quality concepts
TPM Requirements
• Design products that can be easily produced on
existing machines
• Design machines for easier operation,
changeover, maintenance
• Train and retrain workers to operate machines
• Purchase machines that maximize productive
potential
• Design preventive maintenance plan spanning
life of machine
PROJECT SCHEDULING
SUPLEMEN
Project Scheduling
• Steps • Techniques
– Define activities – Gantt chart
– Sequence activities – CPM
– Estimate time – PERT
– Develop schedule – Microsoft Project
Gantt Chart
• Graph or bar chart with a bar for each
project activity that shows passage of time
• Provides visual display of project schedule
• Slack
– amount of time an activity can be delayed
without delaying the project
Example of Gantt Chart
Month
0 | 2 | 4 | 6 | 8 | 10
Activity
Design house
and obtain
financing
Lay foundation
Order and
receive
materials

Build house

Select paint

Select carpet

Finish work

1 3 5 7 9
Month
Project Control

• Time management
• Cost management
• Quality management
• Performance management
– Earned Value Analysis
• a standard procedure for numerically measuring a
project’s progress, forecasting its completion date and
cost and measuring schedule and budget variation
• Communication
• Enterprise project management
CPM/PERT
• Critical Path Method (CPM)
– DuPont & Remington-Rand (1956)
– Deterministic task times
– Activity-on-node network construction
• Project Evaluation and Review Technique
(PERT)
– US Navy, Booz, Allen & Hamilton
– Multiple task time estimates
– Activity-on-arrow network construction
Project Network
• Activity-on-node (AON)
– nodes represent activities,
and arrows show
precedence relationships
• Activity-on-arrow (AOA) Node
– arrows represent activities
and nodes are events for 1 2 3
points in time
• Event
– completion or beginning of Branch
an activity in a project
AOA Project Network for a
House

3
Lay Dummy
foundation
2 0 Build Finish
3 1 house work
1 2 4 6 7
Design house Order and 3 1
and obtain receive 1 1
Select Select
financing materials paint carpet
5
Concurrent Activities

3
Lay foundation Lay
Dummy
foundation
2 0
2 3
1
Order material 2 4
Order material

(a) Incorrect precedence (b) Correct precedence


relationship relationship
AON Network for House
Building Project

Lay foundations Build house

2 4
Finish work
2 3
7
Start 1 1
3
Design house 6
and obtain
3
1 5 1
financing
1 Select carpet
Order and receive
materials Select paint
Critical Path
2 4
2 3
7
Start 1 1
3

3 6
1 5 1
1

A: 1-2-4-7
3 + 2 + 3 + 1 = 9 months • Critical path
B: 1-2-5-6-7 – Longest path
3 + 2 + 1 + 1 + 1 = 8 months through a network
C: 1-3-4-7
3 + 1 + 3 + 1 = 8 months – Minimum project
D: 1-3-5-6-7 completion time
3 + 1 + 1 + 1 + 1 = 7 months
Activity Start Times

Start at 5 months

2 4
Finish at 9 months
2 3
7 Finish
Start 1 1
3

3 6
1 5 1
1 Start at 6 months
Start at 3 months
Mode Configuration

Activity number Earliest start

Earliest finish
1 0 3

3 0 3
Latest finish

Activity duration Latest start


Forward Pass
• Start at the beginning of CPM/PERT network to
determine the earliest activity times
• Earliest Start Time (ES)
– earliest time an activity can start
– ES = maximum EF of immediate predecessors
• Earliest finish time (EF)
– earliest time an activity can finish
– earliest start time plus activity time
EF= ES + t
Earliest Activity Start
and Finish Times
Lay foundations
Build house
2 3 5
Start 4 5 8
2
3

1 0 3 7 8 9
1 1
Design house
and obtain 6 6 7 Finish work
financing 3 3 4
1
1 5 5 6
Select carpet
Order and receive 1
materials Select pain
Backward Pass
• Determines latest activity times by starting at the
end of CPM/PERT network and working forward
• Latest Start Time (LS)
– Latest time an activity can start without delaying critical
path time
LS= LF - t
• Latest finish time (LF)
– latest time an activity can be completed without
delaying critical path time
– LS = minimum LS of immediate predecessors
Latest Activity Start
and Finish Times
Lay foundations
Build house
2 3 5
Start 4 5 8
2 3 5
3 5 8

1 0 3 7 8 9
1 0 3 1 8 9
Design house
and obtain 6 6 7 Finish work
financing 3 3 4
1 7 8
1 4 5 5 5 6
Select carpet
Order and receive 1 6 7
materials Select pain
Activity Slack

Activity LS ES LF EF Slack S
*1 0 0 3 3 0
*2 3 3 5 5 0
3 4 3 5 4 1
*4 5 5 8 8 0
5 6 5 7 6 1
6 7 6 8 7 1
*7 8 8 9 9 0
* Critical Path
Probabilistic Time Estimates

• Beta distribution
– a probability distribution traditionally used in
CPM/PERT
a + 4m + b
Mean (expected time): t=
6
2
b-a
Variance:  = 6
2

where
a = optimistic estimate
m = most likely time estimate
b = pessimistic time estimate
Examples of Beta Distributions
P(time)

P(time)
a m t b a t m b
Time Time
P(time)

a m=t b
Time
Project Network with Probabilistic
Time Estimates: Example
Equipment
installation Equipment testing
and modification
1 4
6,8,10 2,4,12 System Final
training debugging
System 10
development 8
Manual 3,7,11 1,4,7
Start 2 testing Finish
3,6,9
5 11
Position 2,3,4 9 1,10,13
recruiting 2,4,6
Job Training System
3 6 System changeover
1,3,5 3,4,5 testing

Orientation
7
2,2,2
Activity Time Estimates
TIME ESTIMATES (WKS) MEAN TIME VARIANCE
ACTIVITY a m b t б2

1 6 8 10 8 0.44
2 3 6 9 6 1.00
3 1 3 5 3 0.44
4 2 4 12 5 2.78
5 2 3 4 3 0.11
6 3 4 5 4 0.11
7 2 2 2 2 0.00
8 3 7 11 7 1.78
9 2 4 6 4 0.44
10 1 4 7 4 1.00
11 1 10 13 9 4.00
Activity Early, Late Times,
and Slack
ACTIVITY t б ES EF LS LF S
1 8 0.44 0 8 1 9 1
2 6 1.00 0 6 0 6 0
3 3 0.44 0 3 2 5 2
4 5 2.78 8 13 16 21 8
5 3 0.11 6 9 6 9 0
6 4 0.11 3 7 5 9 2
7 2 0.00 3 5 14 16 11
8 7 1.78 9 16 9 16 0
9 4 0.44 9 13 12 16 3
10 4 1.00 13 17 21 25 8
11 9 4.00 16 25 16 25 0
Earliest, Latest, and Slack
Critical Path
1 0 8 4 8 13
8 1 9 5 16 21
10 13 17

16
1 0 3
8 9
Start 2 0 6 Finish
7 9 16
6 0 6 9
5 6 11 16 25
3 6 9 9 9 13
9 16 25
4 12 16
3 0 3 6 3 7
3 2 5 4 5 9

7 3 5
2 14 16
Selamat Belajar
dan Semoga Sukses

Anda mungkin juga menyukai